5 Alasan Orang Menunda Menceritakan Masalahnya, Bukannya Gak Percaya

Dengan mengetahui alasannya maka kamu bisa memahaminya

Ada orang yang setiap punya masalah langsung menceritakannya pada sahabat atau keluarga. Mereka tidak perlu berpikir panjang dan berbagi masalah yang sedang dihadapi memberikan kelegaan. Akan tetapi, ada juga orang yang suka menundanya seakan-akan mereka mengkhawatirkan sesuatu.

Bahkan jika bisa, mereka tak ingin orang lain tahu persoalannya. Kurangnya rasa percaya pada orang di sekitarnya bukanlah satu-satunya penyebab. Masih ada sejumlah alasan yang tak mengandung pikiran buruk pada orang lain. Berikut ulasannya.

1. Menunggu diri mereka lebih tenang

5 Alasan Orang Menunda Menceritakan Masalahnya, Bukannya Gak Percayailustrasi meringkuk (pexels.com/Karolina Grabowska)

Bagi mereka yang masih dikuasai perasaan sedih, marah, kecewa, dan kaget akan sangat sulit untuk menceritakan masalahnya dengan baik. Bisa-bisa air mata atau nada tinggi mereka ketika mencoba bercerita malah membuat orang lain tak nyaman atau keliru memahami maksudnya.

Dalam keadaan penuh emosi, ceritanya juga bakal melompat-lompat serta sangat subjektif. Ini makin menyulitkan orang lain buat mengerti. Daripada momen bercerita menjadi sia-sia, lebih baik menunggu diri mereka lebih tenang.

2. Menanti kepastian kabar

5 Alasan Orang Menunda Menceritakan Masalahnya, Bukannya Gak Percayailustrasi perempuan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Masalah dapat muncul bahkan sebelum suatu kabar dipastikan benar. Misalnya, saat ada kabar burung akan terjadi PHK besar-besaran di kantor. Kabar ini tentu sudah membuat stres para karyawan.

Akan tetapi jika mereka cepat-cepat berbicara dengan pasangan, nanti pasangan ikut panik. Suasana di rumah pun bisa kacau oleh kabar yang belum pasti kebenarannya. Mereka masih menyimpan harapan berita itu salah dan PHK tak pernah terjadi.

Baca Juga: 5 Hal Baik yang Bisa Dipetik jika Kamu Sering Bercerita ke Orang Lain

3. Mau fokus menyelesaikan masalahnya dulu

dm-player
5 Alasan Orang Menunda Menceritakan Masalahnya, Bukannya Gak Percayailustrasi sendirian (pexels.com/Luis Ruiz)

Bagi mereka, urusan bercerita nanti saja. Ada yang lebih mendesak untuk dikerjakan saat ini,yaitu berusaha memecahkan masalah tersebut. Sebab bila suatu problem dibiarkan berlarut-larut, nanti bertambah besar dan sulit untuk diselesaikan.

Mereka yang memprioritaskan penyelesaian masalah umumnya juga punya keyakinan mampu melakukannya sendiri. Makanya, mereka baru akan membukanya pada orang lain apabila problem telah terpecahkan dengan baik.

4. Takut dia cuma terlalu baper

5 Alasan Orang Menunda Menceritakan Masalahnya, Bukannya Gak Percayailustrasi perempuan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Berbeda dengan poin 2 yang belum ada kepastian kabar, kali ini masalahnya ada. Akan tetapi, mungkin saja yang sesungguhnya terjadi hanyalah masalah sepele. Namun karena seseorang gampang baper, masalah itu jadi terasa sangat melukai hati.

Dia yang sadar tentang kelemahan hatinya kemudian gak mau menceritakan masalahnya ke orang lain, ia perlu waktu untuk mengukur mana yang lebih besar di sini yakni persoalannya atau sifat bapernya. Kalau dia terlalu cepat bercerita, takutnya orang lain merespons, "Ah, itu sih cuma kamu yang baper."

5. Berharap orang lain terlebih dahulu memberi perhatian

5 Alasan Orang Menunda Menceritakan Masalahnya, Bukannya Gak Percayailustrasi duduk di kamar (pexels.com/Kevin Malik)

Semua orang pada dasarnya suka diperhatikan. Apalagi dalam keadaan mereka memiliki masalah. Oleh sebab itu, orang yang punya masalah tapi gak kunjung menceritakannya pada sahabat atau keluarga bukan berarti tak ingin terbuka.

Bisa jadi mereka cuma ingin dipancing dulu. Misalnya dengan pertanyaan, "Apakah kamu baik-baik saja?" Pertanyaan sesederhana itu memberi tanda pada mereka bahwa ada orang yang cukup peduli serta siap mendengarkan. Ini meyakinkan mereka buat menceritakan masalahnya.

Tidak terburu-buru menceritakan masalah sendiri pada orang lain sebenarnya sikap yang bijaksana. Sebab bila semua masalah langsung diutarakan pada orang lain, kasihan mereka sampai ikut pusing memikirkannya.

Meski demikian, jangan pula memendam seluruh persoalan. Ceritakan masalah-masalah yang sekiranya kamu tak mampu mengatasinya seorang diri atau sekadar dalam rangka berbagi pengalaman dengan orang lain. Bukan agar dikasihani, lho.

Baca Juga: 6 Tips Berhenti Oversharing, Yuk, Kenali Batasan Bercerita

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya