Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Melihat Upaya Perajin Gamelan Bertahan di Masa Pandemik COVID-19 

Arik Sugianto saat mengerjakan pembuatan bonang di sangar produksi miliknya. IDN Times/Alfi Ramadana

Malang, IDN Times - Arik Sugianto (33) terlihat sibuk membentuk lempengan plat besi. Sesekali dirinya memukul plat tersebut menggunakan palu untuk dibentuk sesuai mal yang tersedia. Ia tengah mengerjakan alat musik gamelan berupa bonang.

Sudah sejak tahun 2012, Arik menekuni membuat alat musik gamelan tersebut. Selama ini, dirinya rutin mendapat pesanan dari beberapa wilayah di Indonesia mulai Kalimantan, Bali, Sulawesi Selatan bahkan hingga Australia. Tetapi semenjak pandemik COVID-19, pesanan gamelan yang masuk ke Pecut Art, bengkel seni miliknya memang tak sebanyak biasanya. Namun demikian, pria yang berasal dari Lesanpuro, Kedungkandang, Kota Malang mencoba untuk tetap bertahan dalam situasi yang tak mudah. 

1. Tetap berusaha bertahan dalam situasi sulit

Proses pembuatan gamelan di sanggar produksi Pecut Art. IDN Times/Alfi Ramadana

Arik menceritakan, biasanya rata-rata dalam setahun dirinya bisa menggarap dua sampai empat set gamelan lengkap. Tetapi kini selama pandemik proses produksi yang ia lakukan sedikit tersendat lantaran pesanan gamelan baru tak banyak yang masuk. Kebanyakan order yang masuk saat ini lebih kepada perbaikan gamelan. 

"Kalau saat ini bukan hanya menurun tetapi bisa dikatakan terjun bebas. Karena selama pandemik ini pesanan yang datang hanya sebatas servis gamelan saja," paparnya Jumat (19/3/2021). 

Maklum, selama ini pemesan gamelan berasal dari kalangan tertentu, seperti sanggar seni, pelaku seni pewayangan, instansi pemerintahan dan praktisi kesenian daerah. Selama mereka tak bisa menggelar pementasan, maka hal itu juga berpengaruh pada pemasaran produk gamelan yang ia buat.

2. Coba berinovasi dengan membuat hal yang berbeda

Arik Sugianto sedang mencocokkan nada hand pan dengan suara musik gamelan. IDN Times/Alfi Ramadana

Lantaran pesanan gamelan sedang lesu, Arik kemudian mencoba melakukan beberapa inovasi. Salah satunya adalah dengan membuat alat musik lain seperti hand pan. Jika biasanya alat musik asal Swiss tersebut menghasilkan nada-nada yang sesuai dengan alat musik modern, maka ia memadukan suara yang dihasilkan hand pan buatannya dengan alat musik gamelan. 

"Saya melihat bahwa sepertinya ini cukup menjanjikan. Karena hand pan ini dimainkan secada individu, jadi tidak menyebabkan kerumunan," tambahnya. 

3. Belum banyak peminat hand pan

Arik Sugianto saat menguji suara dari hand pan buatannya. IDN Times/Alfi Ramadana

Arik menyebut bahwa sejauh ini berdasarkan informasi yang ia ketahui, hand pan memang mulai diminati di Indonesia. Tetapi harus diakui bahwa pasar dari alat musik tersebut masih belum terlalu luas lantaran harga jualnya yang cukup mahal.

Untuk pasar Indonesia, Arik menyebut bahwa harga jual hand pan berada dikisaran Rp12-17 juta. Harga tersebut masih lebih murah ketimbang di luar negeri yang mencapai Rp60-150 juta per unit. 

"Jadi untuk beberapa komunitas musik etnik masih kesulitan untuk bisa membeli hand pan ini karena kendala harga," imbuhnya. 

4. Buat instalasi bonang

Instalasi bonang yang sedang dikembangkan oleh Arik Sugianto. IDN Times/Alfi Ramadana

Arik juga berinovasi dengan membuat sebuah instalasi bonang. Instalasi tersebut berupa bonang yang dirangkai tidak di meja kayunya melainkan digandeng dengan cara dilas. Kemudian secara visual rangkaian bonang tersebut diberikan warna yang menarik. Targetnya rangkaian bonang tersebut bisa diletakkan di titik-titik keramaian agar bisa dinikmati dan dimainkan oleh siapapun. 

"Tetapi tetap tidak menghilangkan unsur gamelannya. Karena memang itu hal yang harus tetap ditonjolkan," sambungnya. 

5. Juga layani pesanan alat musik daerah lain

Arik Sugianto saat mengerjakan pembuatan bonang di sangar produksi miliknya. IDN Times/Alfi Ramadana

Selain membuat sejumlah inovasi, Arik juga mencoba melirik alat musik dari daerah lain. Kini dirinya juga melayani pesanan alat musik daerah lain seperti angklung, garantung, sampek dan beberapa lainnya. Beruntungnya produksi alat musik tradisional miliknya masih bisa terus berjalan meskipun situasi masih belum menentu seperti saat ini.

"Kalau situasi seperti ini memang harus berani berinovasi agar bisa terus berproduksi," tandasnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us