5 Hal ketika Lebih Gampang Pesimis daripada Optimis, Bahaya?

Apa yang didengar memengaruhi pikiranmu

Menjadi orang yang pesimis tidaklah menyenangkan. Tiadanya keyakinan yang positif tentang apa pun menurunkan semangatmu menjalani hari. Rasanya menjadi malas melakukan apa saja karena takut sudah capek-capek berbuat banyak, tetapi sia-sia belaka.

Bahkan orang yang dikenal dengan optimismenya pun dapat kapan saja mendadak merasa pesimis. Perubahan ini lebih terasa membebani sebab ada kekhawatiran karakter lamanya yang optimis gak akan kembali dan selamanya dia menjadi pribadi yang penuh pesimisme. Seburuk itukah jika kamu lebih sering pesimis akhir-akhir ini?

Bisa ya atau tidak tergantung banyak hal. Pahami penyebab dirimu merasa pesimis belakangan ini dan sampai kapan ini boleh dibiarkan. Optimisme dapat hilang, tetapi juga bisa kembali, kok.

1. Wajar terjadi kalau situasinya memang gak bagus

5 Hal ketika Lebih Gampang Pesimis daripada Optimis, Bahaya?ilustrasi seorang pria (pexels.com/Sachith Ravishka Kodikara)

Pesimisme bisa lebih banyak disebabkan dari dalam diri maupun situasi di luar. Jika karakter aslimu memang mudah pesimis, sebaik apa pun kondisi di luar diri akan tetap dipandang secara negatif. Misalnya, sedang ada pembukaan lowongan kerja besar-besaran dan kamu tetap berpikir dirimu tidak akan diterima di satu pun formasi yang ada.

Pesimisme yang timbul akibat karakter diri seperti di atas sukar diubah. Berbagai usaha orang lain untuk membangkitkan optimismemu kerap tidak berhasil. Kamu akan melawan setiap perkataan yang tak sesuai dengan pikiranmu yang suram.

Sementara itu, pesimisme yang muncul akibat situasi sifatnya hanya sementara. Bila situasi berangsur membaik, rasa optimismu juga kembali. Contohnya, ekonomi yang melambat sempat bikin kamu pesimis mampu mempertahankan bisnis, tetapi beberapa saat kemudian dirimu kembali bersemangat setelah perekonomian menunjukkan tren yang positif.

2. Namun, bisa juga pengaruh asupan informasi yang tidak imbang

5 Hal ketika Lebih Gampang Pesimis daripada Optimis, Bahaya?ilustrasi seorang pria (pexels.com/Eun Suk)

Pikiranmu adalah apa yang kamu dengar dan baca. Maka berhati-hatilah dalam mencari atau menerima berbagai informasi. Jangan buat diri sendiri terlampau cemas dengan begitu banyak informasi negatif.

Bahkan berbagai prediksi negatif yang belum tentu akan terbukti kebenarannya juga sudah bisa membuatmu kehilangan optimisme. Hentikan dulu arus informasi ini dan imbangi dengan membuka keran untuk kabar-kabar yang lebih positif tentang apa pun. Ini berfungsi untuk memblokir rasa pesimis supaya tidak menguasaimu.

Fokusmu perlu dialihkan agar tak terlalu memikirkan hal-hal buruk. Walaupun situasinya memang sedang kurang baik, kabar-kabar positif tentang hal lain mendorongmu menanggapinya dengan lebih santai serta pikiran yang jernih. Kondisi di luar diri yang harus dihadapi tidak berubah, tetapi caramu melihatnya menjadi lebih baik.

Baca Juga: 7 Sifat dalam Diri yang Dapat Merusak Hidupmu, Ada Pesimis!

3. Rasa pesimis dapat dikurangi dengan aktivitas

dm-player
5 Hal ketika Lebih Gampang Pesimis daripada Optimis, Bahaya?ilustrasi bekerja dari rumah (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Berdiam diri saja ketika merasa pesimis bukanlah ide yang baik. Walau rasa pesimis melemahkan energimu, kamu harus tetap beraktivitas supaya rasa itu berkurang. Jangan meninggalkan rutinitas atau tugas yang harus dikerjakan sekalipun kamu gak yakin dengan hasilnya nanti.

Sulit untuk memastikan setiap hasil di awal sehingga banyak hasil baik diperoleh dengan sesimpel terus melangkah. Gak perlu menunggu optimis dulu baru berbuat. Optimisme dibangun sedikit demi sedikit dan sering kali baru terasa setelah lebih dari separuh jalan menuju selesainya pengerjaan suatu tugas besar.

Rutinitas juga memecah perhatianmu biar gak terus membayangkan hal-hal buruk. Ketika kamu beraktivitas pasti juga terjadi interaksi dengan banyak orang yang akan memperbaiki pandanganmu. Tidak perlu berharap dapat selalu beraktivitas dengan semangat yang penuh karena kamu agak loyo pun masih mampu menjalankannya dengan sama baiknya.

4. Hasil kecil tetapi nyata membantu kembalinya optimisme

5 Hal ketika Lebih Gampang Pesimis daripada Optimis, Bahaya?ilustrasi seorang pria (pexels.com/Sarazh Izmailov)

Buat satu kemajuan sekecil apa pun untuk memudahkan proses kembalinya rasa optimis. Meski kamu punya target besar, buat juga target-target kecil yang jauh lebih mudah untuk dicapai. Keberhasilan meraihnya memang belum ada apa-apanya dari target utama.

Akan tetapi, efek kebahagiaan dan kepercayaan diri dari keberhasilan itu akan membuatmu merasa lebih baik. Kamu seperti diingatkan kembali tentang kemampuanmu. Ketika dirimu kesulitan melompat jauh, berhasil maju selangkah demi selangkah juga membuatmu lebih dekat ke titik yang dituju.

5. Tetap gak bisa optimis mungkin tanda harus ganti haluan

5 Hal ketika Lebih Gampang Pesimis daripada Optimis, Bahaya?ilustrasi duduk merenung (pexels.com/Ivan Samkov)

Apakah pesimisme harus selalu dilawan dan diubah hingga berbalik menjadi optimisme? Tidak, karena memaksakan diri buat optimis ketika banyak hal konsisten menunjukkan sesuatu yang mustahil adalah sikap yang konyol. Ini dapat disebut sebagai aksi bunuh diri. 

Kamu perlu menganalisis sebab-sebab dari pesimisme tersebut. Cari tahu apakah dirimu hanya terlalu khawatir atau secara akal sehat peluang keberhasilannya memang hampir tidak ada. Seperti kamu ingin mengikuti kompetisi, tetapi kemampuanmu di bidang tersebut sangat kurang.

Bila situasinya seperti itu sedangkan meningkatkan kemampuan di bidang tersebut butuh waktu lama, kamu bisa mencari kompetisi yang lebih sesuai. Jangan mengejar sesuatu yang tidak mungkin terkejar. Kalau antara tujuan dengan kemampuan serta kesempatan bertemu, optimisme muncul secara otomatis.

Siapa pun gak bisa selalu optimis. Optimisme dan pesimisme yang datang silih berganti merupakan tanda bahwa kita melihat apa pun dari banyak sisi dan bukan cuma positifnya saja. Optimisme berlebihan juga dapat melemahkan pikiran kita dalam mencerna realitas sehingga pesimisme tidak selalu buruk, asal kemunculannya dipelajari serta dikontrol.

Baca Juga: 5 Bukti Kehidupan Dikendalikan Sikap Pesimis, Gak Berani Maju!

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya