Eri Kuncoro, Pembawa Senyum untuk Pelaku UMKM Jogja lewat Yuk Tukoni

Masa pandemik COVID-19 yang melanda dunia pada awal 2020 membuat aktivitas manusia lumpuh. Tak terkecuali Indonesia, warganya dipaksa untuk beraktivitas di rumah, termasuk bekerja dan sekolah. Namun, bagaimana dengan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menggantungkan hidupnya dari pendapatan harian?
Pebisnis asal Yogyakarta, Eri Kuncoro, melihat realitas pahit para pelaku UMKM, khususnya di Yogyakarta, yang terdampak karena pandemik COVID-19. Dagangan yang mereka jual tak ada yang beli, sehingga gak sedikit yang memutuskan menutup usahanya. Eri yang merasa prihatin tak lantas diam. Ia ingin membantu para UMKM di Yogyakarta untuk terus bergerak meski di tengah kemelut pandemik. Alhasil, tercetuslah ide gerakan bernama Yuk Tukoni.
Yuk Tukoni merupakan sebuah marketplace modern yang digagas oleh Eri bersama rekannya, Revo Suladasha. Berbasis di Yogyakarta, hingga kini sudah ada ratusan UMKM yang dibantu oleh Yuk Tukoni agar dagangannya terpasarkan lebih luas. Tak heran jika pada akhirnya, Eri Kuncoro menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2020 di bidang kewirausahaan.
1. Usaha mi ayam tetangga yang sepi pembeli jadi salah satu motivasi Eri membentuk Yuk Tukoni

Pandemik COVID-19 yang terjadi pada awal 2020 menjadi awal mula terbentuknya gagasan Yuk Tukoni. Eri Kuncoro yang melihat perjuangan para UMKM di Yogyakrata untuk terus bertahan menggerakkan hatinya. Gak jauh-jauh, tetangga Eri yang menjual mi ayam menjadi salah satu alasannya memperjuangkan gerakan Yuk Tukoni.
Dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025 pada Rabu (8/10/25), Eri membagikan pengalamannya. Tetangganya yang bernama Amin berencana pulang kampung karena mi ayam dagangannya tidak ada pembeli. Amin mengaku susah bertahan di masa penuh ketidakpastian tersebut. Eri pun makin yakin untuk membentuk Yuk Tukoni.
"Yuk Tukoni lahir bukan sebagai bisnis, tetapi lebih ke gerakan sosial penyampung napas UMKM," kata Eri.
Eri pun membantu sang tetangga untuk dapat terus berjualan. Ia membantu mengemas ulang produk mi ayam menjadi kemasan frozen, sehingga lebih mudah dipasarkan. Pasalnya, di masa pandemik orang jarang sekali keluar, mereka memilih makan di rumah. Beruntungnya, cara Eri ini berbuah manis dan Amin tak jadi pulang kampung karena pesanan membeludak.
Dari pengalaman tersebut, Eri pun memulai gerakan Yuk Tukoni bersama rekannya, Revo Suladasha, dengan tujuan awal saling membeli dagangan teman-teman penggiat UMKM. Kalau diartikan, Yuk Tukoni bermakna "Yuk Dibeli", sesuai konsep gerakannya.
"Saya cuma berpikir, kalau kita diam saja, bagaimana nasi teman-teman (UMKM) yang curhat ke saya makanannya gak laku, lalu keluarganya ini dapat solusi apa waktu itu, karena benar-benar gak ada akses makanan. Akhirnya, saya dan Mas Revo membentuk gerakan bernama Yuk Tukoni", ungkap Founder Tukoni Indonesia tersebut.
2. Cara UMKM bergabung dengan Yuk Tukoni sangat mudah, tinggal isi formulir

Di awal pembentukan Yuk Tukoni, Eri dan Revo mengumpulkan produk dari teman-temannya yang terdampak pandemik. Mereka memilih yang terdekat terlebih dahulu, karena mudah untuk dijangkau. Kemudian, produk di-branding, seperti dipotret dan di-packing ulang, agar lebih menarik pembeli.
Usaha yang Eri lakukan ternyata membuahkan hasil. Sepanjang perjalanan membentuk Yuk Tukoni, semakin banyak UMKM di Yogyakarta yang ingin dibantu Eri. Pada akhirnya, demi mewadahi permintaan UMKM-UMKM tersebut, Yuk Tukoni memutuskan menerima produk mereka.
Eri memilih membuat formulir secara daring di Instagram @yuktukoni yang bisa diisi secara mandiri oleh pegiat UMKM. Calon mitra nantinya bisa mengirimkan formulir yang sudah diisi, lalu pihak Yuk Tukoni akan menghubungi mereka. Ketika calon mitra sudah mengirimkan sampel produk, tim Quality Control (QC) Yuk Tukoni akan mengurasi.
Setelah lolos QC, produk akan dipasarkan melalui katalog atau postingan Instagram @yuktukoni, tetapi ada antrean yang harus ditunggu. Kemudian, mitra akan menerima draft perjanjian kerjasama dari Yuk Tukoni. Nantinya, sistem kerja sama antara Yuk Tukoni dan mitra ini adalah titip jualan. Menarik, bukan?
Proses penyeleksian calon mitra yang Eri lakukan ini memperlihatkan jika semua dilakukan secara terstruktur dan ketat. Eri mengaku tetap berusaha menjaga kualitas UMKM yang bekerja sama dengan Yuk Tukoni tetap terjaga. Kalau ada UMKM yang belum memenuhi kriteria, Eri tak segan membantu.
"Kalau memang dari sisi packaging dan brand masih kurang, kita (Yuk Tukoni) akan memberi masukan pada mereka. Kalau sudah lolos kurasi, kita akan melakukan pemotretan dan menjual produknya," kata Eri sembari tersenyum.
3. Frozen food jadi cara terbaik untuk memasarkan makanan selama masa pandemik

Produk yang UMKM Yuk Tukoni bantu kebanyakan menjual makanan. Namun, karena saat itu sedang pandemik, maka menjual makanan dengan konsep frozen food jadi cara terbaik. Pasalnya, konsep tersebut memudahkan pemasaran dan mudah disajikan di rumah. Pengiriman produk frozen food pun sangat mudah, bahkan bisa dikirim ke luar Yogyakarta.
Dengan konsep frozen food, makanan bisa disimpan lebih lama di kulkas. Produk-produk frozen food yang dinaungi Yuk Tukoni diklaim bisa tahan selama 8 jam di suhu ruang, di kulkas maksimal 3 hari, dan 1 bulan lebih di freezer.
Selain UMKM yang belum besar namanya, Yuk Tukoni juga membantu beberapa UMKM makanan terkenal di Yoogyakarta. Sebut saja ada Mie Ayam Bu Tumini, Mangut Lele Mbah Marto, Gudeg Wijilan Bu Lies, Sate Samirono, hingga Jadah Tempe Mbah Cantik. Makanan-makanan ikonik di Yogyakarta itu juga sempat terpuruk di masa pandemik, karena pembeli gak bisa datang langsung ke tempat.
Salah satu yang paling laris setelah dipasarkan ulang oleh Yuk Tukoni adalah Mie Ayam Bu Tumini. Eri dan tim mengemas ulang mi ayam dengan kemasan frozen, lalu dipasarkan melalui Yuk Tukoni. Dalam sehari, produk mi ayam bisa laku sampai 200-an, lho!
"Dulu permintaannya (Mie Ayam Bu Tumini) dalam sehari bisa 100-200 porsi selama pandemik. Kenapa begitu? Karena orang mau datang kan gak mungkin, dilarang," ucap Eri sembari bernostalgia.
Memasarkan produk makanan dalam bentuk frozen selama masa pandemik jadi yang paling menguntungkan, menurut Eri. UMKM bisa terbantu penjualannya, bahkan pembeli bisa mendapatkan makanan yang mereka idamkan dengan higienis, lalu dimasak sendiri.
4. Sosial media jadi media yang dipilih Eri untuk memasarkan produk Yuk Tukoni

Bagaimana cara Eri dan Yuk Tukoni memasarkan produk UMKM Yogyakarta selama masa pandemik hingga mendapatkan keuntungan? Jawabannya simpel, yakni media sosial. Di era sekarang, Eri menyadari kekuatan media sosial sebagai penyambung hidup. Pada awal berdiri, Yuk Tukoni menggunakan Instagram, WhatsApp, dan website untuk memasarkan produk-produk UMKM binaannya.
Kini, Yuk Tukoni sudah melebarkan sayapnya dengan memasarkan produk UMUM di marketplace, seperti Tokopedia, Shopee, dan PaxelMarket. Langkah tersebut dirasa semakin memudahkan pembeli untuk membeli produk-produk yang diinginkan. Selain itu, marketplace juga mudah diakses, sehingga pemasaran produk semakin luas.
Bagaiman kalau pembeli tidak punya akses ke marketplace? Tenang saja, karena pembeli juga bisa pesan melalui WhatsApp ke nomor yang tertera di akun Instagram. Bisa pula pesan melalui direct message di Instagram @yuktukoni. Eri membuka luas pintu rezeki bagi konsumen yang ingin memesan produk-produk UMKM-nya.
Kalau sedang mampir ke Yogyakarta, pembeli juga bisa mampir ke offline store Yuk Tukoni. Lokasinya di Jalan K.H. Muhdi Nomor 140, Nayan, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di sana, ada berbagai produk yang bisa dibeli dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
5. Insiatif Eri Kuncoro berbuah manis, Yuk Tukoni diganjar penghargaan SATU Indonesia Awards

Inisiatif mulia yang Eri lakukan bersama Yuk Tukoni nyatanya mengantar ke sebuah penghargaan bergengsi. Pada 2020, Eri diganjar penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang kewirausahaan kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemik COVID-19.
SATU Indonesia Awards merupakan program tahunan milik PT Astra International Tbk untuk mengapresiasi anak muda Indonesia yang punya kontibusi positif bagi masyarakat. Uniknya, Eri tak pernah mendaftarkan dirinya untuk program bergengsi ini.
"Saya tidak pernah membayangkan (mendapatkan penghargaan ini) sebenarnya, gerakan ini didaftarkan sebuah media waktu itu. Jadi, bukan kami yang mendaftarkan," aku Eri dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025 pada Rabu (8/10/25).
Bagi Eri, terbentuknya Yuk Tukoni ini bukan soal penghargaan, tetapi bentuk pengakuan jika gotong royong masih relevan dan sangat kuat di masa krisis. Mengaku bangga, Eri juga mendapatkan pelatihan dan networking penting demi keberlanjutkan Yuk Tukoni. Tak ada yang mengira jika kesadaran dan simpatik dalam diri Eri membawanya ke titik penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra. Yuk Tukoni menjadi bukti jika gotong royong dan rasa saling membantu bisa menjadi jalan keluar terbaik di masa sulit. Terima kasih Eri Kuncoro dan Yuk Tukoni, kita belajar ketulusan dari gerakan yang kalian gagas!



















