Bicara soal hutan di Provinsi Jambi tidak bisa lepas dari kehidupan Suku Anak Dalam. SAD atau yang dikenal dengan sebutan Orang Rimba adalah suku lokal yang sejak dulu mendiami kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas di sepanjang Kabupaten Batanghari, Sarolangun, Bungo, Tebo, hingga Merangin. Kehidupan Orang Rimba bergantung pada alam. Bagi Orang Rimba, hutan bukan sekadar tempat tinggal dan mencari makan. Lebih sakral lagi, hutan adalah warisan turun-temurun dari nenek moyang yang harus dijaga. Tanpa kita sadari, Orang Rimba menjadi kelompok manusia pertama yang terdampak kerusakan hutan.
Sejak kecil, Ismet Raja hidup berdampingan dengan Orang Rimba. Di kelompok SAD, Ismet dikenal dengan nama Rajo Rimbo. Kehidupan Orang Rimba menginspirasi Ismet Raja menulis lagu berjudul "Suku Anak Dalam" yang menjadi satu dari dua belas lagu di album pertamanya bertajuk Hijau dan Biru.
Ismet Raja kini tengah disibukkan dengan persiapan album keduanya. Kalau biasanya ia tampil dengan gitar dan harmonika, di album kedua ini ia akan menambah dua alat musik lagi: gambang dan gong. Sebagai musisi folk, alat musik yang ia mainkan merupakan alat yang berkembang di kehidupan rakyat.
Gambang adalah alat musik khas dari Kabupaten Muaro Jambi yang biasanya ditampilkan di acara adat seperti pernikahan. Gambang terdiri dari sebelas bilah kayu mahang yang disusun sejajar dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan bambu. Sementara, gong adalah simbol identitas Provinsi Jambi. Orang Rimba mengenalnya dengan nama tatawak, sebuah alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Orang Rimba akan naik ke atas bukit lalu membunyikan tatawak dengan jumlah pukulan tertentu untuk mengabarkan berita penting, seperti kematian atau orang sakit.
"Orang Rimba itu cerdas, saya banyak belajar dari mereka," ungkap Ismet Raja.
Di sela obrolan kami, Ismet Raja sesekali bersenandung. Rupanya, senandung indah itu adalah bagian dari ritual yang umum dilakukan Orang Rimba. Hingga hari ini, Orang Rimba masih menjunjung tinggi adat istiadat yang diturunkan oleh leluhur mereka. Ritual adat tidak hanya dilakukan di momen sakral pernikahan, kelahiran, dan kematian, tetapi juga dalam melakukan rutinitas sehari-hari, seperti berburu dan mengambil madu. Orang Rimba memohon keselamatan dan bermuja kepada Tuhan sebagai bentuk rasa syukur atas kekayaan alam.
Benar kata Ismet Raja, banyak hal yang patut dipelajari dari kehidupan Orang Rimba. Berkaca pada diri sendiri, saya merasa sangat malu dengan mereka. Bayangkan, untuk sekadar mengambil madu saja, Orang Rimba bermuja sebagai ungkapan terima kasih atas nikmat Tuhan. Sementara, saya yang lahir dan besar di kota serta memiliki akses ke pendidikan tinggi justru sering lupa untuk bersyukur, bahkan tidak jarang saya mengeluh.