7 Alasan Orang Jarang Memesan Makanan secara Online
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat ini, memesan makanan via aplikasi memang sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Terlebih di masa pandemik dan tingginya kesibukan yang membuat orang lebih menyukai segala yang praktis.
Meski begitu, tak jarang pembeli makanan secara online berpikir dua kali setelah pesanannya datang. Tujuh hal ini menjadi alasan mereka menjadi jarang memesan makanan secara online.
1. Makanan yang dirasa tidak lagi segar
Makanan yang sudah basi tentu tidak boleh dijual karena dapat membahayakan kesehatan konsumen. Akan tetapi, meski belum basi pun, pembeli biasanya bisa dengan mudah melihat dan merasakan makanan sudah tidak segar.
Contohnya seperti sayuran yang terlalu layu atau ikan goreng yang menjadi keras dan sangat kering setelah dipanaskan beberapa kali. Tentu saja ini menurunkan selera makan pembeli.
2. Kebersihan makanan yang dipertanyakan
Makanan memang tidak basi. Namun, kebersihannya masih dipertanyakan. Ini terlihat dari adanya benda-benda yang seharusnya tidak ada dalam makanan, seperti helaian rambut.
Kesan jorok juga bisa terdapat pada kemasannya, seperti kertas pembungkus yang tampak lecek seakan-akan sudah pernah dipakai. Demikian pula sendok plastik yang tidak dibungkus terpisah, sehingga kemungkinan telah bersentuhan dengan tangan penjual.
3. Setelah makan malah sakit tenggorokan
Biasanya, hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas minyak goreng yang digunakan. Apalagi ketika minyak goreng langka atau mahal. Rasa nikmat saat menyantap gorengan malah harus dibayar dengan sakit tenggorokan yang menyiksa.
Bila pembeli telah mendapatkan pengalaman buruk seperti ini, ia pasti enggan untuk memesan kembali dari restoran yang sama. Jika diulangi, rasanya seperti tak sayang pada kesehatan sendiri.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Baik sejak Kecil agar Anak Tak Pilih-pilih Makanan, Mudah!
4. Setelah makanan datang, ternyata gak sesuai dengan harganya yang mahal
Editor’s picks
Dengan harga yang termasuk mahal, pembeli tentu berharap makanan yang datang akan sepadan. Baik dari segi porsi, kebersihan, bahan-bahan yang digunakan, maupun rasanya.
Pembeli bakal kecewa berat kalau makanannya ternyata malah sama saja dengan produk sejenis yang dijual dengan harga lebih miring. Tambah parah jika baik rasa maupun porsi makanannya masih kalah jauh.
5. Menunggu terlalu lama
Mayoritas orang paling sulit untuk bersabar bila perutnya sudah keroncongan. Menunggu beberapa menit saja rasanya bagaikan setahun. Oleh karena itu, proses memasak serta pengiriman yang cepat menjadi harapan mereka.
Makin mengecewakan apabila setelah ditunggu lama ternyata rasanya biasa aja atau malah seperti di bawah ini. Pesanannya salah! Lebih jelasnya, kita lanjut ke poin berikutnya, ya.
6. Pesanan yang diantar salah atau kurang
Contoh, seseorang memesan ayam goreng. Setelah datang, ayam gorengnya memang ada. Hanya saja, sambal atau lalapannya ketinggalan karena jelas di aplikasi keduanya sudah termasuk dalam pesanan ayam goreng.
Walaupun tampak sepele, bagi pembeli tentu hal ini amat mengecewakan. Kenikmatan menyantap ayam goreng bisa turun drastis gara-gara gak pakai sambal atau lalapan. Penjual harus lebih teliti, nih!
7. Rasa kurang cocok di lidah
Selera orang memang berbeda-beda. Namun, makanan biasanya baru disebut kurang nikmat kalau hambar, terlalu asin, atau ada rasa amis yang membuat mual. Penting untuk penjual makanan selalu mencicipi masakannya agar dapat mengoreksi rasa.
Penjual makanan juga harus paham perbedaan selera orang. Jangan menganggap semua orang suka makanan asin atau pedas sekali. Ambil rasa yang pertengahan atau sediakan level kepedasan yang bisa dipilih.
Memuaskan lidah orang memang tidak semudah membalik telapak tangan. Namun, apabila pembeli telah merasa cocok dengan rasa dan pelayanan sebuah restoran, dijamin mereka akan kembali memesan bahkan merekomendasikannya ke teman-teman.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Buruk saat Iseng Buka Aplikasi Online Shop, Sering Kalap!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.