5 Alasan Orang Bijaksana Enggan Meladeni Konflik dan Kesalahpahaman

Lebih suka duduk diskusi bersama dengan kepala dingin

Memang tidak dapat dimungkiri setiap orang memiliki pendapat dan pola pikir masing-masing. Sudut pandangmu belum tentu sama dengan orang lain. Bisa jadi berbeda seratus delapan puluh derajat. Bermacam perbedaan tersebut rawan menimbulkan perdebatan. Masing-masing orang bersikeras dengan kebenarannya, tanpa ada yang mau mengalah dan menghargai.

Tapi sikap ini tidak akan ditentukan dalam diri orang-orang bijaksana. Mereka tidak tertarik sama sekali menghadapi konflik dan kesalahpahaman. Walaupun tidak setuju orang-orang tersebut lebih memilih menyampaikan dengan cara bijak. Sosok bijaksana tentu saja memiliki alasan yang tepat mengapa enggan meladeni konflik dan kesalahpahaman. Berikut lima di antaranya. Kalau kamu sosok bijaksana, apa yang menjadi alasanmu?

1. Orang yang bijaksana tidak menyukai perpecahan

5 Alasan Orang Bijaksana Enggan Meladeni Konflik dan Kesalahpahamanilustrasi perselisihan (pexels.com/Yan Krukau)

Mungkin kamu pernah terjebak di tengah konflik dan kesalahpahaman. Setiap orang membenarkan pikiran masing-masing tanpa ada yang mau mengalah. Saat ada seseorang yang pendapatnya kurang sesuai dengan dirinya, langsung dipotong di tengah jalan. Tapi sikap buruk ini tidak dimiliki oleh orang-orang bijaksana. Mereka kurang menyukai konflik dan kesalahpahaman.

Orang-orang ini punya alasan yang kuat terkait sikapnya tersebut. Mereka paham jika menanggapi konflik dan kesalahpahaman bisa menyebabkan perpecahan. Apalagi saat seseorang merasa tersinggung dan ingin balas dendam. Mereka tidak menginginkan hal itu terjadi. Sebaliknya, sosok bijaksana berusaha menjaga suasana agar tetap tenang dan terjaga. Kalau bisa seluruh anggota kompak dan solid.

2. Mereka paham jika konflik dan kesalahpahaman pasti menimbulkan persoalan baru

5 Alasan Orang Bijaksana Enggan Meladeni Konflik dan Kesalahpahamanilustrasi perselisihan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Konflik dan kesalahpahaman pasti diawali dari perbedaan. Kemudian berujung sikap tidak mau menghargai satu sama lain. Hal inilah yang menyinggung perasaan sehingga seseorang tidak lagi memikirkan kepentingan bersama. Mereka hanya ingin kehendaknya dilaksanakan demi sebuah gengsi. Tapi sayangnya, meladeni konflik dan kesalahpahaman tidak memperbaiki keadaan.

Rupanya orang-orang bijaksana sungguh memahami hal tersebut. Mereka sudah memprediksi jika konflik dan kesalahpahaman menimbulkan persoalan baru. Permasalahan yang tadinya belum selesai justru semakin menular. Bahkan banyak pihak yang tidak seharusnya terlibat justru menyetir keadaan. Orang-orang bijaksana berusaha meminimalisir kemungkinan buruk agar tidak terjadi.

3. Sosok bijaksana juga paham konflik dan kesalahpahaman bisa merusak situasi yang sudah kondusif

5 Alasan Orang Bijaksana Enggan Meladeni Konflik dan Kesalahpahamanilustrasi perselisihan (pexels.com/Yan Krukau)
dm-player

Menghadapi permasalahan dibutuhkan ketenangan berpikir. Ini hanya bisa terjadi ketika situasi berjalan kondusif. Tapi tidak semua orang bijaksana menyikapi perbedaan. Sebagian besar menanggapinya salam keadaan konflik dan kesalahpahaman sehingga menimbulkan kekacauan. Situasi yang tadinya aman terkendali berubah ricuh.

Namun demikian, manusia bijaksana  memilih diam dan tidak mau menanggapi konflik dan kesalahpahaman. Bukan mereka bersikap apatis atau individualis. Tapi manusia bijaksana paham jika cara demikian tidak memperbaiki situasi. Apalagi sampai meredam perpecahan. Sosok bijaksana tidak ingin mengubah situasi yang tadinya aman dan nyaman menjadi tidak terkendali.

Baca Juga: 4 Tanda Kamu Adalah Orang yang Bijaksana, Harus Bisa Bersikap Tenang!

4. Menanggapi konflik dan kesalahpahaman bisa menimbulkan konflik

5 Alasan Orang Bijaksana Enggan Meladeni Konflik dan Kesalahpahamanilustrasi perselisihan (pexels.com/Tiger Lily)

Tidak ada konflik yang berujung ketenangan. Baik pihak yang menang ataupun kalah sama-sama merasakan kegelisahan. Karena konflik tidak berhenti di satu titik. Rasa sakit hati bisa menimbulkan dendam dan kebencian yang berlangsung di kemudian hari. Dan jika kebencian itu sudah menggunung, akan susah untuk dikendalikan.

Penjelasan tersebut jadi alasan orang-orang nijaksana tidak tertarik meladeni konflik dan kesalahpahaman. Mereka paham betul jika sikap keras kepala dan saling adu mulut bisa memperpanjang persoalan. Antar individu saling bermusuhan tanpa ada yang mau mengalah. Solidaritas yang seharusnya terjaga justru berujung perpecahan.

5. Sosok bijaksana lebih mengutamakan diskusi bersama dengan kepala dingin

5 Alasan Orang Bijaksana Enggan Meladeni Konflik dan Kesalahpahamanilustrasi berdiskusi (pexels.com/Fauxels)

Mungkin kamu heran dengan sikap orang bijaksana yang tidak mau adu argumen. Padahal ia dipandang sebagai sosok yang bisa memecahkan permasalahan. Tapi pada kenyataannya tipe orang tersebut hanya menonton saja perdebatan tanpa ingin bersuara. Tahukah kamu alasan di balik sikap demikian?

Sosok bijaksana lebih mengutamakan diskusi bersama dengan kepala dingin. Diskusi yang tertata dan terarah bisa memunculkan kesepakatan bersama. Tidak ada satupun pihak yang merasa rugi dan dikucilkan. Semua turut andil dalam mengambil keputusan. Tentunya, keputusan yang diambil atas dasar kesepakatan bersama meminimalisir pertentangan.

Menuruti konflik dan kesalahpahaman tidak ada habisnya. Setiap argumen selalu dibalas dengan argumen. Alih-alih menemui kesepakatan, justru menemui jalan buntu. Antar individu tidak ada yang mau menghargai. Situasi tersebut menjadi alasan orang yang bijaksana enggan meneladani konflik dan kesalahpahaman. Mereka hanya ingin menjaga situasi agar tetap nyaman dan kondusif.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Punya Sudut Pandang Bijaksana Tanpa Kamu Sadari

Mutia Zahra Photo Verified Writer Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya