Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Musuh Emosi Penghancur Diri yang Sering Mengganggu Pikiran

ilustrasi pria yang dipenuhi emosi negatif (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kalau ada yang bertanya, "Apa yang bisa menghancurkan mimpi kita, hidup kita, dan hubungan kita?" Mungkin sebagian orang akan ada yang menyebut pihak luar sebagai biang kerok, yang telah menghancurkan ketiga aspek tersebut. Meskipun pihak luar mungkin berkontribusi terhadap kehancuran hidup kita, namun mereka hanya punya andil sedikit saja. Dan sering kali akar dari masalah-masalah itu sendiri justru luput dari kesadaran dan tidak terefleksikan oleh kita. Apa saja itu?

1. Takut

ilustrasi rasa takut (pexels.com/Nathan Cowley)

Kita dilahirkan dengan tidak memiliki keberanian, juga tidak memiliki rasa takut. Kemungkinan besar atau kecil, ketakutan kita justru disebabkan oleh pengalaman kita sendiri, orang lain, dan apa yang kita baca atau dengar.

Beberapa perasaan takut memang nyata, seperti berjalan di kota yang sepi dan juga gelap pada waktu dini hari. Atau berlayar di atas kapal kecil yang diganggu ikan hiu lapar. Meskipun terkadang rasa takut akan bahaya luar terus mengancam kita, namun kita tidak mesti memiliki rasa takut tersebut dengan seumur hidup.

2. Ketidakpedulian

ilustrasi wanita menatap laptop (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memiliki sikap ketidakpedulian merupakan sikap negatif dalam kehidupan sosial dan individual. Hidup dalam individual adalah dunia kita yang berhak meluangkan waktu sendirian dan memiliki hak untuk membuat pilihan hidup. Sedangkan hubungan sosial adalah interaksi diri kita dengan orang lain.

Bila kamu sering mengabaikan orang lain, maka feed back orang lain kepada kamu juga akan seperti itu. Sama halnya dengan ketidakpedulian terhadap diri sendiri. Bila pilihan hidupmu diputuskan orang lain meskipun kamu yang berhak memutuskannya, maka kamu akan menjalani kehidupan yang distir oleh orang lain dan kamu akan meragukan diri sendiri.

3. Keraguan

ilustrasi keraguan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak dari kita yang meragukan masa depan dikarenakan arah hidup dan cita-cita yang masih belum jelas. Termasuk juga meragukan orang lain, pemerintah, bahkan meragukan kesempatan atau peluang.

Namun, yang paling berbahaya adalah dengan meragukan diri sendiri. Lambat laun, keraguan akan menghancurkan hidup kita serta peluang kita untuk sukses secara perlahan. Keraguan juga adalah musuh bagi kita. Ia akan mengosongkan hati dan rekening kita, serta mengharuskan kita untuk rela ditinggalkan pasangan yang sudah lama bersama.

4. Khawatir

ilustrasi khawatir (pexels.com/Andrea Piaquadio)

Perasaan khawatir cukup bermanfaat bagi kita atas suatu ketidakpastian yang bertentangan dengan perasaan positif. Misalnya kita sudah lama menunggu saudara yang masih belum pulang ke rumah, dan kita khawatir dengan dirinya yang sudah berada di jalan mana, lalu kita bergumam, ”Apakah dia baik-baik saja?”; “Semoga tidak terjadi apa-apa di jalan.”

Tetapi, kita tidak bisa melepaskan rasa khawatir sebelum kita melihat dan memprediksi suatu hal di luar kekhawatiran. Dugaan dan prasangka juga akan menimbulkan perasaan khawatir sesuai konteksnya.

Kendati demikian, rasa khawatir yang berlebihan dan sulit untuk dilepaskan akan membuat pikiran dan tubuh kita memburuk. Tidak hanya secara fisik, juga peluang dan kesempatan kita.

5. Malu

ilustrasi malu (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memiliki sifat malu adalah hal yang wajar, termasuk orang yang pemalu sekali pun, selama sifat tersebut tidak menjadi beban baginya. Namun, yang menjadi persoalan adalah rasa malu-malu (malu yang berlebihan) yang tidak sedikit menyiksa dirinya sendiri.

Kita dapat menebak bahwa rasa malu-malu pada seseorang kemungkinan karena faktor internalisasi masa kecilnya, dan juga faktor lain yang turut mempengaruhinya. Namun dengan menyadari sifat malu yang buruk ini, kita akan tergerak untuk berdiri tegak dan sesekali membentungkan tangan sambil berteriak "Aku percaya diri!". 

Itulah lima musuh emosional penghancur diri yang selalu mengganggu kita. Persoalan dari kelima poin tersebut merupakan sifat manusia sebagai makhluk yang terbatas dan menginginkan kepastian dalam hidupnya. Karena bagaimanapun, kita harus mengelola emosi-emosi kita secara terukur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us