8 Hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Kekerasan Seksual

2. Pelaku kekerasan seksual juga dapat siapa saja

unsplash.com/noah silliman

Jika kamu mengidentikkan pelaku kekerasan seksual dengan ciri-ciri tertentu, mungkin kamu hanya terjebak stereotip. Kenyataannya, pelaku kekerasan seksual dapat siapa saja bahkan sering kali sampai sukar untuk dipercaya.

Bahkan orang yang dekat dengan korban dan seharusnya memiliki tanggung jawab untuk melindunginya pun bisa menjadi pelaku. Demikian pula jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, serta kondisi ekonomi pelaku sangat beragam. Dengan pengetahuan ini, kita semua harus lebih berhati-hati.

Baca Juga: 5 Kisah Perempuan yang Jadi Korban Kekerasan Seksual dari Orang Asing

3. Kekerasan seksual bukan hanya tentang penetrasi alat kelamin

Unsplash.com/yrss

Jika kamu berpikir suatu perbuatan baru dapat disebut kekerasan seksual ketika terjadi pemerkosaan atau penetrasi alat kelamin, itu keliru. Pemerkosaan atau terjadinya penetrasi alat kelamin hanyalah salah satu dari berbagai tindak kekerasan seksual.

Sentuhan bahkan ucapan maupun tulisan yang mengarah ke maksud seksual dan membuat orang yang disasar tidak nyaman, jatuh kehormatannya, juga bagian dari kekerasan seksual. Begitu pula siulan bernuansa seksual yang kerap terjadi di jalan-jalan.

4. Kekerasan seksual bisa terjadi di mana pun

Pixabay.com/Anemone123-2637160

Berpikir kekerasan seksual hanya dapat terjadi di tempat sepi bisa jadi justru hanya akan membahayakan dirimu sendiri karena menjadi kurang waspada. Di tempat-tempat umum yang ramai pun, kekerasan seksual dapat terjadi.

Bahkan rumah sendiri dan lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman pun dapat menjadi tempat terjadinya kekerasan seksual. Mengingat seperti dalam poin 3 bahwa kekerasan seksual banyak sekali ragamnya, kekerasan seksual pun sangat mudah terjadi di media sosial.

Maka berhati-hatilah dalam berkomentar dan jika kamu mendapatkan komentar bernuansa seksual yang membuatmu tidak nyaman, blokir saja atau laporkan akunnya.

5. Kekerasan seksual bukan tentang pakaian korban, korban pergi sendirian, dan sejenisnya

Pixabay.com/PublicDomainPictures-14

Pakaian serapat apa pun tidak menjadikan seseorang aman dari ancaman kekerasan seksual. Jadi, berhentilah menyalahkan pakaian korban saat terjadi kasus kekerasan seksual. Demikian pula hal-hal lain terkait korban misalnya korban yang pergi sendirian, pergi di malam hari, atau bekerja di bidang yang banyak bersinggungan dengan lawan jenis.

Kekerasan seksual dapat terjadi di mana pun dan kapan pun. Sebaliknya, bekerja di bidang yang tidak banyak bersinggungan dengan lawan jenis juga tidak serta-merta aman. Aman dari kekerasan seksual hanya dapat dicapai dengan kesadaran dan penghormatan yang setinggi-tingginya dari setiap orang atas tubuh dan jiwa orang lain.

6. Menyalahkan korban berarti kamu mendukung pelaku dan tindak kekerasan seksual

Pixabay.com/Free-Photos-242387

Menyambung poin sebelumnya, mungkin kamu pernah atau bahkan sering mendengar atau membaca komentar di media sosial atas kasus kekerasan seksual yang kurang lebih berbunyi, “Makanya, jadi perempuan di rumah saja. Enggak usah kerja di luar biar aman ...”

Kita tidak bisa membuat keadaan menjadi lebih baik apalagi menurunkan angka kekerasan seksual dengan komentar-komentar bernada menyalahkan korban. Bahkan sangat mungkin, komentar-komentar seperti itu akan meningkatkan kasus kekerasan seksual.

Sebab tindakan pelaku secara tidak langsung dibenarkan mengingat korbannyalah yang dianggap terlebih dahulu memantik api. Jika kamu menyalahkan korban, apa pun alasannya, berarti kamu mendukung pelaku dan tindak kekerasan seksual padahal itu jelas kejahatan besar karena merampas kemerdekaan orang lain atas tubuh dan jiwanya.

7. Komentar seperti, “Tetapi korban menikmatinya, kan?” hanya menunjukkan rendahnya moralitasmu

Pixabay.com/TheDigitalArtist-202249

Jangan pernah berkomentar seperti itu saat terjadi kasus kekerasan seksual. Bahkan jika kamu hanya bermaksud bercanda, sudah saatnya kamu mengetahui bahwa kekerasan seksual bukanlah sesuatu yang layak untuk dijadikan lelucon.

Komentar demikian benar-benar hanya menunjukkan siapa kamu sesungguhnya. Maaf, jika terdengar menghakimi. Namun komentar seperti itu menunjukkan rendahnya empatimu, pengetahuanmu tentang kekerasan seksual, bahkan moralitasmu.

8. Berempatilah pada korban karena trauma atas kekerasan seksual dapat menghancurkan hidupnya

Unsplash.com/kj2018

Korban dapat merasa dirinya sangat kotor dan hina setelah mengalami kekerasan seksual. Kotoran yang tidak dapat dibersihkan kembali dengan cara apa pun dan sampai kapan pun. Seseorang bahkan mungkin beberapa orang telah merampas tubuh dan jiwanya yang seharusnya hanya menjadi miliknya. Maka tak jarang korban kekerasan seksual kesulitan untuk melanjutkan hidup sebab untuk dapat melanjutkan hidup, ia harus terlebih dahulu menerima dirinya sendiri seutuhnya.

Jadi, berempatilah. Jika kamu tidak dapat memberikan bantuan secara langsung pada korban, sikapmu yang tidak menyalahkan korban dan dengan tegas mengutuk tindak kekerasan seksual juga sudah bentuk dukungan besarmu untuk semua korban kekerasan seksual sekaligus upaya untuk memutus rantai kekerasan seksual yang terjadi di mana pun.

Kekerasan seksual sangatlah nyata dan daya rusaknya pada korban luar biasa. Maka sudah semestinya semua orang memiliki kepedulian besar pada hal ini. Cara yang paling sederhana sekaligus sebagai awal adalah meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kita tentang kekerasan seksual dengan 8 poin di atas, lalu menyebarkannya pada orang-orang di sekitar kita.

Lindungi diri sendiri, lindungi orang-orang terdekat kita, dan jangan sampai kita secara sadar maupun tidak justru ikut menyuburkan kekerasan seksual dengan menyudutkan korban. Kepedulianmu sangat berharga!

Baca Juga: 5 Bahaya Kekerasan Verbal yang Lebih Sakit Dibanding Kekerasan Fisik