Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Rasa malu adalah emosi yang dirancang untuk menghambat seseorang mengekspresikan jati dirinya di depan orang lain. Untuk itulah, kita menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita ditempatkan—entah itu keluarga, teman sebaya, komunitas, dan lain-lain. Memiliki rasa malu yang sehat itu tak apa, karena dapat memotivasi kita untuk menjadi orang yang lebih baik.

Namun, berbeda halnya dengan toxic shame. Disebut toksik karena perasaan ini memimpinmu pada keyakinan negatif seperti, “aku tidak layak dicintai”, “aku begitu buruk”, “hidupku menyedihkan." Itulah akar dari segala overthinking-mu, memicu untuk melakukan tindakan destruktif terhadap diri sendiri, bahkan menuntun pada kecemasan dan depresi.

Lebih buruk, saat kamu berada dalam keadaan toxic shame, akan sulit bagimu untuk terbuka mengenai jati dirimu di depan orang lain. Karena itu, ingatlah deretan hal ini ketika kamu merasa malu dengan hidupmu.

1.Semua orang juga pernah merasa malu

ilustrasi perempuan (pexels.com/Konstantin Mishchenko)

Pernahkah kamu melihat kehidupan orang lain dan berpikir, enak, ya, menjadi dia. Hidupnya sempurna tanpa cacat cela. Padahal, tidak ada satu pun manusia yang memiliki hidup sempurna.

Setiap dari kita pernah mengalami penolakan, kegagalan, diabaikan, dihina, dan dirundung orang. Setiap dari kita membawa rasa malu pada diri kita masing-masing. Hanya di beberapa situasi, rasa malu itu bisa tersamarkan oleh beberapa pertahanan seperti kesombongan, keegoisan, bahkan membalikkan keadaan dengan menyerang orang lain. Namun itu tidak berarti mereka gak pernah mengalami rasa malu. Percayalah, kamu tidak sendirian.

2.Tidak ada orang yang mau membicarakan kegagalannya

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Yan Krukov)

Memang, menceritakan masa lalu buruk bukanlah hal yang mudah. Itu malah bisa memicu lebih banyak rasa sedih dan malu, yang menjadi alasan logis mengapa kamu dan banyak inidividu lain memilih untuk tidak membicarakan kegagalannya.

Karena itu, jangan pernah merasa terintimidasi oleh hidup orang lain. Yang kamu lihat sekarang barangkali hanya fase suksesnya, tapi kamu tidak tahu berapa banyak penolakan yang pernah ia terima, atau berapa banyak kegagalan yang ia lewati. Jangan termakan oleh suara otakmu yang mengatakan bahwa kamu tidak berharga. Satu kesalahan tidak menentukan hidupmu seluruhnya.

3.Kamu tidak hidup untuk mengasihani dirimu sendiri

ilustrasi perempuan (pexels.com/Ron Lach)

Saat dihadapkan dengan perasaan malu yang toksik, kamu cenderung memandang rendah dirimu dari orang lain. Gak jarang pula, kamu akan mengasihani dirimu, menganggap bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang paling menderita.

Memiliki mental korban gak bagus untuk hidupmu. Selain buang-buang waktu, ini menghambat pertumbuhanmu sebagai seorang individu. Coba miliki pola pikir yang berbeda. Bila sesuatu tidak berjalan sesuai kehendakmu, tidak berarti seluruh hidupmu adalah kegagalan. Masih ada seribu satu jalan untuk meraih mimpimu.

4. Tidak apa-apa untuk menangis, namun ingatlah kamu harus bangkit

ilustrasi perempuan (pexels.com/Bruno Maceiras)

Perasaan malu juga menyakitkan. Buktinya, kamu berusaha mati-matian menghindari memori memalukan sepuluh atau lima tahun lalu. Bisa jadi pula, kamu merasa buruk, tidak berharga, sangat malu, tidak cukup baik, terisolasi, dan masih banyak lagi. Itu adalah manifestasi dari rasa malu.

Tidak apa-apa untuk menangis, untuk menghabiskan beberapa waktu menyesali perbuatan itu. Hanya setelahnya, bangkitlah menjadi pribadi yang lebih kuat. Cari letak masalahmu, lalu move on. Beritahu dirimu bahwa rasa malu tersebut dapat dijadikan acuan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

5.'Sembuh' dari rasa malu adalah hal yang mungkin

ilustrasi perempuan (pexels.com/Konstantin Mishchenko)

Hal pertama yang harus kamu ingat ialah, jangan pernah percaya apapun yang rasa malumu coba katakan. Memang perasaan malu adalah bagian dari dirimu, tapi jangan biarkan seluruh kesalahan dan kegagalan di masa lalu mendefinisikan siapa dirimu sebenarnya.

Kemudian, mulailah berdamai dengan diri sendiri untuk segala kesalahanmu di masa lalu. Sadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan, demikian pula kamu. Jangan biarkan kesalahan ini menjadi halangan untukmu melangkah maju. Toh, pada akhirnya, kamu tidak bisa berbuat apa-apa, selain menerima masa lalumu, bukan?

Perasaan malu kalau tidak dipandang dengan cara yang benar maka bisa berpotensi merusak pandanganmu pada diri sendiri. Karena itu, stop menyalahkan diri sendiri. You deserve so much more than that!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team