5 Fakta Diderot Effect, Fenomena yang Bisa Bikin Dompet Menangis!
Intinya Sih...
- Fenomena psikologis Diderot Effect memicu pembelian barang-barang lain setelah membeli satu barang baru.
- Diderot Effect dipicu oleh keinginan untuk mengganti barang lama yang tidak lagi 'cocok' setelah membeli barang baru yang signifikan.
- Fenomena ini menciptakan siklus pembelian berkelanjutan tanpa kebutuhan nyata, hanya berdasarkan keinginan agar segala sesuatunya terlihat harmonis.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah kamu membeli sesuatu dan tiba-tiba merasa semua barang lamamu tidak lagi cocok? Nah, fenomena ini bisa jadi kamu alami Diderot Effect. Diderot Effect adalah sebuah fenomena psikologis di mana pembelian satu barang baru dapat memicu pembelian barang-barang lainnya.
Diderot Effect bisa menjadi jebakan yang membuat kamu terus membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kamu perlukan. Tapi tenang, kamu bisa terhindar dari jebakan ini dengan memahami fakta-faktanya berikut ini. Yuk, simak!
1. Sejarah penamaan Diderot Effect
Efek ini mendapatkan namanya dari Denis Diderot, seorang filsuf Prancis yang mengalami perubahan perilaku konsumsinya setelah menerima hadiah berupa jubah merah mewah. Diderot, yang sebelumnya puas dengan barang-barang lamanya, tiba-tiba merasa bahwa semua yang dimilikinya tidak lagi sesuai dengan kemewahan jubah barunya.
Hal itulah yang mendorongnya untuk mengganti banyak barang lama dengan yang baru dan lebih mewah, sebuah pengalaman yang ia tulis dalam esainya Regrets for My Old Dressing Gown. Esai ini menjadi dasar penamaan fenomena ini, menggambarkan bagaimana kepuasan dengan apa yang kita miliki bisa terganggu oleh satu pembelian baru.
2. Diderot Effect tidak hanya tentang pembelian impulsif
Melansir James Clear, Diderot Effect adalah tentang siklus pembelian yang berkelanjutan. Ketika seseorang membeli satu barang baru yang signifikan, seringkali ada dorongan untuk mengganti barang-barang lama yang tidak lagi ‘cocok’.
Misalnya, membeli ponsel baru bisa memicu keinginan untuk mendapatkan aksesori baru yang sesuai, atau bahkan perabotan rumah tangga baru jika warna atau gayanya tidak lagi serasi. Ini menciptakan siklus di mana satu pembelian membawa ke pembelian lain, seringkali tanpa kebutuhan nyata, hanya berdasarkan keinginan agar segala sesuatunya terlihat harmonis.
3. Konsumsi berlebih adalah salah satu konsekuensi dari Diderot Effect
Editor’s picks
Fenomena ini sering kali menyebabkan pembelian yang tidak direncanakan dan tidak perlu, di mana individu terus membeli barang-barang baru untuk melengkapi atau mengganti yang lama. Ini bukan hanya tentang estetika; ini juga tentang perasaan yang diciptakan oleh barang-barang baru tersebut.
Barang baru sering kali dianggap sebagai simbol status atau pencapaian, yang mendorong orang untuk terus membeli lebih banyak, bahkan ketika tidak ada kebutuhan fungsional untuk itu. Ini dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak terkendali dan akumulasi barang yang pada akhirnya tidak memberikan kebahagiaan atau kepuasan jangka panjang.
Baca Juga: 6 Cara Menyelaraskan Keputusan dengan Visi Misi Hidup, Konsisten!
4. Pengaruh Diderot Effect terhadap gaya hidup minimalis
Diderot Effect sering kali menjadi topik diskusi dalam komunitas minimalis, yang mengadvokasi hidup dengan lebih sedikit barang. Gaya hidup minimalis menantang Diderot Effect dengan menekankan pentingnya membeli barang berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan.
Minimalisme mengajarkan bahwa kita harus menghargai barang yang kita miliki dan menghindari pembelian impulsif yang dapat memicu siklus konsumsi yang tidak perlu. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih sadar dan selektif dalam konsumsi, kita dapat mengurangi dampak negatif dari Diderot Effect dan menjalani hidup yang lebih terfokus dan bermakna.
5. Diderot Effect dalam budaya konsumen modern
Dalam masyarakat konsumen saat ini, Diderot Effect lebih relevan dari sebelumnya. Iklan dan media sosial terus mendorong pembelian berdasarkan tren terbaru dan status sosial. Ini menciptakan tekanan untuk terus memperbarui barang-barang kita agar tetap ‘up-to-date’ dan sesuai dengan standar sosial.
Namun, ini sering kali menyebabkan pembelian yang tidak dipikirkan matang dan akhirnya, ketidakpuasan. Diderot Effect mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati sering kali tidak ditemukan dalam akumulasi barang, tetapi dalam pengalaman dan hubungan yang berarti dengan orang-orang di sekitar kita.
Fenomena ini memang bisa bikin kamu terjebak dalam siklus pembelian yang nggak perlu. Yang paling penting, ingatlah bahwa kebahagiaan nggak datang dari barang-barang yang kamu miliki. Jadi, bijaklah dalam berbelanja dan nikmati hidupmu tanpa terjebak dalam Diderot Effect!
Baca Juga: 4 Hal Perlu Diperhatikan saat Ingin Menerapkan Gaya Hidup Minimalis
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.