Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Konflik, Ternyata Monyet Lebih Baik dari Manusia lho!

www.jr.jor.br

Tidak sedikit manusia yang karena sakit hati atau rasa dendam berlebihan, sulit untuk berdamai dan memaafkan kesalahan orang lain. Mereka memilih memelihara sakit hati dalam jangka waktu lama. Bahkan ada yang mewariskan dendam kesumat pada seseorang,  hingga anak keturunannya.  

Bila ada orang yang seperti itu, berarti dia tidak lebih bagus dari monyet. Bahkan, lebih buruk. Sebab, monyet ternyata memiliki keinginan untuk berdamai setelah bertengkar dengan sejenisnya. 

Ya, studi penelitian di University of Manchester seperti dilansir Xinhua mengungkapkan temuan mengejutkan perihal keterampilan sosial yang sangat canggih pada primata. Keterampilan sosial itu yakni cara mereka untuk mengatasi agresi dan persaingan yang disebabkan oleh hidup dalam kelompok besar. 

Diketahui bahwa primata sosial dengan otak yang lebih besar seperti monyet, membantu mereka untuk lebih mudah mengatasi konflik. Monyet diketahui menggunakan kekuatan otak mereka untuk berdamai setelah bertengkar.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ecology Perilaku yang dipimpin di University of Manchester tersebut tertarik dalam menjelaskan mengapa ada hubungan yang kuat antara ukuran otak dan ukuran kelompok pada primata.

Penelitian ini melihat hubungan antara ukuran kelompok, ukuran otak dan perilaku. Seperti bekerja sama sebagai sebuah kelompok pada tindakan kolektif, dan hubungan mereka dengan perilaku agresif yang menyebabkan insiden konflik dan ini disebut sebagai agonis.

Tiga spesies dengan tingkat yang sangat tinggi dari agonis ini adalah babon chacma, Kapusin dan populasi hitam dan putih ruffed lemur. Spesies dengan tingkat terendah dari agonis adalah lemur coklat dan monyet howler hitam. 

"Penelitian kami menunjukkan bahwa peningkatan ukuran otak cenderung konsekuensi dari tingginya tingkat persaingan di kelompok besar Tampaknya primata berotak besar harus mengembangkan strategi untuk mengatasi tingginya tingkat konflik. Misalnya, mereka mampu memahami hubungan sosial antara individu, melacak hubungan sosial dan dapat mengembangkan strategi sosial," jelas Dr Susanne Shultz.

Bila monyet saja ternyata memiliki strategi untuk berdamai setelah berkonflik, seharusnya manusia yang disebut lebih mulia, malah lebih mampu untuk berdamai dengan konflik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Dewi Suci Rahayu
EditorDewi Suci Rahayu
Follow Us