5 Alasan Orang Kesal Dibilang Pamer, Dia Lebih Tahu Niatnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sekalipun sikap pamer gak baik, kita kudu berhati-hati sekali dalam menyebut orang lain menyombongkan sesuatu yang dimiliki. Apalagi di zaman ketika sebagian besar orang suka mengunggah apa saja di media sosial, sedang sebagian lagi terlalu cepat menghakimi.
Boleh jadi, kita termasuk yang terakhir sehingga sedikit-sedikit menyebut orang lain sedang pamer saja. Kalau kita mudah menuduh orang pamer, bukan salah mereka juga bila menjadi kesal. Yuk, pahami alasannya dan tahan diri dari gemar menilai orang lain.
1. Niatnya memang bukan buat pamer
Kalau sudah menyangkut niat, tak ada yang lebih tahu selain orang yang bersangkutan. Demikian pula dengan seseorang yang kita anggap lagi pamer. Apa yang dilakukannya ternyata tidak dimaksudkan buat begitu.
Seperti dalam ilustrasi. Seseorang berfoto di kebun yang dikelolanya sendiri. Ia semata-mata merasa senang mampu berkebun untuk pertama kalinya. Akan tetapi, kita malah gak fokus ke situ dan menganggapnya cuma pamer punya tanah yang luas.
2. Dia tidak bisa lepas dari atribut-atribut sosial ekonominya
Sesederhana apa pun sifat seseorang, sulit untuknya sepenuhnya melepaskan diri dari atribut-atribut sosial ekonominya. Sama seperti kita tidak mungkin melepaskan seluruh pakaian ketika hendak menemui orang lain.
Misalnya, orang yang dalam seminggu bisa beberapa kali pergi ke berbagai kota menggunakan pesawat. Sedikit banyak foto-fotonya tentu tentang perjalanannya. Akan tetapi, kita dengan mudahnya melabeli seseorang sebagai tukang pamer mentang-mentang ke mana-mana naik pesawat.
Baca Juga: 5 Dampak Baik saat Kamu Gak Pamer Kemesraan di Media Sosial
3. Penampilan dan apa yang diunggahnya sangat memengaruhi pekerjaannya
Editor’s picks
Buat kita, penampilan mungkin nomor sekian. Hampir tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita dan berapa uang yang bisa dibawa pulang setiap bulannya. Namun bagi orang lain gak sesederhana itu.
Cara mereka menampilkan diri baik di dunia nyata maupun maya sangat berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan. Orang-orang menjadi lebih memercayai profesionalitasnya di suatu bidang berkat tampilannya yang meyakinkan.
4. Terlihat mampu dibilang pamer, tampak susah dihina
Nah, jadikan ini sebagai bahan introspeksi buat kita. Jangan membuat orang lain bingung kudu bersikap dan menampilkan diri seperti apa supaya tepat di mata kita. Sedang standar biasa-biasa saja itu gak jelas ukurannya.
Orang yang hari ini kita cap sebagai jagonya pamer, boleh jadi memiliki pengalaman sebaliknya. Yaitu, dihina orang kala ia tampak sengsara atau sekadar sederhana. Dia menjadi tidak mengerti apa yang sebenarnya kita inginkan darinya selain mencari-cari celanya saja.
5. Yang bilang pamer tak mengenalnya secara langsung
Berhati-hatilah sekali apabila hendak mengomentari perilaku seseorang yang tidak kita kenal dengan baik. Kemungkinan kelirunya menjadi amat besar. Inilah yang bikin orang lain kesal dan gak terima.
Kita sesungguhnya tak tahu apa-apa soal dirinya, tetapi sembarangan melabelinya sebagai ahli pamer. Sementara itu, dia kesulitan buat menjelaskan segala sesuatu tentang dirinya pada orang yang asing baginya dan telah memiliki prasangka.
Kalaupun kita berpendapat seseorang cuma pamer, simpan saja pemikiran tersebut untuk diri sendiri. Bagusnya sih, kita cepat-cepat mengingatkan diri supaya tidak berburuk sangka terhadap siapa pun. Pamer itu gak baik. Namun, menuduh orang pamer juga sama buruknya.
Baca Juga: [QUIZ] Apakah Kamu Tipe Orang yang Suka Pamer?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.