"Setiap semester, bisa 8 sampai 9 orang teman saya menghilang dari sekolah. Mereka tidak sekolah lagi, bahkan ada juga yang berdekatan dengan waktu ujian tiba-tiba menghilang. Setelah saya cari tahu, ternyata mereka dinikahkan oleh orangtuanya", ujar Nordianto pada sebuah wawancara.
Pernikahan dini banyak terjadi di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, tempat asal pemuda bernama Nordianto Haryanto Sanan yang akrab disapa Anto. Kalimantan Barat termasuk daerah dengan angka pernikahan dini yang sangat tinggi, masuk tiga besar hingga tahun 2014.
Ketika itu, Anto kecil merasa resah melihat teman-temannya harus putus sekolah dan menikah lalu melahirkan di usia sangat muda. Hal serupa ternyata juga dialami ibu dari Anto sendiri yang menikah di usia 16 tahun hingga mengalami beberapa kali keguguran dan gangguan kesehatan reproduksi.
Fenomena pernikahan dini di Indonesia ibarat gunung es yang sebenarnya butuh penanganan serius, tapi seakan masih dianggap biasa. Tak hanya di daerah, masalah ini bahkan juga muncul di kota-kota besar yang seperti melihat pernikahan dini bukan lagi hal tabu.
