Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Ciri Orang yang Sulit Menerima Nasihat, Kamu Berkeras Dia Ngegas

ilustrasi diabaikan (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi diabaikan (pexels.com/Gustavo Fring)

Maksudmu memberikan nasihat pada orang lain sudah baik. Cara menyampaikannya juga sesopan mungkin dan mencari tempat yang privat agar tidak mempermalukan penerima nasihat. Akan tetapi, apakah niat yang mulia demi kebaikannya sendiri ini akan selalu berhasil?

Jawabannya tidak, tergantung dari karakter orang yang dihadapi. Ada orang yang mudah menerima nasihat, tetapi ada pula orang yang lebih dari sekadar keras kepala. Terkadang orang yang dinasihati malah melecehkan pemberi nasihat. Maka sekeras apa pun usahamu untuk menasihati seseorang boleh jadi tak akan berhasil.

Kalau kamu berkeras menasihatinya, ia justru ngegas. Daripada dirimu sakit hati dan dia pun membencimu, sebaiknya kamu berlepas diri dari apa pun masalah yang tengah membelitnya. Amati ciri orang yang sulit menerima nasihat berikut ini agar energi tidak terbuang untuk menasihatinya, sekalipun ia orang terdekatmu. 

1. Selalu bilang praktiknya sulit

ilustrasi konsultasi (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi konsultasi (pexels.com/Timur Weber)

Kamu yang menasihati, sedangkan dia yang dinasihati. Artinya, mau tidak mau memang ia harus mempraktikkan nasihat tersebut sesuai dengan masalah yang dihadapi. Namun bila dia sudah berkata praktiknya sulit, ini tanda bahwa kemungkinan besar ia tak akan menerapkan nasihatmu.

Letak kesulitannya juga belum tentu jelas. Ia seakan-akan telah memblokir diri sendiri agar tidak perlu melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan isi nasihatmu. Ada rasa malas yang kuat dalam dirinya untuk menindaklanjuti nasihat baikmu. Sebanyak apa pun nasihat yang diperolehnya dari orang yang berbeda-beda menjadi gak berguna karena tidak pernah diaplikasikan.

2. Menyerang pribadi pemberi nasihat

ilustrasi menyerang konselor (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi menyerang konselor (pexels.com/cottonbro studio)

Tipe orang yang agresif gak akan bisa diam dan mendengarkan orang lain menasihatinya. Bukannya ia menyimak dan merenungkan perkataanmu, justru kamu diserang olehnya. Tak peduli dirimu ahli di suatu bidang, dia tetap bersikap agresif. Ia pandai memanfaatkan celah untuk menjatuhkan wibawa dan nasihatmu.

Misalnya, kamu konsultan pernikahan dan memberikan nasihat pada orang yang akan bercerai. Dia tahu bahwa dirimu masih lajang atau telah bercerai dari pasangan. Status ini bakal diserangnya seolah-olah ia hanya akan memercayai nasihat yang diberikan oleh orang yang sudah menikah dan pernikahannya bahagia. Padahal, andai pun ia ditangani oleh konsultan yang berbeda tetap bakal mencela pribadinya biar nasihatnya seakan-akan gak berguna.

3. No comment dan bergegas pergi

ilustrasi konsultasi (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi konsultasi (pexels.com/RDNE Stock project)

Dia sebenarnya bersikap menutup telinga terhadap nasihat apa pun. Ia tidak mau mendengarkanmu. Sebagian nasihatmu yang sudah terdengar olehnya hanya akan segera dilupakannya. Kepergiannya saat kamu masih berbicara dengannya merupakan sikap yang amat tak sopan.

Sekaligus isyarat bahwa setelah ini dia gak mau lagi berurusan denganmu. Berbeda dengan orang yang tidak berkomentar ketika dinasihati, tetapi juga gak pergi meninggalkanmu. Orang yang hanya diam serta mendengarkan justru tengah mencerna nasihatmu. Kepergian orang yang dinasihati sama dengan sikap masa bodohnya atas apa pun yang kamu katakan.

4. Sering berkata, "Suka-suka aku dong!"

ilustrasi konsultasi (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi konsultasi (pexels.com/Antoni Shkraba)

Makna dari ucapan ini adalah menegaskan bahwa kamu gak punya hak apa-apa untuk mencampuri kehidupannya. Bahkan meski dirimu menasihati guna kebaikannya sendiri, ia tak peduli. Justru nasihatmu itu dipandangnya sebagai pelanggaran privasi. 

Orang yang suka mengatakan kalimat di atas sering melawan nasihat dengan berbuat kian semaunya. Ini dimaksudkan buat mengolok-olok nasihatmu. Contohnya, kamu menasihati seseorang supaya berhenti merokok atau jangan pulang malam-malam. Keesokannya dia malah menghabiskan rokok lebih banyak daripada biasanya di hadapanmu atau pulang pagi sekalian.

5. Menyebutmu sok tahu

ilustrasi menasihati (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi menasihati (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kamu memang tahu tentang persoalannya dan solusi terbaiknya. Dirimu berpengalaman dalam hal itu. Akan tetapi, tetap saja bagi penerima nasihat kamu cuma bersikap sok tahu. Tak ada gunanya memperdebatkan pengetahuanmu dengannya. 

Dengan dia memberimu cap sok tahu, apa yang dikatakan olehmu dipandangnya keliru. Tingkat kepercayaannya padamu sangat rendah. Bahkan mungkin bukan cuma kamu. Siapa pun orang yang berusaha memberinya masukan selalu disebut sok tahu. Bukan pemberi nasihat sepertimu yang sok tahu, melainkan ia memang tak mau tahu tentang nasihat apa pun dan dari siapa pun.

6. Mengatakan nasihatnya basi

ilustrasi konsultasi (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi konsultasi (pexels.com/Timur Weber)

Nasihat terasa basi karena dia sudah terlalu sering mendengarnya. Namun, sesering apa pun ia mendengarkan suatu nasihat belum tentu dia pernah mencoba menerapkannya sekali saja. Inilah yang membuat nasihat terdengar basi di telinganya, tetapi kehidupannya juga tak berubah menjadi lebih baik.

Dia sudah bosan dengan nasihat yang sama dan keadaan dirinya. Dirimu bisa langsung menembaknya dengan pertanyaan, "Jadi kenapa kamu tidak mencoba nasihat basi ini? Kalau nasihat ini efektif untuk banyak orang, mungkin juga akan cocok buatmu." Semoga ia lebih tercerahkan.

7. Merasa lebih pintar dan berpengalaman dari semua orang

ilustrasi konsultasi (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi konsultasi (pexels.com/Antoni Shkraba)

Tidak mudah untuk menasihati orang yang memang lebih pintar dan berpengalaman daripada kamu. Nasihatmu bisa terdengar terlalu naif baginya dan kurang sesuai dengan persoalannya. Namun, ada orang yang jauh lebih sulit buat menerima nasihat siapa pun. Yaitu, orang yang merasa paling pandai dan kaya pengalaman.

Perasaannya itu seperti menutup kedua mata dan telinganya. Orang yang sungguh-sungguh pintar dan berpengalaman kadang malah tersentuh oleh nasihat sederhana dari orang yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, pribadi sombong dapat sampai membodoh-bodohkan pemberi nasihat.

Berhubung dia merasa lebih pintar serta berpengalaman daripada kamu, mending dirimu berhenti menasihatinya. Anggap saja ia sudah tahu segala risiko dari perbuatan atau keinginannya. Suatu saat nanti dia sadar dirinya gak sepandai itu, niscaya ia akan datang padamu untuk meminta nasihat.

8. Berkali-kali melakukan kesalahan yang sama

ilustrasi konsultasi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi konsultasi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bandelnya bukan main. Ini dibuktikan dengan lebih dari sekali dia jatuh ke lubang yang sama. Padahal, sebelum ia melakukan kesalahan untuk pertama kalinya pun telah dinasihati. Setelah dia berbuat keliru juga kembali dinasihati. Namun, semua nasihat itu seperti cuma masuk ke telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kirinya.

Tampak jelas bahwa tidak satu pun nasihat yang pernah diterimanya dari orang lain diterapkan dalam hidupnya. Meski setiap kali dia kembali terjerat persoalan yang sama kemudian menemuimu dan meminta nasihat, siklus tersebut terus berulang. Bila nanti ia datang lagi padamu katakan saja, "Nasihat terbaik harus disimpulkan sendiri olehmu berdasarkan seluruh pengalamanmu." 

Orang yang senang menerima nasihat kerap kali malah minta dinasihati. Sementara itu, ciri orang yang sulit menerima nasihat dan menutup diri akan terus mengabaikan bahkan menyerang pemberi nasihat. Jangan menghabiskan energimu untuk menasihati orang dengan delapan ciri di atas, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us