Pengertian Konflik Sosial: Jenis, Faktor, dan Cara Menanganinya

interaksi yang bersifat disosiatif 

Pada umumnya konflik sosial diawali dengan adanya perbedaan pendapat antara dua belah pihak atau lebih. Perbedaan pendapat sebenarnya bisa diselesaikan dengan sesi musyawarah mufakat, namun tetap saja ada yang memilih untuk menyelesaikannya dengan cara yang tidak lazim sehingga memicu kekerasan. Konflik juga dibedakan berdasarkan jenis, faktor, serta cara penanganannya. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Pengertian konflik sosial

Pengertian Konflik Sosial: Jenis, Faktor, dan Cara Menanganinyailustrasi terjadinya pertengkaran (pexels.com/Liza Summer)

Secara etimologis, kata konflik berasal dari bahasa Latin yaitu con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Kemudian, secara umum, konflik sosial merupakan fenomena pertikaian antarindividu atau kelompok yang bertujuan untuk melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan nilai norma yang berlaku.

Ada pula pengertian menurut para ahli, di antaranya :

1. Soerjono Soekanto

Menurutnya, konflik merupakan suatu pertentangan antara dua belah pihak untuk mencapai tujuan dengan cara menentang.

2. Robbins

Robbins memberikan pengertian yang hampir sama, yang mana konflik merupakan proses sosial masyarakat yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dan saling memberikan dampak negatif berbentuk perlawanan. 

3. Robert M.Z. Lawang

Robert memberikan pengertian yang lebih lengkap, menurutnya konflik merupakan perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, melainkan juga untuk menundukkan saingannya.

Jika ditarik kesimpulan, maka konflik merupakan bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan, baik fisik, emosi, kebudayaan, hingga perilaku. Dengan kata lain, konflik adalah salah satu proses interaksi sosial yang bersifat disosiatif atau gangguan.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial

Pengertian Konflik Sosial: Jenis, Faktor, dan Cara Menanganinyailustrasi terjadinya perbedaan pendapat (pexels.com/Keira Burton)

Meski kita hidup di lingkungan yang tertib dan teratur, bukan berarti kita tidak pernah melihat atau merasakan terjadinya konflik, walaupun hanya bersifat potensial. Perlu diingat, dalam masyarakat terkandung berbagai kenyataan. Bahwa, setiap struktur sosial mengandung konflik serta kontradiksi yang bersifat internal, sehingga bisa menjadi sumber terjadinya perubahan sosial.

Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap suatu perubahan yang datang, baik dari dalam atau pun dari luar, tidak selalu bersifat adjustif. Maka perubahan bisa saja terjadi secara perlahan bahkan menimbulkan konflik sosial yang terjadi dalam waktu jangka panjang.

Berdasarkan beberapa kenyataan di atas, maka dapat dikelompokkan faktor penyebab konflik yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia. Di antaranya, 

  1. Perbedaan individu yang masing-masingnya memiliki karakter yang khas menurut corak kepribadiannya;
  2. Perbedaan latar belakang kebudayaan yang dipengaruhi oleh pemikiran kelompoknya;
  3. Terjadinya perbedaan kepentingan karena manusia memiliki perasaan, pendirian, dan tujuan hidup yang berbeda-beda;
  4. Serta faktor perubahan sosial yang bisa menjadi gejala terjadinya konflik sosial karena individu melakuan proses pertentangan nilai.

Baca Juga: 5 Konflik yang Sering Terjadi di Kalangan Teman Kampus

3. Jenis-jenis konflik dalam masyarakat

Pengertian Konflik Sosial: Jenis, Faktor, dan Cara Menanganinyailustrasi pertengkaran dalam tim (pexels.com/Antoni Shkraba)

Menurut para ahli, beragam konflik bisa saja terjadi dalam masyarakat. Mulai dari konflik individu, konflik antarkelas atau antargolongan sosial, konflik politik, hingga konflik internasional. Bahkan, para ahli juga berpendapat sebuah konflik juga dapat dilihat berdasarkan tempat terjadinya dan berdasarkan pandangan orang lain.

Sosiolog Lewis A. Coser merupakan salah satu ahli yang membedakan konflik berdasarkan tempat kejadiannya. Menurutnya, konflik bisa dibedakan dalam dua jenis yaitu konflik in-group  dan konflik out-group. Yang mana, konflik in-group merupakan konflik yang terjadi dalam kelompok masyarakat itu sendiri sedangkan konflik out-group merupakan konflik yang terjadi antara suatu kelompok masyarakat dengan suatu kelompok yang lain.

Berbeda lagi dengan ahli sosiologi Ursula Lehr. Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang psikologi sosial konflik dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri, konflik dengan anak sendiri, konflik dengan sanak keluarga, konflik di sekolah, konflik dengan orang lain, konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, serta konflik pribadi.

Jika ditarik kesimpulan, konflik sosial bisa saja dibagi dalam berbagai kelompok, seperti yang dilakukan oleh para ahli di atas. Hal ini sangat berguna untuk mempermudah kita memahami penyebab terjadinya konflik serta cara penanganannya.

dm-player

4. Cara menangani konflik sosial

Pengertian Konflik Sosial: Jenis, Faktor, dan Cara Menanganinyailustrasi sedang diskusi (pexels.com/Jopwell)

Agar kehidupan masyarakat dapat berlangsung dengan tertib, diperlukan sejumlah upaya untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat. Dalam sosiologi, upaya penanganan konflik ini disebut dengan istilah manajemen atau resolusi konflik. Berikut ini beberapa cara penanganannya :

1. Konsiliasi

Konsiliasi merupakan usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang mengalami konflik demi tercapainya tujuan bersama. Namun, tidak semua konflik dapat diselesaikan dengan kosoliasi. Tetap diperlukan kesadaran masing-masing pihak dalam menjalankan prinsip-prinsip keadilan secara jujur dan teroganisir. Biasanya, penanganan ini akan membutuhkan peranan dari lembaga-lembaga tertentu yang berfungsi sebagai pengendali konflik.

2. Mediasi

Mediasi merupakan cara pengendalian konflik dengan cara meminta bantuan pihak ketiga sebagai penasihat. Pihak ketiga dalam proses mediasi harus bersifat netral dan bertugas mengusahakan suatu penyelesaian secara damai.

3. Arbitrase

Hampir sama dengan proses mediasi, arbitrase juga membutuhkan pihak ketiga dalam penanganan konflik. Namun, dalam arbitrase pihak ketiga tidak hanya hadir sebagai penasihat namun juga sebagai perantara dalam yang mempertemukan kehendak kompromstis pihak yang terlibat konflik. Yang akhirnya, akan memunculkan sebuah penyelesaian dari konflik yang terjadi. 

4. Paksaan

Cara penanganan konflik tidak selalu dilakukan secara damai. Dalam beberapa situasi, proses penanganan yang diperlukan bisa berbentuk paksaan. Hal ini disebabkan, masing-masing pihak tidak berada dalam situasi yang sama, namun ada yang kuat dan ada juga yang dalam posisi lemah. Contohnya, menghentikan kerusuhan yang terjadi antara dua kelompok dengan cara menembakkan peluru karet. 

5. Stalemate

Pada dasarnya stalemate merupakan proses penyelesaian konflik yang lebih efektif dan mudah. Dimana kedua belah pihak yang terlibat, memutuskan berhenti sendiri dari konflik karena kekuatan mereka sama-sama seimbang. Mereka sama-sama tidak memiliki pilihan, apakah harus maju atau mundur dari konflik. Contohnya, berakhirnya perang dingin antara blok barat dan blok timur pada era 1990-an.

6. Toleransi

Toleransi juga menjadi salah satu cara dalam penanganan konflik. Namun, cara ini biasanya digunakan untuk penyelesaian konflik yang bersifat lunak. Mereka bisa mempertahankan pendirian masing-masing, namun bersedia menghormati pendirian orang lain. 

7. Kompromi

Kompromi juga bisa dilakukan saat menangani konflik. Yang mana nantinya, pihak-pihak yang terlibat bisa mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap pertentangan yang ada.

8. Ajudikasi

Proses ajudikasi biasanya digunakan paling akhir dikarenakan konflik yang terjadi terlalu sulit untuk diselesaikan melalui berbagai cara damai sebelumnya. Ajudikasi merupakan proses penyelesaian perkara yang memerlukan pihak-pihak terkait sesuai permasalahannya. Contohnya, sengketa tanah warisan yang tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan yang kemudian diputuskan melalui pengadilan.

5. Dampak dari terjadinya konflik sosial

Pengertian Konflik Sosial: Jenis, Faktor, dan Cara Menanganinyailustrasi marah (pexels.com/Moose Photos)

Karena konflik merupakan interaksi sosial yang bersifat disosiatif atau gangguan. Tentunya, konflik bisa saja menimbulkan bentuk-bentuk negatif dalam kehidupan masyarakat. Diantaranya, terjadinya keretakan hubungan antarindividu atau kelompok, terbentuknya perubahan kepribadian para individu, serta munculnya kerusakan harta benda atau hilangnya nyawa manusia.

Di balik munculnya dampak negatif dari konflik di atas, ternyata konflik juga memberikan dampak positif bagi orang yang merasakan dampaknya. Seperti, sebagai sarana meningkatkan solidaritas dan keseimbangan sesama anggota kelompok, memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum tuntas ditelaah, adanya penyesuaian kembali norma-norma hubungan sosial, serta membantu menciptakan dan menghidupkan kembali nilai-nilai sosial yang diperlukan. 

Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir. Maka dari itu, konflik sosial akan sering terjadi mulai dari yang bersifat mudah atau sulit untuk diselesaikan. Meski begitu, kita tetap bisa menanganinya dengan memperhatikan faktor penyebab, jenis konfliknya, serta dampak yang akan dirasakan. Semoga artikel ini bisa membantu kamu dalam memahami konsep dari konflik sosial, ya!

Baca Juga: 5 Konflik Sosial yang Sering Terjadi di Kalangan Anak Kos

Maisix Dela Desmita Photo Verified Writer Maisix Dela Desmita

https://lynk.id/maisixdela

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya