Jakarta, IDN Times - Duka adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ketika kehilangan seseorang yang dicintai atau menerima musibah yang tak terduga, wajar bagi seorang manusia merasa sedih. Rasulullah SAW pun mengalami duka yang mendalam dalam hidupnya. Bahkan Nabi Muhammad melalui tahun kesedihan atau dikenal Amul Huzn, di mana istri tercintanya Khadijah dan paman yang merawatnya sejak kecil, Abu Thalib, meninggal dunia.
Ajaran Islam tidak menyangkal bahwa setiap manusia melalui duka serta kesedihan saat ditinggalkan oleh orang terkasih. Bagaimana Nabi Muhammad SAW sebagai panutan seluruh umat melalui tahun penuh duka, sejatinya dapat menjadi contoh terbaik bagi umat Muslim.
Clinical Professor of Psychiatry at the Stanford University School of Medicine, dr. Rania Awaad menjawab pertanyaan terkait fase grieving dalam pandangan Islam, "Jadi, adakah cara Islami untuk menghadapi dan menavigasi kesedihan serta duka? Ya, tentu saja. Dan bagi saya, cara Islami yang saya pahami datang langsung dari Nabi Muhammas SAW. Contoh terbaik apa lagi yang kita miliki selain beliau?"
ParagonCorp & Wardah berkolaborasi dengan Luminihsan menyelenggarakan kegiatan Legacy Maker on Women, Wellness, and The Future of the Ummah pada Sabtu (12/7/2025) silam di Sentral Senayan III, Jakarta. Dalam annual event tersebut, dr. Rania menjawab lebih dalam bagaimana ajaran Islam memandu umatnya untuk melalui masa berduka.