6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadi

Jika sudah parah, maka sulit menyadari dan memperbaiki

Berapa banyak orang toksik di sekitarmu? Seperti apa mereka sampai kamu bisa menyebutnya sebagai beracun? Mungkin tidak sulit untukmu menyebutkan satu per satu orang berikut tindakan mereka yang membuatnya pantas disebut toksik.

Tapi siapa yang dapat menjamin bahwa dirimu gak kalah toksiknya dari mereka? Oleh sebab itu, jangan lupa untuk juga melihat ke dalam diri. Jangan-jangan kamu pun mulai menjadi pribadi yang mengganggu mental orang lain dengan lisanmu.

Lebih baik kamu mulai melakukan perenungan sekarang sebelum sifat beracun dalam diri makin parah serta menyulitkanmu untuk menyadarinya. Lihat dirimu seobjektif mungkin. Gak usah merasa malu sebab kamu tidak perlu membuat pengakuan di hadapan orang lain. Terpenting setelah sebagian atau seluruh tanda sifat toksik dalam diri sudah kamu ketahui, segeralah untuk berbenah.

1. Terlalu suka mengkritik

6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadiilustrasi seorang perempuan (pexels.com/ALTEREDSNAPS)

Kecuali kamu memang seorang kritikus profesional di suatu bidang, seharusnya membatasi diri dalam menguliti segala sesuatu. Apalagi mengkritik pribadi seseorang dan bukan sebatas apa yang dilakukannya serta berpengaruh terhadapmu. Perhatikan apa atau siapa saja yang menjadi sasaran kritikmu.

Kian tidak ada kriteria tertentu alias semua hal seakan-akan tampak bercela di matamu, jangan-jangan dirimu mulai menjadi pribadi yang toksik. Kamu gagal melihat dan mengapresiasi hal-hal baik dari sesuatu atau seseorang. Di mata orang lain, kritikmu menjadi tidak berdasar. 

Lebih dari sekadar terdengar berisik, dirimu seakan-akan menempatkan diri sebagai orang yang paling sempurna dan mampu melakukan berbagai hal secara lebih baik daripada semua orang. Belum lagi caramu dalam mengkritik yang sering memakai kata-kata tidak sopan dan melalui media yang gak seharusnya. Seperti kritik mestinya disampaikan secara pribadi, tetapi malah di hadapan banyak orang atau di media sosial.

Baca Juga: 5 Ucapan Hari Pendidikan Nasional yang Bermakna Mendalam

2. Sering menjadi pemicu perselisihan dengan orang lain

6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadiilustrasi seorang pria (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu adalah akar dari semua masalah dengan orang-orang di sekitarmu. Baik di dunia nyata maupun maya, banyak konflik selalu melibatkan dirimu. Kamu seperti bertarung dengan semua orang ketika seharusnya kalian dapat berinteraksi dengan baik sebagai teman atau saudara.

Awalnya, komunikasi di antara kalian berjalan baik-baik saja. Tidak ada masalah sama sekali atau hanya persoalan ringan yang sebetulnya dapat diatasi dengan cepat. Namun, akhirnya pasti terjadi cekcok yang disebabkan kamu melantur ke hal-hal lain dan seperti sengaja membuat lawan bicara kesal.

Seandainya dirimu tidak ada, suasana menjadi lebih damai. Ini artinya, memang kamu yang menjadi sumber pertikaian. Untuk belajar mengurangi sifat toksik diri, kamu perlu belajar tidak terlalu aktif dulu dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jadilah sedikit lebih pasif dengan banyak menjadi pendengar supaya suasana di sekitarmu tetap tenang.

3. Mulai memakai kata-kata kotor

6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadiilustrasi pria dan perempuan (pexels.com/SHVETS production)

Jika kamu sulit mengingat gaya bicaramu akhir-akhir ini karena rasanya otomatis saja dalam berkata-kata, lihat semua pesan teks dalam smartphone-mu. Baca kembali satu per satu chat-mu terhadap orang lain. Apakah bersih atau justru dipenuhi kata-kata kotor?

Padahal, banyak pilihan kata yang lebih baik untuk menyampaikan ide atau perasaanmu. Tapi tanpa sadar pilihanmu selalu jatuh di kata-kata yang negatif bahkan kasar. Kamu marah-marah melalui teks apa pun konteks yang sedang dibicarakan. 

Jejak digital itu gak mungkin berbohong. Ketika dirimu mengetiknya barangkali tidak sempat berpikir. Kamu langsung saja mengetik setiap kata yang muncul dalam kepala. Kini saat dirimu membacanya kembali seharusnya ada perasaan malu dan sadar bahwa tak semestinya kamu mengetik pesan begitu.

4. Senang memaksa

6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadiilustrasi memarahi (pexels.com/RDNE Stock project)

Orang lain sudah berkata tidak mau dipaksa dan sesuatu bukan kewenanganmu untuk memutuskannya. Tapi kamu tetap saja mendesakkan kemauanmu. Tingkahmu seperti bos dari semua orang bahkan melebihi bos sungguhan. Khususnya pada orang-orang terdekat seperti keluarga atau teman satu tim.

Mereka kehilangan hak berpendapat dan menentukan pilihan. Semua harus tunduk dalam pengaturanmu. Dirimu bahkan sulit diajak berdiskusi guna mempertemukan dua atau lebih keinginan yang berbeda. Jika orang lain tidak mau menurut padamu, jurusmu ialah ancaman.

Atau, kamu tiba-tiba melepaskan tanggung jawab atas suatu kewajiban agar orang lain kelimpungan. Dirimu baru mau menjalankan kewajiban itu lagi seandainya pendapatmu diikuti. Tidak sekali pun kamu mau gantian mengikuti pendapat mayoritas. Kalau mereka ingin tetap jalan dengan pendapat yang berbeda darimu, satu-satunya cara ialah dengan menyingkirkanmu. Tentu saja ini akan menjadi alasan baru buatmu membenci mereka.

5. Selalu menyalahkan orang lain

6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadiilustrasi menekan teman (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Jika ditelusuri dari tuduhan-tuduhanmu pada orang lain, maka satu-satunya orang yang tak pernah melakukan kesalahan adalah kamu. Pasalnya, apa pun persoalannya orang lain yang dimintai pertanggungjawaban olehmu. Termasuk bila itu urusan pribadimu. Contohnya, kamu sulit mendapatkan pekerjaan.

Dirimu pasti menyalahkan orang lain seperti keluarga yang tidak suportif, teman-teman yang pelit informasi lowongan kerja, serta almamater yang kurang ternama. Kamu gak mau melihat dulu pada kurangnya usaha atau kemampuanmu. Kebiasaan menyalahkan orang lain begini selalu terjadi setiap dirimu menghadapi masalah.

Kalaupun orang lain bisa membantah tuduhanmu dan menyodorkan bukti akan kesalahanmu sendiri, paling-paling kamu cuma diam. Dirimu gak lantas mengakui kesalahan itu apalagi meminta maaf pada mereka. Di belakang mereka, kamu tetap membela diri dan menyudutkan orang lain. Sikapmu konsisten ingin benar sendiri.

6. Tidak ada yang betah berada di dekatmu

6 Tanda Sifat Toksik dalam Diri, Introspeksi sebelum Menjadi-jadiilustrasi seorang pria (pexels.com/Charith Kodagoda)

Betah atau tidaknya orang lain di dekatmu tentu ada alasannya. Mereka bakal nyaman berada di sekitarmu kalau kamu bersikap baik dan jauh dari sifat toksik. Sebaliknya, semua perkataanmu yang meracuni pikiran dan bikin mereka bad mood pasti membuat mereka lebih suka menjauhimu dengan segala cara.

Apabila kamu sudah muncul di suatu pertemuan, orang-orang yang awalnya asyik mengobrol langsung diam semua dan mencari tempat duduk yang jauh darimu. Di grup WA pun jarang ada teman atau saudara yang menanggapi chat-mu. Ini tentu bukan tanpa alasan. Jika kamu membacanya lagi, pesanmu memang penuh dengan hal-hal yang negatif seperti selalu bernada kebencian.

Sebaliknya, chat dari anggota grup yang lain direspons dengan cepat dan seru. Alih-alih kesal oleh perlakuan mereka yang seperti gak adil, mestinya kamu belajar dari anggota yang lain tentang cara berkomunikasi. Orang toksik sama sekali tak menarik untuk didekati. 

Tidak ada bayi yang terlahir sudah dalam keadaan toksik bagi orang-orang di sekitarnya. Ini artinya kalaupun enam tanda sifat toksik dalam diri sudah mulai muncul, cepat-cepatlah memperbaiki diri. Jangan kalah gesit dari sifat toksik itu sendiri. Kendalikan dirimu dan belajar terus mengenai sikap positif agar diterima dalam pergaulan.

Baca Juga: 3 Kedewasaan Hubungan Ketika Saling Introspeksi Diri Saat Bertengkar

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya