6 Kurasi Novel yang Mempertanyakan Konsep Kerja

Bekerja adalah sebuah aktivitas normal, bahkan kerap dianggap sebagai kewajiban dan kebutuhan. Karena itulah kegiatan yang memungkinkanmu dapat penghasilan demi bertahan hidup. Masalahnya, tidak sedikit orang yang menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari kepribadian mereka sampai-sampai rela mengorbankan berbagai hal demi karier.
Padahal, sebaliknya, seberapa peduli perusahaan atau institusi tempatmu bekerja terhadap kesejahteraanmu? Novel-novel berikut bisa jadi pemantik yang bagus untuk mempertanyakan dan memikirkan ulang konsep kerja.
1. Oblomov

Oblomov adalah novel klasik Rusia yang ditulis dengan gaya satire. Sesuai judulnya, ini menyoal pemuda 30 tahunan bernama Ilya Oblomov yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di tempat tidur setelah keluar dari pekerjaannya. Lahir dan besar di lingkungan aristokrat, Oblomov tak tahan saat harus bekerja di lembaga pemerintahan.
Hanya bertahan beberapa waktu, ia mengundurkan diri dan mengandalkan penghasilan pasif dari properti warisan keluarganya. Namun, karena kemalasan dan kecerobohannya, ia kehabisan tabungan dan menumpuk utang. Inti buku ini ialah mempertanyakan esensi pekerjaan dan produktivitas.
2. My Year of Rest and Relaxation

Sepertinya, Ottessa Moshfegh banyak terinspirasi Oblomov saat menulis novel hits miliknya, My Year of Rest and Relaxation. Seperti Oblomov, lakon novel ini juga menarik diri dari ambisi untuk punya karier cemerlang. Ia puas dengan pekerjaan paruh waktunya di sebuah galeri seni dan lebih sering mendekam di apartemen mewahnya.
Beruntung, warisannya bisa membiayai kebutuhan hidup dan biaya sewa. Namun, ia ternyata menyimpan sisi gelap. Ini terutama soal relasinya dengan beberapa orang terdekat seperti pacar dan sahabatnya. Isu alienasi dan kesehatan mental ikut dibahas di sini selain tentunya pertanyaan soal konsep kerja dan uang.
3. Severance

Severance akan membuatmu mempertanyakan lagi esensi profesi dan hubungannya dengan identitas serta aspirasi hidupmu. Berbagi judul yang sama dengan sebuah serial viral rilisan Apple TV+, cerita keduanya ternyata cukup berbeda. Severance karya Ling Ma berlatarkan masa depan ketika peradaban manusia porak-poranda.
Ini membuat Candace, si pegawai teladan di sebuah perusahaan besar di New York, hilang arah. Selama ini, bekerja adalah rutinitas yang setia dilakukannya. Saat akhirnya semua yang ia punya dan hargai dicerabut darinya, Candace harus beradaptasi dan bijak melihat perubahan dinamika dunia di hadapannya.
4. The Ladies' Paradise

Seperti novel-novelnya yang lain, Emile Zola kembali mengkritik kapitalisme lewat The Ladies' Paradise. Premisnya cukup menarik, yakni dibangunnya sebuah supermall alias pusat perbelanjaan terbesar di Paris yang secara perlahan membunuh toko-toko kecil di sekitarnya. Mengeksploitasi kerakusan manusia, toko itu berhasil meraup profit besar dengan menghasut pengunjungnya agar terus berbelanja.
Novel kemudian bergeser ke cerita para pegawai di toko itu. Mereka kebanyakan perempuan muda yang merantau dari kota kecil. Masalahnya, mereka dituntut banyak tanpa diberi jaminan dan kompensasi yang setimpal. Sampai akhirnya, salah satu dari mereka menemukan cara untuk balik mengeksploitasi ketamakan si pemilik toko.
5. Mickey7

Sudah diadaptasi jadi film, Mickey7 adalah buku fiksi spekulatif yang sering diklaim sebagai antikerja. Ia mengikuti sosok Mickey, pria yang menerima pekerjaan untuk lembaga riset luar angkasa. Pekerjaannya menguji kemampuan bertahan hidup manusia di luar Bumi dan itu berarti ia bisa mati kapan saja.
Namun, perusahaan tak kalah licik. Setiap kali Mickey mati, mereka akan memproduksi kloning dirinya yang disebut Mickey2, Mickey3, dan seterusnya. Ketika sampai pada percobaan ketujuh, sebuah kesalahan terjadi. Ini kemudian mengacak-acak dinamika dan hukum yang berlaku dalam proyek tersebut.
6. The Adventures of Augie March

Sesuai judulnya, ini adalah petualangan pria bernama Augie March yang hidup pada era Great Depression di Amerika Serikat. Tak ada plot yang jelas dalam novel ini selain mengikuti perjalanan Augie menemukan esensi hidup dan kebahagiaan sejati. Selama masa itu, ia berkelana tanpa tujuan dan bertahan hidup dengan bekerja serabutan.
Segala pekerjaan termasuk yang absurd pun ia lakukan sampai ia tiba pada satu kesimpulan: hidup itu bukan sekadar bekerja. Kisahnya menarik, tapi perlu kesabaran ekstra. Kamu perlu menyelesaikan novel setebal 600 halaman tersebut.
Bekerja memang bagian hidup, tetapi benarkah ia harus jadi prioritas? Diskursus soal konsep kerja dan profesi bikin novel-novel di atas menarik buat dibaca. Bersiaplah melalui sebuah momen reflektif bersama mereka. Boleh setuju maupun tidak, kesimpulanmu bisa berbeda-beda tergantung preferensi tentunya.