6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencian

Dendam bikin hati panas dan pikiran buntu

Apakah masih sulit untukmu mengikuti nasihat buat memaafkan orang lain seperti memaafkan sahabat? Setiap kamu dibuat kesal dan kecewa oleh orang, kemarahanmu bertahan amat lama. Gak cuma rasa marah yang ada dalam hati, melainkan seluruh perkataan serta tindakanmu terhadap orang tersebut menjadi negatif sekali.

Kamu selalu beralasan bahwa kesalahan orang lain terlalu besar. Dirimu merasa telah sepantasnya buat menutup pintu maaf rapat-rapat untuknya. Bahkan kamu bersumpah tidak akan memaafkan seseorang andai pun ia bersimpuh di depan kakimu.

Sadarlah bahwa semua itu menandakan hatimu sudah hampir sekeras batu. Hati yang makin keras berarti mendekati kematian perasaanmu sebagai manusia. Bila perasaan telanjur mati, kamu dapat bertindak melampaui batas kewajaran saat marah pada siapa pun.

Lunakkan hatimu dengan terus belajar untuk menjadi pribadi pemaaf. Berikut enam alasannya yang penting untuk direnungkan.

1. Agar sikap tidak terlalu keras bahkan kasar

6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencianilustrasi seorang pria (pexels.com/Shazard R.)

Jangan merasa bangga dengan sikapmu yang terlampau keras bahkan kasar terhadap orang lain. Semua tindakan semena-menamu pada mereka gak bikin kamu terlihat lebih hebat apalagi pantas untuk dihormati. Sedikit-sedikit kamu menyerapahi orang yang menurutmu melakukan kesalahan padamu.

Kalimat-kalimatmu tak lagi mencerminkan tingginya pendidikanmu. Dirimu juga dapat berbuat kejam demi memuaskan kemarahan dalam diri terhadapnya. Gak salah apabila lama-kelamaan orang-orang di sekitarmu melihatmu tidak lagi seperti manusia yang sehat rohaninya.

Sebagai orang yang tengah terganggu kesehatan rohaninya, kamu barangkali sulit menyadarinya. Terkadang dirimu sempat bertanya dalam hati kenapa kamu sekeras itu pada orang lain. Namun, segera saja sisi kerasmu mengalahkan tanda awal kamu siap berintrospeksi serta memperbaiki diri. Jika dirimu mau bersungguh-sungguh belajar memaafkan, sikapmu pun perlahan-lahan melunak setiap ada masalah dengan orang lain.

2. Mendamaikan hati sendiri

6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencianilustrasi seorang pria (pexels.com/Aman Malik)

Kedamaian hati adalah segalanya dalam hidup. Kamu mungkin punya begitu banyak uang. Namun, bila hati tidak damai, kenikmatan hidup nyaris tak dirasakan. Gara-gara gak kunjung memaafkan orang lain bahkan terus membencinya setengah mati, pikiranmu justru selalu tertuju padanya.

Kamu seperti sedang meniup balon. Kesalahannya dan kebencianmu terus membesar seiring embusan napasmu. Kemarahan dalam diri bukannya berkurang oleh waktu malah bertambah hebat saja. Dalam 24 jam waktu yang dimiliki, sebagian besarnya terasa menyiksamu.

Ketika kamu dalam keadaan sadar, rasa marah serta benci begitu jelas. Dirimu dapat ribut terus dengan orang yang sudah berusaha meminta maaf atau sibuk menjelek-jelekkannya di depan orang lain.

Sementara itu, saat tidur pun seluruh energi negatif itu membuat kualitas istirahatmu menjadi buruk. Kian lama kamu memelihara kemarahan serta kebencian, kian jauh kedamaian dari hatimu.

3. Terhindar dari perasaan suci

6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencianilustrasi seorang pria (pexels.com/LEONARDO DOURADO)

Diakui atau tidak dengan kamu sulit memaafkan orang lain pasti ada perasaan bahwa dirimu jauh lebih baik darinya. Kesalahan seseorang padamu memang nyata, tetapi kamu sampai merasa lebih suci. Kamu yakin tidak pernah berbuat kesalahan pada orang lain sefatal kekeliruannya padamu.

Perasaan begini menyesatkanmu sebab kesalahanmu yang segunung pun dapat menjadi gak terlihat. Akibatnya, sepak terjangmu di luar boleh jadi sebenarnya menyusahkan banyak orang. Tetapi kamu seperti tidak pernah menyadarinya. Kesalahanmu berulang dari waktu ke waktu atau bahkan bertambah buruk.

Kamu tak pernah mengalami perbaikan diri lantaran perasaan suci yang mengelabuimu. Banyak-banyaklah merenung atas berbagai kemungkinan kesalahanmu pada orang lain. Saat kamu dapat dengan rendah hati mengakui bahwa kekeliruanmu pada sesama juga tidak sedikit, memaafkan mereka bakal lebih mudah.

Baca Juga: Bukan Lemah, 5 Alasan Kamu Tak Boleh Meremehkan Seorang Pemaaf

4. Menjaga banyak hubungan baik

6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencianilustrasi seorang pria (pexels.com/MART PRODUCTION)

Orang yang sukar memaafkan orang lain biasanya tidak peduli pada hubungan baik. Bagimu, tak ada gunanya merawat hubungan dengan siapa pun apalagi mereka yang jelas-jelas bersalah padamu. Hubunganmu dengan orang lain seperti kayu yang bila patah tidak dapat disambung lagi.

Maka seiring waktu hubungan sosialmu bak daerah yang terisolasi. Banyak sekali jembatan yang ambruk. Kamu kehilangan banyak kawan bahkan persaudaran. Dunia tidak pernah kekurangan orang, tapi dirimu seakan-akan tak punya satu pun teman.

Kamu payah dalam berteman, bertetangga, bersaudara, bahkan berpasangan dengan seseorang. Hubungan baik akan memudahkan urusan-urusanmu, sedangkan hubungan yang buruk menghambat semuanya. Tidak ada kebahagiaan maupun kesuksesan dalam hidupmu. Bukan lantaran kamu kurang pintar, tapi semata-mata terlalu kaku dalam merespons kesalahan orang lain. 

5. Menjaga kemarahan agar tak lebih besar dari masalah

6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencianilustrasi seorang pria (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu disebut sebagai pribadi yang sabar apabila kemarahanmu lebih kecil daripada persoalan yang dihadapi. Namun, reaksimu dianggap masih dalam batas wajar kalau kemarahanmu setara dengan kesalahan seseorang padamu. Tapi bagaimana jika emosimu seperti amukan ombak di laut padahal hanya ada satu kerikil yang terjatuh ke dalamnya?

Itulah yang disebut sebagai kemarahanmu jauh melampaui duduk perkaranya. Semua yang berlebihan menjadi buruk dan merusak. Kemarahan serta kebencianmu gak sebatas bikin orang lain tersiksa. Seluruh sikapmu pun menjadi lebai dan tak fokus pada persoalan yang terjadi.

Masalah yang disikapi dengan berlebihan pasti gagal diselesaikan. Kalau kamu lebih sabar, persoalan yang sama bisa kelar dengan lebih gampang dan cepat. Merasa kesal atas kesalahan orang lain memang wajar.

Namun, pastikan kemarahan itu tetap terukur karena bila berlebihan berakibat pada sulitnya dirimu memaafkan orang lain. Seseorang tak sengaja menggores tanganmu dengan jarum, tapi kamu merasa tanganmu telah terpotong.

6. Supaya hidup berjalan lancar

6 Alasan Harus Belajar Jadi Pemaaf, Hidup Lancar Tanpa Kebencianilustrasi seorang pria (pexels.com/Peter Chirkov)

Jika kamu merasa hidupmu terlalu banyak mengalami hambatan, seperti dalam pekerjaan serta segala urusan remeh yang melibatkan orang lain, boleh jadi pangkal masalahnya ialah sulitnya dirimu memaafkan. Ingat bahwa tali silaturahmi yang terputus menyebabkan banyak keburukan. Sebaliknya, menyambungkannya kembali mendatangkan manfaat besar. 

Daripada kamu cuma sibuk berusaha mengatasi kendala dalam pekerjaanmu dan tetap gak berhasil, cobalah memperbaiki caramu berinteraksi dengan orang lain. Latih dirimu agar dapat memaafkan sesama. Bersikaplah lebih santai dalam menghadapi kesalahan-kesalahan mereka yang tak disengaja.

Sementara itu, kekeliruan yang disengaja dan lumayan besar cukup dihadapi dengan ketegasan. Tanpa kemarahan serta kebencian yang membutakan hatimu. Lakukan ini secara konsisten dan kamu akan merasakan akibat positifnya pada hidupmu yang menjadi terasa lebih mudah dijalani. Bahkan kemudahan itu didapatkan ketika urusanmu cukup berat.

Menjadi pemaaf bukan berarti kamu terlalu longgar pada orang lain. Seakan-akan mereka bisa berbuat apa saja padamu dan dirimu hanya akan diam bersabar. Ada saatnya untukmu bersikap tegas dengan memberi teguran bahkan sanksi. Tapi, bukan berarti kamu menjadi pembenci dan menyimpan dendam kesumat padanya. 

Baca Juga: 7 Manfaat Psikologis Ketika Kamu Menjadi Pemaaf

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi

Berita Terkini Lainnya