Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengejar Mimpi Hingga ke Korea Selatan

Doc. Pribadi

Susahnya mencari pekerjaan di Indonesia membuat saya memutuskan pergi ke Korea Selatan. Ini bukanlah kali pertama saya mengunjugi Korea Selatan. Pada tahun 2012 dan tahun 2013, tepatnya saat masih duduk di bangku kuliah, saya berkesempatan mengikuti summer school di Negeri Ginseng ini. Hal ini lah yang membuat saya memilih Korea Selatan sebagai tempat untuk mewujudkan mimpi saya.

Dengan bermodalkan nyali, saya memutuskan untuk solo travelling. Saya hanya bisa pasrah entah apa yang akan terjadi di sana nantinya. Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu, demi sebuah pekerjaan saya rela berbuat seperti ini. Selain untuk bekerja, tujuan saya ke Korea Selatan juga untuk menempuh studi ke jenjang selanjutnya dan memperdalam bahasa Korea.

Rasa khawatir selalu menghantui saat pertama kali menginjakkan kaki di Korea Selatan.

Default Image IDN

Bisa gak ya beradaptasi? Bakalan dapat kerja gak ya? Bagaimana kalau mereka menolak saya yang berhijab? Begitulah isi pikiran saya saat pertama kali menginjakkan kaki di Korea Selatan. Tentu saja pikiran itu terus menghantui saya. Berbeda dengan summer school yang semuanya sudah disiapkan, banyak teman dan tour guide yang menemani, kali ini saya benar-benar sendiri di negeri seluas 100.032 kilometer persegi itu.

Lepas saja hijab kamu!

Default Image IDN

Pengalaman saat summer school  juga membuat saya khawatir hijab yang membalut kepala saya. Korea Selatan memang bukanlah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Memiliki wajah Jawa, bermata belo, dan memakai hijab tentu membuat saya terlihat menonjol. Saat itu saya dan teman-teman berada di subway menuju Seoul, lalu ada seorang ibu yang melihat saya dengan tatapan merendahkan. Kemudian dia menanyakan mengapa saya memakai hijab. Tiba-tiba dia menunjuk salah satu teman saya dan mengatakan bahwa teman saya terlihat lebih cantik tanpa hijab. Dia juga mengatakan bahwa lebih baik saya melepas hijab. Tanpa basa-basi, saya hanya membalas ocehan ibu itu dengan senyuman, yang berarti seberapa jelek dia merendahkan saya itu tak akan merubah iman saya untuk tetap mengenakan hijab.

Empat tahun berlalu, toleransi beragama sudah mulai terasa.

Default Image IDN

Empat tahun kemudian, pada 2016, saya kembali ke Korea Selatan. Banyak yang berubah di sana. Hijab saya tak lagi menjadi perhatian yang menonjol. Toleransi telah terbentuk. Warga Korea Selatan sedikitnya telah mengenal Islam. Sehingga, tak ada lagi yang memandang remeh karena saya berhijab, atau bahkan memintaku melepasnya.

Pengalaman pertama merantau, semakin membuat saya tertantang.

Default Image IDN

Untuk menyambung biaya hidup di sana, saya bekerja part time. Saya sempat bekerja di hotel, pengajar les, dan volunteer beberapa kegiatan. Beberapa dari mereka juga terlihat antusias dengan saya yang berbeda dari yang lain. Saat di tempat les, mereka justru menanyakan tentang hijab dan Islam. Ini adalah pengalaman pertama saya merantau. Selama 20 tahun hidup, saya belum pernah tinggal jauh dari rumah. Hal ini lah yang semakin membuat saya tertantang.

Mencari pekerjaan tanpa adanya riwayat pendidikan di Korea Selatan ternyata susah.

Default Image IDN

Ternyata mencari pekerjaan di Korea Selatan tidak semudah yang saya bayangkan. Apalagi jika sebelumnya tidak pernah menempuh pendidikan di sana akan jauh lebih susah. Setelah hampir 3 bulan saya menjelajahi Korea Selatan, saya pun harus kembali ke tanah air. Keterbatasan izin tinggal bagi orang Indonesia, membuat saya tidak bisa bertahan lama di sini. Dengan berat hati, saya pun harus meninggalkan negara ini dengan mengubur segala mimpi dan rencana saya yang belum terwujud. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain.

Beberapa hari sebelum pulang, saya mendapat tawaran bekerja di perusahaan Indonesia. Tawaran itu saya dapatkan dari teman saya dan dia menyampaikan bahwa perusahaan itu sedang membutuhkan orang yang bisa berbahasa Korea dan mempunyai pengalaman tinggal di sana. Meskipun saya tidak berkesempatan bekerja di sini, setidaknya pekerjaan saya masih berhubungan dengan Negeri Ginseng ini. Saya pun bisa pulang dengan perasaan lega dan mengantongi berbagai mimpi serta rencana baru.

Banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapatkan saat di Korea Selatan. Mulai dari toleransi hingga mensyukuri nikmat sekecil apa pun yang telah Tuhan berikan. Belajar itu tidak ada batasannya, yang membuat seseorang punya batasan itu adalah diri mereka sendiri. Belajar juga tidak hanya dari sekolah, tapi belajar lah dari pengalaman dan ujian dari Tuhan. Itu lah sedikit kisah saya, Husniyah Suryani, yang saat ini tengah bekerja di salah satu perusahaan rokok ternama di Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rully Bunga
EditorRully Bunga
Follow Us