6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?

Ada penyebab yang bahagia maupun menyedihkan

Homesick atau rasa rindu berat pada kampung halaman khususnya keluarga di rumah biasa dialami oleh orang-orang yang merantau. Terlebih di tahun pertama merantau. Rasa kangen rumah yang tak tertahankan gak cuma mendorong mereka untuk lebih sering pulang, melainkan dapat menghentikan tekad buat terus merantau.

Mereka seolah-olah telah membuktikan bahwa seenak-enaknya berada di kota orang, lebih nyaman di kampung serta rumah orangtua sendiri. Namun, ada pula orang yang sejak awal merantau gak mengalami homesick sama sekali. Atau, beberapa orang akhirnya dapat berhenti memikirkan kampung halamannya setelah beberapa waktu merantau

Kalau mereka tidak lagi merasakan homesick, apakah ini artinya perasaan mereka telah mati? Mereka bukannya gak sayang pada orang-orang di rumah. Namun, tujuh sebab sebab anak rantau tak alami homesick berikut ini akan membantumu mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan.

1. Telah berhasil beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi bersama teman (pexels.com/Rupinder Singh)

Proses adaptasi ini dapat berbeda-beda tiap orang. Bagi mereka yang bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta orang-orang baru, siksaan kerinduan akan rumah juga lebih cepat berkurang. Namun, adaptasi yang lambat bahkan gagal bakal kian membuat anak rantau sedih tiap mengingat kampung halamannya.

Sebaik apa pun perantauannya rasanya tetap gak seperti kampung halaman dan rumah. Mereka menjadi terlalu sentimental dalam memandang rumah serta kampung halamannya. Proses adaptasi bisa dipercepat dengan tekad yang kuat dari mereka sendiri dan masyarakat di perantauan yang bersikap terbuka pada pendatang. 

Pemilihan kos-kosan juga memengaruhi rasa kerasan mereka. Makin individualis penghuninya bisa bikin anak kos baru merasa kesepian dan homesick parah. Akan tetapi bila teman-temannya cukup ramah, ini bisa menghibur hati bahkan mereka seperti keluarga baru.

Baca Juga: 6 Tips Mengatasi Keraguan saat akan Berkenalan dengan Orang Sekitar

2. Hubungan keluarga tidak harmonis

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi pertengkaran orangtua (pexels.com/cottonbro studio)

Bagi mereka yang sudah merasa sumpek tinggal di rumah yang penuh dengan pertengkaran, merantau kerap dijadikan jalan keluar. Satu sisi, mereka merantau untuk menuntut ilmu atau bekerja. Di sisi lain, mereka juga menghindari situasi menegangkan di rumah akibat cekcok orangtua atau sikap mereka yang toksik pada anak.

Alih-alih merasakan homesick, mereka malah sangat senang bisa berada sejauh mungkin dari rumah. Ini meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru. Biasanya, mereka yang merantau buat lari dari situasi rumah yang gak kondusif juga memilih untuk jarang pulang.

Bahkan di hari-hari libur ketika mayoritas anak kos mudik, seperti hari raya atau libur semester. Ada saja alasannya buat bertahan di kos-kosan termasuk dengan mencari-cari berbagai kesibukan. Kos-kosan memang bukan rumahnya, tetapi dapat memberikan kenyamanan yang justru gak diperolehnya di rumah orangtua.

3. Orangtua sudah meninggal dunia

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi kesedihan (pexels.com/cottonbro studio)

Berpulangnya kedua orangtua juga menjadi lembaran baru dalam kehidupan seseorang. Mereka yang tak lagi memiliki orangtua buat dikunjungi di rumah biasanya bakal merasa terputus dari kampung halaman. Kecuali, ada saudara yang mampu berperan menyerupai orangtua dan rutin memintanya pulang buat kumpul keluarga.

Jika tidak ada bahkan masing-masing saudara seperti saling cuek, lama-lama dia lebih betah di perantauan ketimbang di kampung halamannya. Sejujurnya ia tetap rindu pada kedua orangtua. Namun selepas mereka tidak mungkin ditemui di dunia ini, mau tak mau dia juga harus belajar tabah serta meneruskan hidup.

Ia akan berusaha mengalihkan fokusnya dari kerinduan pada orangtua ke berbagai aktivitas serta pemaknaan baru terhadap hidupnya. Seperti sekarang dia harus dapat lebih mandiri, tidak terlalu mudah terbawa perasaan, serta berkonsentrasi penuh pada masa depan dan orang-orang baru yang ditemuinya. Menengok ke masa lalu, kampung halaman, rumah, serta orangtua bukan hal yang disukainya karena meningkatan kerentanan hati.

4. Perantauan ini sangat dicita-citakannya

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi berbaring santai (pexels.com/Arina Krasnikova)

Walau akhirnya apa yang dilakukan sama yaitu merantau, dua orang dapat memiliki perasaan yang berbeda terkait keputusannya. Satu orang merantau karena keterpaksaan seperti benar-benar membutuhkan uang sekalipun pekerjaannya yang berada di kota lain sebetulnya membuatnya merasa kurang cocok. Sementara itu, satu orang lagi memang sangat ingin merantau.

Bahkan kota tempatnya merantau sesuai dengan keinginan. Ini bikin pandangannya pada perantauan amat positif. Semangatnya sedang begitu tinggi terhadap segala hal dalam perantauannya sehingga bayang-bayang kampung halaman serta keluarga juga bisa memudar.

Memang ekspektasi yang gak sesuai dengan realitas mengenai tempatnya merantau dapat mengurangi rasa betahnya. Akan tetapi, orang umumnya telah meneliti dan memutuskan dengan hati-hati daerah yang ingin didatanginya sehingga secara umum tetap memuaskan. Rasa kangen rumah pun jarang menyergapnya.

Baca Juga: 3 Cara Menunjukkan Sayang Pada Orangtua Saat Sedang Jauh dan Merantau

5. Kesibukan yang tinggi

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi bertelepon (pexels.com/MART PRODUCTION)

Rasa kangen rumah bakal tambah parah kalau anak rantau punya banyak waktu luang. Pasti sebentar-sebentar mereka teringat kampung halaman dan sibuk membayangkan seandainya dahulu tidak merantau. Mereka yakin hidup lebih nyaman daripada sekarang.

Tapi dengan adanya beragam kesibukan, perhatian mereka pun terpecah. Energi mereka juga sepenuhnya terpakai sehingga gak ada lagi banyak kesempatan buat memikirkan rumah. Tentunya kesibukan yang dimaksud tidak sembarangan. Kesibukan itu mesti bisa dinikmatinya sehingga tak menimbulkan tekanan psikis yang bikin mereka tidak betah merantau dan makin homesick.

6. Punya kekasih di perantauan

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jatuh cinta apalagi jika cinta itu sampai bersambut pasti akan membuat seseorang selalu dalam keadaan gembira. Pikirannya hampir dipenuhi oleh sosok yang menjadi pujaan hati. Tidak berarti ia berhenti menyayangi keluarga di rumah, tetapi cinta sedang mengalihkan perhatiannya dengan cara yang indah.

Kalau anak rantau telah memiliki tambatan hati biasanya dia malah malas pulang kampung. Terlebih pacarnya gak mudik ke mana pun, pasti rasanya ia ingin terus bersamanya saja. Pulang kampung baru dipilih ketika hari raya, itu pun tidak selama mereka yang masih jomlo.

Ia terpisah sebentar saja dengan pacar rasanya sudah kangen sehingga mendorongnya kembali lebih cepat ke perantauan. Ada yang lebih dirindukannya daripada orang-orang di rumah. Kekasih telah seperti pelipur kesedihan selama dia jauh dari orangtua dan saudara-saudara.

7. Hidup sejahtera di perantauan

6 Sebab Anak Rantau Tak Alami Homesick, Berhasil Adaptasi?ilustrasi berbaring santai (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tingkat kesejahteraan hidup seseorang di perantauan juga menentukan rasa rindunya pada rumah. Orang-orang yang harus menjalani kehidupan yang jauh lebih keras di luar rumah pasti kerap membayangkan nyamannya bila berada di tengah keluarga. Bahkan apabila secara finansial baik di kampung halaman maupun perantauan sama pas-pasannya, banyak orang tetap lebih suka berada di tanah kelahiran.

Dekat dengan keluarga masih memberikan rasa aman ketimbang harus berjuang di tanah orang untuk uang yang tak seberapa. Jika tidak segera ada perbaikan tingkat kesejahteraan di perantauan, orang dapat segera memutuskan pulang kampung saja. Bahkan ke depan dia enggan kembali merantau lantaran tak punya pengalaman positif sebelumnya.

Sebaliknya dengan tingkat kesejahteraan yang bagus, perantau bisa amat betah jauh dari keluarga. Bahkan mereka dapat mulai membangun kehidupannya sendiri dengan lebih serius. Misalnya, merencanakan suatu saat punya rumah di kota tersebut dan menjadi warga tetap di situ.

Menyerah atau tidaknya anak rantau pada homesick yang dirasakan tak bisa selalu disimpulkan mereka kuat atau lemah. Untuk kuat hidup jauh dari keluarga juga perlu waktu dan tentunya ada sebab anak rantau tak alami homesick. Mereka yang saat ini masih sering dilanda rasa kangen rumah yang hebat barangkali akan merasa lebih nyaman di tahun-tahun selanjutnya atau memang perlu mengevaluasi dan mengubah keputusannya.

Baca Juga: Lakukan 5 Hal Ini Saat Kamu Merasakan Homesick, Fokus pada Tujuan!  

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya