Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan tersenyum (pexels.com/Blue Bird)
ilustrasi perempuan tersenyum (pexels.com/Blue Bird)

Intinya sih...

  • Menerima fakta bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda

  • Pastikan memiliki rencana yang fleksibel untuk menghadapi quarter life crisis

  • Mengenali dan memvalidasi perasaan sendiri sebagai kunci menghadapi tekanan pencapaian di usia quarter life crisis

Pada faktanya kehidupan tidak berjalan stagnan. Seiring berjalannya waktu, kita akan menjalani setiap fase kehidupan beserta tantangan yang menyertai. Situasi ini pula yang akan terjadi saat kita memasuki usia quarter life crisis. Tekanan akan pencapaian saat memasuki dewasa muda menjadi beban.

Waktu, pikiran, sekaligus energi dan mental terkuras habis untuk menghadapi situasi tersebut. Bahkan besar kemungkinan kita terjebak dalam perasaan minder dan pesimis. Sebenarnya menghadapi tekanan pencapaian di usia quarter life crisis bukan hal yang rumit. Setidaknya, kita perlu mengetahui lima kunci berikut.

1. Menerima fakta bahwa perjalanan hidup setiap orang itu berbeda

ilustrasi sosok dewasa muda (pexels.com/Keira Burton)

Tekanan pencapaian di usia quarter life crisis terasa seperti beban. Di satu sisi, sebagai dewasa muda kita menyadari bahwa kemampuan masih belum optimal. Berusaha mengikuti standar penjamin yang ditetapkan hanya akan memicu ketidakseimbangan mental dan pikiran.

Satu-satunya yang perlu dilakukan adalah menerima fakta bahwa perjalanan hidup setiap orang itu berbeda. Kita tidak perlu memaksakan diri memiliki pencapaian sebagaimana mereka. Ucapkan bahwa hidup bukan ajang perlombaan saling cepat mencapai garis finish.

2. Pastikan memiliki rencana yang fleksibel

ilustrasi memperhatikan perencanaan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Quarter life crisis identik sebagai fase dewasa muda dengan beragam kebingungan. Apalagi di usia ini kita dianggap sebagai sosok dewasa yang mampu mengambil keputusan secara mandiri. Tidak heran jika tekanan pencapaian di usia quarter life crisis terasa sangat mengikat.

Bisakah kita menghadapi fase quarter life crisis saat dihadapkan dengan situasi demikian? Tentu saja jawabannya bisa. Kita hanya perlu memastikan rencana yang dimiliki bersifat fleksibel. Ketika terjadi perubahan situasi, perencanaan masih dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

3. Mengenali dan memvalidasi perasaan sendiri

ilustrasi tersenyum bahagia (pexels.com/Julia Avamotive)

Usia quarter life crisis memang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh setiap dewasa muda. Bahkan tekanan pencapaian di usia ini menjadi beban yang harus ditanggung. Namun, keputusan ada pada diri masing-masing individu. Termasuk bagaimana cara kita dalam menghadapi tekanan tersebut.

Di sinilah kunci yang perlu diketahui. Kita hanya perlu mengenali dan memvalidasi perasaan sendiri. Tekanan sering datang karena merasa tidak cukup baik. Ketika berhadapan dengan situasi demikian ini, aku saja emosi negatif yang hadir. Validasi bahwa merasa bingung, cemas, atau gagal itu wajar.

4. Mengubah fokus dari hasil menjadi proses

ilustrasi belajar (pexels.com/Sanem Atasoy)

Siapa yang tidak menginginkan hasil akhir tercapai sempurna? Bahkan ini kerap menjadi standar yang dianut oleh orang-orang ambisius. Tapi untuk sejenak, apakah ini nanti pada akhirnya akan menimbulkan tekanan pencapaian di usia quarter life crisis?

Jawabannya tentu saja. Tapi semua kembali lagi dari cara kita dalam menghadapi tekanan pencapaian di usia tersebut. Diantaranya mengubah fokus dari hasil menjadi proses. Alih-alih mengejar validasi eksternal, nikmati proses berkembang, belajar, dan gagal. Jangan lupa merayakan pencapaian kecil secara konsisten.

5. Mengelola kembali ekspektasi agar tetap dalam batasan realistis

ilustrasi berpikir (pexels.com/ANTONI SHKRABA Production)

Ekspektasi di luar Kendari seringkali mendominasi pikiran. Bahkan dijadikan sebagai pertimbangan utama saat hendak mengambil keputusan. Padahal, ekspektasi harus dikelola kembali agar tidak mendominasi aspek hidup secara berlebihan.

Ternyata mengelola kembali ekspektasi agar tetap dalam batasan realistis juga menjadi kunci menghadapi tekanan pencapaian di usia quarter life crisis. Renungkan kembali antara batas dan tujuan pribadi. Tanamkan mindset bahwa tidak semua standar yang berlaku di lingkungan sosial harus diikuti.

Menghadapi tekanan pencapaian di usia quarter life crisis dapat merusak keseimbangan pikiran sekaligus emosi. Padahal situasi demikian ini masih bisa dihadapi dengan cara yang tepat. Mulai dari kesadaran untuk tidak menghadapi situasi yang dihadapi, sampai dengan mengubah fokus dari hasil menjadi proses.

.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian