7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?

Bisa membuat overthinking dan sulit berkarya

Karya yang dipublikasikan sudah tentu akan mendapatkan berbagai respon dari pembaca. Tidak semuanya akan bereaksi secara positif, tapi ada pula yang memberikan kritik bahkan dengan sangat pedas. Sebelum tulisan berupa artikel maupun naskah lain diterbitkan, penulis juga dapat memperoleh kritik dari editor. 

Maka dari itu, penulis memang harus selalu siap mendengarkan berbagai kritik dari siapa saja. Namun, nyatanya kadang tidak mudah bagi mereka dalam menerima kritik. Beberapa penulis bisa kesal, menolak kritik mentah-mentah, atau malah mengalami penurunan semangat dalam menulis. Berikut tujuh penyebab umum yang bikin penulis tutup telinga terhadap kritik.

1. Terbiasa bekerja sendirian

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Mayoritas penulis memang bekerja sendirian dari hari ke hari hingga tahun ke tahun. Proses penyelesaian draft tidak melibatkan orang lain. Sekalipun ia melakukan wawancara dengan berbagai pihak, pengerjaan tulisan dilakukan seorang diri.

Sedikit banyak cara kerja individual selama bertahun-tahun memengaruhi gaya interaksinya dengan orang lain. Mereka tidak berinteraksi dengan sesama sebanyak orang yang bekerja secara berkelompok atau di kantor. Orang yang bekerja dalam tim sudah amat terbiasa memperoleh kritik dan masukan dari rekan kerja.

Bahkan kritik dan saran kerap mewarnai percakapan mereka. Namun, penulis hanya menerima kritik selepas tulisannya dibaca oleh orang lain. Ada jeda waktu yang cukup panjang antara proses menulis dengan datangnya kritik. Ini bikin penulis menjadi jauh lebih sensitif terhadap kritik atas hasil kerja mereka.

2. Merasa paling tahu isi tulisannya

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Theo Decker)

Penulis bekerja dari huruf pertama sampai tanda baca terakhir dalam naskahnya. Di samping mengetik, tentu saja mereka berusaha melakukan riset dengan sebaik mungkin. Bahkan dalam keseharian mereka membaca apa saja yang dapat memperkaya wawasan. 

Terlebih ketika mereka perlu mengangkat tema tertentu dalam tulisannya. Proses mengumpulkan dan membaca berbagai referensi menjadi kian intensif. Ada subjektivitas pemikiran, bahwa orang lain tidak memahami tema tersebut lebih baik dari mereka.

Pemikiran seperti di atas tentu dapat tepat atau keliru tergantung realitasnya. Ada pengkritik yang memang tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan hanya asal mencela. Namun, tidak sedikit pula pengkritik dengan kompetensi tinggi yang isi kritikannya sangat patut disimak. Penulis harus bijak supaya tidak menolak segala bentuk kritik.

Baca Juga: 7 Keterampilan di Luar Kepenulisan yang Wajib Dipelajari Penulis 

3. Punya jam terbang lebih tinggi daripada pengkritik

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Penulis juga dapat melihat pengalaman pengkritiknya. Baik pengkritik itu merupakan editor, pembaca, maupun sesama penulis. Penulis yang sudah 10 tahun penuh menulis secara profesional, misalnya, dapat cenderung sukar menerima kritik dari editor atau sesama penulis yang baru 3 atau 5 tahun di bidang tersebut.

Untuk pembaca, penulis dapat makin selektif sebelum memutuskan akan mendengarkan atau mengabaikan kritiknya. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan pembaca yang mengkritik bisa lebih dicermatinya. Sekalipun sikap selektif begini tak salah, ada baiknya penulis lebih fokus pada isi kritiknya, daripada siapa pemberinya karena kritik yang membangun bisa datang dari siapa saja.

4. Malas memperbaiki karyanya

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Thirdman)

Tak dapat dimungkiri, bahwa menulis merupakan pekerjaan yang memerlukan ketelitian, ketekunan, serta kemampuan berlogika dan menganalisis yang tinggi. Maka penulis sering merasa capek setelah berhasil menyelesaikan tulisannya. Tambah panjang karyanya, tambah besar pula rasa lelahnya baik secara fisik maupun psikis.

Adanya kritik seakan-akan mendesak penulis untuk memperbaiki karyanya alias mereka harus bekerja dari nol lagi. Sekalipun maksud pengkritik belum tentu seperti itu, begitulah yang dapat dirasakan oleh penulis. Kritik dari editor yang perlu ditindaklanjuti supaya naskahnya bisa terbit pun tak jarang cuma direspons dengan 50% semangat. 

5. Kritik bikin overthinking dan bad mood

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dilihat dari pekerjaannya yang banyak menyendiri dan selalu berpikir, penulis memang rentan overthinking. Apalagi kalau berkaitan dengan pekerjaannya, sekecil apa pun kritik bisa membuat mereka berlebihan dalam memikirkannya. Jika sudah begitu, suasana hati pun menjadi buruk.

Ini bukan masalah sederhana buat penulis. Gara-gara overthinking serta bad mood  oleh kritik, beberapa penulis dapat kesulitan untuk memfokuskan pikirannya kembali.

Akibatnya, mereka mulai tersendat-sendat dalam berkarya. Bahkan, ada penulis yang berhenti menulis selama berbulan-bulan hingga beberapa tahun, lantaran terus dibayangi kritik atas karya terakhirnya.

6. Cara penyampaian kritik yang kurang baik

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Gak cuma penulis, siapa pun dapat merasa tersinggung dan kesal apabila mendapatkan kritik yang disampaikan dengan sembarangan. Baik dari segi pemilihan kata, kurangnya apresiasi, maupun media yang digunakan. Kritik yang diberikan secara asal-asalan seakan-akan melupakan kerja keras yang sudah dicurahkan oleh penulis.

Mengkritik tanpa disertai kompetensi serta kebijaksanaan amat gampang dilakukan. Kritik dalam beberapa kalimat buruk yang dinyatakan atau dituliskan dalam 5 menit saja bisa, seperti menihilkan dedikasi penulis selama bertahun-tahun di bidang tersebut. Apabila kritik diutarakan dengan cara-cara yang baik, tentu penulis umumnya bersikap terbuka, bahkan berterima kasih karena itu penting buat kemajuannya.

7. Merasa kritik diberikan secara tebang pilih

7 Penyebab Penulis Kadang Susah Menerima Kritik, Bikin Bad Mood?ilustrasi penulis (pexels.com/Ivan Samkov)

Kalau ada lebih dari satu penulis yang karyanya disandingkan, lebih baik untuk pengkritik mengupas semuanya dengan cermat. Jangan sampai cuma satu karya yang seperti dikritik habis-habisan, sedangkan karya lain terlalu dipuji. Lebih dari sekadar kritiknya tepat atau tidak, penulis yang karyanya dibantai akan merasa tersinggung dan dipermalukan.

Harga dirinya sebagai penulis seperti dijatuhkan di depan penulis lain yang karyanya lebih diunggulkan. Apalagi di depan orang-orang awam yang ikut menyimak kritik tersebut. Orang yang mengkritik pun dipandang tidak objektif, karena tak mungkin ada karya yang sempurna atau sepenuhnya berisi kejelekan. 

Kritik dibutuhkan oleh siapa saja agar makin berkembang. Termasuk penulis supaya karya-karyanya kian baik dari segi isi maupun penulisannya. Namun, pemberi kritik juga wajib menyampaikan kritiknya dengan sebaik mungkin. Fokus pada karya yang dikritik baik, tapi jangan lupakan adanya orang yang punya perasaan di balik karya itu. 

Baca Juga: 7 Langkah Menangani Impostor Syndrome sebagai Penulis Kreatif

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya