6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulis

Ketidakpastian penghasilan meneror mental

Kecemasan terkait pekerjaan juga dirasakan oleh penulis, sekalipun mereka sendiri mungkin pernah menulis tentang tema tersebut. Dengan pekerjaan yang mengharuskan mereka buat terus berpikir kreatif serta mendalam, pikiran lebih rawan capek dan menjadi buntu. Meski mereka terlihat tenang, boleh jadi di dalam diri ada banyak beban pikiran.

Kecemasan yang menghebat menjadi hambatan untuk produktivitasnya. Bahkan, seseorang yang baru akan menulis dapat kehilangan semangatnya dan urung menghasilkan karya. Dampak sejauh ini tentu amat merugikan sehingga perlu dicegah.

Setiap penulis mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dalam perjalanan menulisnya. Namun, enam kecemasan berikut kerap dirasakan sebagian besar dari mereka. Semoga tak sampai menghambat diri buat berkarya, ya.

1. Khawatir karyanya diplagiat

6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulisilustrasi seorang penulis (pexels.com/RDNE Stock project)

Penulis sudah bekerja keras sejak mencari ide sampai merangkai setiap kata hingga sebuah tulisan selesai dan siap dinikmati pembaca. Kerja keras ini bisa lebih panjang apabila untuk memublikasikannya saja tidak mudah. Manusiawi kalau penulis bakal marah apabila karyanya dijiplak orang.

Sebagai penulis asli, dia malah bisa tidak diakui. Orang yang melakukan plagiat lebih populer dibandingkan dirinya. Kian banyak kabar terjadinya plagiat dapat membuat semangat untuk menulis surut tajam.

Plagiat amat merugikan penulis termasuk dari segi materi. Meski plagiat memang paling menjengkelkan di dunia kepenulisan, sebaiknya ini tidak menghentikan semangat dalam berkarya. Orang yang memplagiat nanti bisa dicari dan dimintai pertanggungjawaban. Jangan batal menulis hanya lantaran takut karyanya dicuri orang.

2. Jangan-jangan tulisannya dihujat banyak orang

6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulisilustrasi seorang penulis (pexels.com/Ron Lach)

Apa pun yang ditulis dan dipublikasikan memang punya risiko kena hujat. Meski itu opini pribadi, terkadang ada pembaca yang tidak siap menerima perbedaan pendapat. Hanya karena satu tulisan yang menimbulkan pro dan kontra, penulisnya bisa mengalami perundungan.

Walaupun risiko ini selalu ada, penulis mesti tetap mengungkapkan gagasan-gagasannya secara independen. Baik tulisan yang memerlukan data atau berdasarkan pengalaman serta pendapat pribadi perlu ditulis sebagaimana adanya. Tentu dengan pertimbangan akan pilihan kata-kata yang tepat.

Adanya editor membantu penulis untuk menghindari hujatan. Tulisan akan ditinjau dulu sebelum dipublikasikan. Akan tetapi, saat penulis memublikasikan karyanya sendiri di berbagai platform juga tak perlu terlalu takut.

Dengan pemilihan platform yang tepat serta belajar menjadi editor yang baik buat karya sendiri juga bisa mengurangi risiko dihujat orang. Pun penulis harus selalu ingat bahwa ia tidak berkarya buat menyenangkan sekelompok orang. Tulisan mesti jujur walau tidak semua pihak bakal nyaman membacanya.

Baca Juga: Penulis Jangan Plagiat, 5 Hal Negatif Ini Akan Terjadi Padamu Lho

3. Takut karyanya ditolak editor

6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulisilustrasi seorang penulis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Bagi penulis, editor bisa menjadi momok tersendiri. Satu sisi, keberadaan editor amat penting untuk memperbaiki tulisannya supaya lebih tepat, enak dibaca, serta tidak menimbulkan kegaduhan selepas dipublikasikan. Akan tetapi, adanya seleksi editor juga bisa bikin sebagian penulis ciut nyali.

Ada ketakutan kalau-kalau karya yang sudah dibuat susah payah dan menurutnya bagus sekali malah mendapat respons sebaliknya dari editor. Jika ini terjadi, penulis dapat merasa begitu terpukul, marah, hingga tidak percaya diri buat kembali menulis. Ya, menjadi seorang penulis memang cukup banyak syaratnya.

Selain penguasaan yang baik akan tema tulisan, kreativitas, ketajaman dalam analisis, dan kemampuan berbahasa tulis yang baik; penulis juga wajib bermental baja. Penolakan demi penolakan tak bisa dielakkan dalam perjalanan setiap penulis. Kecuali, semua karyanya diterbitkan sendiri. Itu pun masih berpeluang ditolak oleh pembaca yang gak menyukainya.

4. Bagaimana kalau kehabisan ide dan gak bisa nulis lagi?

6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulisilustrasi seorang penulis (pexels.com/cottonbro studio)

Setiap hari penulis bekerja menggali ide, terutama bagi mereka yang menjadikannya sebagai pekerjaan utama. Wajar apabila jam terbang yang sudah panjang pun tetap membuat mereka sesekali cemas kalau-kalau kehabisan ide. Tanpa gagasan, apa yang mau ditulis?

Makin hal ini dipikirkan, makin penulis merasa buntu dan kesulitan memperoleh ide. Penulis tidak boleh terpaku pada ide-ide besar saja atau terlalu ingin menemukan gagasan yang belum pernah diangkat oleh penulis lain. Gagasan seperti itu tidak ada dan yang bisa dilakukan penulis hanyalah memperbarui atau menambah sudut pandang.

Penulis mesti menumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa sekali menulis akan terus bisa melakukannya berulang-ulang sampai bertahun-tahun kemudian. Bukan kehabisan ide yang menjadi ancaman sesungguhnya, melainkan kurangnya komitmen diri untuk berkarya. Selama komitmen dijaga, menulis secara berkesinambungan tidak terlalu sulit.

5. Penghasilan yang tidak stabil

6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulisilustrasi seorang penulis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ada penulis yang memang bekerja di sebuah kantor dan memperoleh penghasilan tetap. Akan tetapi, ada lebih banyak penulis yang bekerja secara lepas. Penulis terakhirlah yang kerap mengalami kecemasan berkaitan dengan pendapatan.

Bila karya mereka kurang laku atau tulisan-tulisannya belum rutin mengisi media, pendapatan masih sukar diandalkan buat hidup. Butuh kerja keras untuk penulis dapat hidup dari karya-karyanya. Kemampuan menulis perlu terus ditingkatkan dan membuka diri pada banyak kesempatan.

Kalau seorang penulis telah memperoleh tempat yang tepat guna memublikasikan karyanya, ini harus dijaga betul. Konsistensi berkarya kudu dirawat dan kualitasnya gak boleh menurun. Menulis dengan pendapatan yang cukup stabil akan lebih gampang sebab pikiran dapat lebih fokus.

6. Tertekan dikejar deadline

6 Kecemasan yang Sering Dialami Penulis, Bisa Bikin Batal Nulisilustrasi seorang penulis (pexels.com/RDNE Stock project)

Deadline juga bisa bikin penulis panik kalau temanya sulit dan ada beberapa pekerjaan lain yang harus segera dikerjakan. Menulis membutuhkan konsentrasi yang tinggi serta suasana hati yang cukup baik. Tenggat pengerjaan yang mepet dan pikiran yang terpecah oleh berbagai hal akan membuat menulis menjadi tidak mudah.

Demi mengejar terselesaikannya pekerjaan sesuai waktu yang ditetapkan, penulis bisa lembur berhari-hari. Terutama untuk tulisan panjang seperti naskah novel yang hendak diikutkan ke perlombaan. Menulis ratusan halaman dalam waktu 3 bulan pun bukan hal yang mudah karena isinya harus apik.

Penting untuk penulis mengukur kemampuan kerjanya dan memetakan waktu yang tersedia. Bila waktunya terbatas, setiapnya mesti digunakan dengan sebaik mungkin. Jangan membuang-buang waktu serta energi buat hal-hal lain dulu guna mengantisipasi adanya hambatan dalam menulis di tengah-tengah nanti.

Meski kegiatan menulis bisa menjadi terapi diri, melakukannya sebagai pekerjaan sehari-hari ternyata dapat menimbulkan kecemasan. Penulis perlu sering menenangkan diri agar pikiran dapat kembali terpusat pada pekerjaan. Dengan ketenangan diri, menulis sebagai pekerjaan pun akan terasa menyenangkan.

Baca Juga: 6 Tanda Seorang Penulis Iri ke Penulis Lain, Takut Kalah Saing?

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya