Mengatasi Burnout dengan Work Life Balance untuk Milenial dan Gen Z

Dunia makin kompetitif belakangan ini. Persaingan kerja yang ketat tidak jarang terjadi di kalangan milenial dan gen z. Lingkungan pun terlihat serba sibuk. Sementara itu, waktu berlalu begitu saja tanpa disadari. Tahu-tahu ada yang tumbang karena burnout.
Burnout tentu tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga merusak kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengenal seluk-beluk masalah satu ini.
Yuk, kita cari tahu cara mengatasi burn out dengan work life balance untuk milenial dan gen z supaya #gakmaagsalah kerja di dunia yang makin kompetitif!
1. Burnout terjadi karena stres
Burnout merupakan kondisi psikologis yang disebabkan oleh stres kronis dan berkepanjangan, terutama yang berasal dari tuntutan pekerjaan yang berlebihan. Ini lebih dari sekadar kelelahan biasa. Burnout umumnya melibatkan perasaan terkuras secara fisik, mental, dan emosional.
Faktor penyebab burnout meliputi banyak hal. Salah satu yang sering terjadi di kalangan milenial dan gen z adalah beban kerja yang tinggi. Tuntutan pekerjaan yang berlebihan serta ketidakseimbangan antara beban kerja dan sumber daya yang dimiliki dapat mengantarkan kita kepada masalah serius.
Kurangnya kontrol juga ikut memengaruhi. Ketidakmampuan untuk mengatur waktu dan tugas dengan efektif biasanya membuat kita kewalahan. Belum lagi jika ada masalah seperti kurangnya dukungan sosial dari atasan, kolega, atau keluarga.
Ketidakjelasan peran, di sisi lain, membuat segalanya tambah runyam. Ketidakpastian tentang harapan dan tanggung jawab dalam pekerjaan dapat membuat kita mengalami burnout. Apalagi jika work life balance tidak tercapai. Ketidakseimbangan porsi kerja dan urusan pribadi yang berat sebelah membuat kita stres.