5 Sebab Banyaknya Pengalaman Tak Selalu Bikin Orang Lebih Bijaksana

#IDNTimesLife Malah dipakai buat menggurui orang lain

Sebagai guru terbaik, pengalaman seharusnya membuat orang lebih bijaksana. Makin banyak pengalaman hidupnya, makin arif pula sifatnya. Akan tetapi, ini bukan sesuatu yang pasti terjadi.

Terkadang malah ada yang sebaliknya, banyaknya pengalaman seperti menjauhkannya dari kebijaksanaan. Justru ucapan serta tindakannya kian tidak menggambarkan cara berpikir yang jauh serta mendalam. Sikapnya amat gegabah dan tak jarang juga membuat orang lain kurang senang.

Apa yang bikin banyaknya pengalaman seolah-olah tidak bekerja secara positif dalam dirinya? Mari mempelajarinya agar kamu pun tidak sekadar kaya pengalaman  tetapi miskin kebijaksanaan. Berikut lima sebab bijaksana tidak berkembang meski pengalaman segudang.

1. Merasa sudah tahu segalanya

5 Sebab Banyaknya Pengalaman Tak Selalu Bikin Orang Lebih Bijaksanailustrasi dua pria (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Perlu digarisbawahi bahwa orang yang berpengalaman bukannya sudah tahu segalanya. Ia hanya telah banyak tahu dan mengalami sendiri berbagai peristiwa. Bahkan orang yang amat renta dan menjelang akhir hidupnya pun mustahil tahu segala hal.

Pengalaman manusia dibatasi oleh jangkauannya sendiri. Seperti kamu yang dari lahir hingga kini hidup di Indonesia berarti belum punya pengalaman tinggal di negara lain apalagi menjadi warga sana. Setiap orang di dunia ini digariskan memiliki jalan masing-masing sehingga pengalamannya sebatas di jalan itu.

Namun, orang yang kurang menyadari keterbatasan pengalaman setiap manusia akan merasa dirinya telah mengalami semua hal dalam hidup. Dia keliru memahami banyak sebagai seluruh. Bahkan pengalaman yang dirasanya sudah banyak pun boleh jadi masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan pengalaman orang lain.

2. Tidak mempelajari pengalaman-pengalaman tersebut

5 Sebab Banyaknya Pengalaman Tak Selalu Bikin Orang Lebih Bijaksanailustrasi perdebatan (pexels.com/Jack Sparrow)

Banyaknya pengalaman menjadi hampir tidak berarti apabila berlalu begitu saja dalam hidupnya. Benar dia pernah mengalami berbagai hal, tetapi tidak ada pelajaran yang ditinggalkan bermacam-macam pengalaman itu. Ia hanya seperti melintasi semuanya dengan cepat.

Setiap pengalaman tersebut sejatinya sarat pelajaran. Akan tetapi, butuh kemauan serta usaha yang cukup dari orang yang mengalaminya untuk bisa memetik hikmah. Orang perlu berhenti sejenak buat memikirkan, merasakan kembali, serta menarik kesimpulan terbaik dari pengalaman-pengalamannya agar tercapai kebijaksanaan.

Bahkan orang dengan pengalaman lebih sedikit dapat lebih bijaksana ketimbang orang yang pengalamannya banyak hanya karena ia mempelajari setiapnya. Orang berpengalaman banyak yang tidak tekun mempelajarinya ibarat berkebun sepanjang tahun tanpa pernah memanennya. Pengalaman sebanyak itu cuma membuatnya lelah, makin banyak melakukan kesalahan, serta sinis memandang hidup.

Baca Juga: 7 Sudut Pandang Sosok Realistis tentang Waktu Luang, Bijaksana!

3. Benci berlebihan pada pengalaman buruk

5 Sebab Banyaknya Pengalaman Tak Selalu Bikin Orang Lebih Bijaksanailustrasi memandang sinis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kebijaksanaan hanya dapat diraih dengan mengendalikan perasaan. Siapa yang tidak suka dengan pengalaman menyenangkan? Sebaliknya, siapa pula yang menginginkan pengalaman buruk? 

Namun setelah pengalaman buruk terjadi, mestinya orang yang mengalaminya belajar untuk menerima dan mempelajari hikmahnya seperti dalam poin sebelumnya. Kalau ia membiarkan kebenciannya terus bertahan bahkan menguat atas pengalaman tersebut, dia tidak bakal meraih kebijaksanaan. Ia justru terus berekspektasi akan segala keindahan hidup.

Dia tidak dapat menerima kenyataan bahwa pengalaman baik dan buruk bersifat menyeimbangkan. Malah terlalu berharap pengalaman yang baik saja bakal membuatnya lemah karena ujian tetap ada. Saat ujian datang, ia tidak siap menghadapinya. Kebencian berlebihan pada pengalaman negatif menyebabkan orang bersikap antipati atau mendendam.

4. Yakin pengalamannya akan berlaku pada orang lain

5 Sebab Banyaknya Pengalaman Tak Selalu Bikin Orang Lebih Bijaksanailustrasi seorang pria (pexels.com/RDNE Stock project)

Seseorang berpikir bahwa jika dia mengalami sesuatu karena penyebab tertentu, maka orang lain pun pasti tertimpa hal yang sama kalau mengikuti jejaknya. Sebagai contoh, orang yang menanggung kepahitan hidup selepas gagal total mengejar passion-nya. Maka kini dia mengatakan pada semua orang untuk tidak memedulikan passion.

Terpenting bekerja dan memperoleh uang daripada menghabiskan waktu bertahun-tahun buat menggeluti passion tanpa hasil apa-apa. Padahal, orang lain dapat saja amat sukses dengan menekuni passion yang sama. Ia masih terlalu berfokus pada pengalamannya sendiri dan menutup mata dari kemungkinan berbeda dalam hidup orang lain.

Tujuannya boleh jadi baik, yaitu mencegah orang lain dari pengalaman buruk seperti yang pernah dialaminya. Akan tetapi, dia berlebihan dalam melakukannya sehingga bisa membuat orang yang mendengarkan perkataannya takut untuk mencoba sesuatu. Ia seharusnya sadar bahwa setiap orang akan mengukir nasibnya sendiri-sendiri sehingga pengalamannya bisa sama sekali tak berlaku bagi orang lain.

5. Sedang menghadapi masalah yang lebih besar dari pengalamannya

5 Sebab Banyaknya Pengalaman Tak Selalu Bikin Orang Lebih Bijaksanailustrasi pria merenung (pexels.com/_____Inayat Ullah)

Pengalaman sebanyak apa pun tidak berarti membebaskan seseorang dari berbagai persoalan hidup. Bahkan setiap orang bakal terus diuji dengan perkara-perkara yang makin sulit. Seperti soal ujian murid kelas 3 pasti lebih sulit dari soal ujian untuk siswa kelas 1 dan 2.

Ketika semua pengalamannya seakan-akan tak berguna untuk memecahkan problem yang kini mengadang, dia bisa kehilangan kemampuan berpikir jernih. Pengalamannya telah banyak. Akan tetapi, besarnya masalah saat ini seakan-akan mengharuskannya kembali ke titik nol seperti saat ia belum punya pengalaman apa-apa. 

Jika situasi yang dihadapinya masih terbilang mudah, dia pasti tampak arif. Ia tahu apa yang harus dilakukan dan dapat dengan cepat mengatasi persoalan itu. Tapi dengan masalah yang jauh lebih besar, kebijaksanaan yang selama ini terlihat dari dirinya bisa memudar bahkan berubah menjadi frustrasi.

Mampu atau tidaknya seseorang menjadi lebih bijaksana selepas mengalami banyak hal dalam hidup ditentukan oleh sikapnya sendiri. Pengalaman-pengalaman itu hanya stimulus dari luar. Perlu keaktifan diri buat mencerna seluruh pengalaman tersebut.

Pengalaman yang baik jangan sampai melenakan. Sebaliknya, pengalaman yang buruk tak perlu menimbulkan ketakutan berlebihan serta kebencian. Pun kurang tepat apabila kita berharap orang lain selalu bijaksana karena dia masih manusia biasa yang tidak sempurna.

Baca Juga: 4 Cara Bijaksana Menyikapi Orang yang Meremehkanmu, Tak Perlu Emosi!

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya