5 Alasan Orang Tersakiti Cenderung Menyakiti, Ada Dendam?

Siklus kekerasan yang tak berujung!

Pernahkah kamu merasa terdorong untuk menyakiti orang lain setelah kamu sendiri disakiti? Jika ya, kamu tidak sendirian. Fenomena ini dikenal sebagai agresi perpindahan dan setiap individu wajar bisa mengalaminya. 

Agresi perpindahan adalah ketika seseorang mengarahkan kemarahan atau agresi mereka kepada orang lain, bukan kepada orang yang sebenarnya menyakiti mereka. Hal ini bisa terjadi karena berbagai alasan. Berikut adalah lima alasan orang tersakiti cenderung menyakiti.

1. Trauma dan luka emosional

5 Alasan Orang Tersakiti Cenderung Menyakiti, Ada Dendam?ilustrasi mengejek (pexels.com/Keira Burton)

Saat seseorang mengalami perlakuan buruk, pengabaian atau trauma di masa lalu, pengalaman tersebut dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam. Luka-luka ini bagaikan duri yang tertanam dalam jiwa, menghadirkan rasa sakit, kemarahan, dan ketakutan yang tak tertahankan. Tanpa proses penyembuhan yang tepat, individu yang terluka mungkin secara tidak sadar menggunakan kekerasan sebagai mekanisme koping untuk mengatasi rasa sakit mereka.

Trauma dapat membuat seseorang merasa tidak berharga, tidak dicintai, dan tidak aman. Hal tersebut dapat memicu rasa dendam dan keinginan untuk balas dendam, mendorong mereka untuk menyakiti orang lain sebagai bentuk pelampiasan emosi. Trauma juga dapat merusak kemampuan seseorang untuk mempercayai orang lain, membuat mereka mudah curiga dan defensif, dan mendorong seseorang untuk menyerang terlebih dahulu sebagai bentuk perlindungan diri.

Baca Juga: 5 Manfaat yang Jarang Kamu Sadari Saat Me Time, Semangat Balik

2. Kehilangan rasa aman dan kepercayaan

5 Alasan Orang Tersakiti Cenderung Menyakiti, Ada Dendam?ilustrasi perundungan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pengalaman disakiti dapat menghancurkan rasa aman dan kepercayaan seseorang terhadap orang lain. Kepercayaan yang telah dibangun runtuh, digantikan rasa takut dan keraguan. Seseorang yang terluka mungkin merasa rentan dan terancam, selalu waspada terhadap bahaya yang mengintai. Hal ini dapat mendorong mereka untuk bersikap defensif dan agresif, menyerang orang lain terlebih dahulu sebagai bentuk perlindungan diri, meskipun tidak ada ancaman nyata.

Kehilangan rasa aman dan kepercayaan dapat membuat seseorang kesulitan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Mereka mungkin selalu merasa curiga dan ragu, sulit untuk membuka diri dan menjalin kedekatan. Hal ini dapat memperparah rasa sakit dan memperpanjang siklus kekerasan.

3. Kurangnya keterampilan komunikasi dan resolusi konflik

5 Alasan Orang Tersakiti Cenderung Menyakiti, Ada Dendam?ilustrasi menghindar (pexels.com/Keira Burton)

Seseorang yang tersakiti mungkin tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk berkomunikasi secara efektif dan menyelesaikan konflik secara damai. Pernah terluka di masa lalu, mereka mungkin tidak terbiasa dengan komunikasi yang terbuka dan jujur. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi dan kemarahan saat mereka berhadapan dengan masalah, dan mereka mungkin menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah.

Kurangnya keterampilan komunikasi dan resolusi konflik dapat membuat seseorang sulit untuk memahami dan menghargai sudut pandang orang lain. Mereka mungkin mudah tersinggung dan marah, dan mereka mungkin tidak mampu mendengarkan dan bernegosiasi dengan tenang. Hal ini dapat memperburuk situasi dan memperpanjang konflik.

4. Meniru perilaku yang disaksikan

5 Alasan Orang Tersakiti Cenderung Menyakiti, Ada Dendam?ilustrasi perundungan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jika seseorang tumbuh besar dalam lingkungan yang penuh kekerasan, mereka mungkin belajar bahwa kekerasan adalah cara yang normal untuk menyelesaikan masalah dan mengungkapkan emosi. Pola pikir ini dapat terinternalisasi dan diwariskan ke generasi berikutnya, menciptakan siklus kekerasan yang sulit dipatahkan.

Anak-anak yang melihat orang tua mereka saling menyakiti atau menyakiti orang lain, kemungkinan besar akan meniru perilaku tersebut. Mereka mungkin menganggap kekerasan sebagai cara yang normal untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau untuk menyelesaikan masalah. Hal ini dapat membuat mereka lebih rentan untuk menjadi pelaku kekerasan di masa depan.

5. Gangguan kesehatan mental

5 Alasan Orang Tersakiti Cenderung Menyakiti, Ada Dendam?ilustrasi mengejek (pexels.com/Keira Burton)

Beberapa kondisi kesehatan mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD) dan borderline personality disorder (BPD), dapat meningkatkan risiko seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan. Gejala seperti kecemasan, depresi, dan kemarahan yang intens dapat mendorong mereka untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Seseorang dengan PTSD mungkin mengalami kilas balik, mimpi buruk, dan kecemasan parah yang dapat membuat mereka mudah marah serta impulsif. Mereka mungkin merasa terancam dan takut, serta menggunakan kekerasan sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit dan ketakutan mereka. Sedangkan orang dengan BPD cenderung mengalami kesulitan mengatur emosi mereka, mudah frustrasi, dan marah. Mereka seringkali menjadi impulsif, ceroboh, dan memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri atau orang lain tanpa memikirkan konsekuensinya.

Walau ada beragam alasan orang tersakiti cenderung menyakiti, namun penting untuk diingat bahwa gak semua orang menjadi pelaku atas hal tersebut. Banyak pula orang yang berhasil sembuh dari rasa sakit hingga trauma, dan kemudian membangun kembali hubungan sehat dengan orang lain.

Baca Juga: 7 Langkah untuk Menghindari Dendam di Tempat Kerja

Muhamad Aldifa Photo Verified Writer Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya