7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diri

Selalu merasa sebagai sosok paling tersakiti

Lingkungan sekitar ada kalanya diisi dengan orang-orang yang memiliki karakter toksik. Sudah jelas mereka yang berbuat kesalahan dengan menyakiti orang lain. Tapi justru membalik keadaan seolah dirinya menjadi sosok orang yang menderita dan terpojok.

Aksinya ini dilakukan untuk menarik simpati dari orang-orang sekitar. Meskipun sebenarnya ia adalah sosok di balik permasalahan yang terjadi. Tanpa disadari, ternyata sikap playing victim justru menurunkan kualitas diri. Sudah kah kamu tahu alasannya? Mari baca tujuh penjelasan di bawah ini.

Baca Juga: 5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?

1. Kurangnya tanggung jawab pribadi

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi merasa rapuh (pexels.com/RDNE Stock Project)

Ada kalanya kita dihadapkan dengan orang-orang yang gemar playing victim. Sebenarnya mereka adalah sosok utama di balik kerusuhan yang terjadi. Tapi jangan mudahnya membalik keadaan seolah menjadi manusia paling tersakiti.

Padahal sikap playing victim justru menurunkan kualitas diri. Seseorang turut melupakan tanggung jawab pribadi. Ketika seseorang selalu menempatkan dirinya sebagai korban, mereka cenderung tidak mengambil tanggung jawab atas keadaan mereka sendiri.

2. Seolah mewajarkan tindakan pengecut

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi sosok rapuh (pexels.com/Andrew Neel)

Apa pun alasannya, kita tidak bisa mendidik diri menjadi seorang pengecut. Apalagi memberi lari dari masalah dan tanggung jawab. Karena sikap sebagai seorang pengecut tidak akan membuat situasi membaik. Apalagi membuat hati dan pikiran lebih lega.

Bagi kamu yang masih gemar playing victim, tentu harus memiliki kesadaran berbenah. Jangan sampai sikap demikian mendorongmu menjadi sosok manusia pengecut. Kamu tidak benar-benar berani menghadapi konsekuensi yang harus ditanggung.

3. Takut dalam memecahkan permasalahan

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi merasa takut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Permasalahan tidak bisa dibiarkan berkelanjutan. Tentu harus ada upaya untuk menyelesaikannya. Apalagi kamu sosok yang berperan dalam menciptakan permasalahan tersebut. Di satu sisi, terkadang timbul perasaan ingin berperan playing victim.

Tapi apakah ini tindakan yang bijaksana? Jawabannya tentu saja tidak. Karena sikap playing victim justru bisa menghancurkan kualitas diri. Saat merasa terpojok atau tersakiti, seseorang tidak bisa berpikir matang. Dalam bertindak selalu diliputi oleh keraguan.

Baca Juga: 5 Dampak Negatif Victim Mentality pada Kesehatan Emosional, Waspada!

4. Menyebabkan diri menjadi sosok rapuh

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi sedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Siapa yang tidak ingin tumbuh menjadi sosok manusia berkualitas? Bisa dipastikan semua orang menginginkan. Tapi semua kembali lagi pada sikap yang kita cerminkan. Termasuk di antaranya menjadi sosok yang gemar playing victim.

Persoalan satu ini tidak bisa dianggap remeh. Sekarang mungkin masih belum terlihat dampaknya. Tapi lambat laun kamu akan tumbuh menjadi sosok manusia rapuh. Bahkan untuk menghadapi persoalan kecil dan sederhana saja tidak mampu.

5. Relasi sosial dengan orang-orang sekitar yang buruk

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi bosan perdebatan (pexels.com/Timur Weber)

Manusia tidak akan pernah bisa hidup dan berdiri sendiri. Dalam urusan kecil dan sederhana bahkan membutuhkan campur tangan orang lain. Tentu kita harus menjaga relasi sosial agar tetap harmonis. Jangan malah merusak interaksi sosial yang sudah tertata.

Tapi sayangnya, ini tidak akan terjadi saat kamu masih mempertahankan sikap playing victim. Tanpa disadari relasi sosial dengan orang-orang sekitar memburuk. Konflik dan perselisihan semakin sering terjadi. Bahkan keberadaanmu tidak diharapkan oleh orang-orang sekitar.

6. Menimbulkan perasaan rendah diri

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi merasa rendah diri (pexels com/Cottonbro studio)

Kualitas diri tentu harus dijaga. Ternyata ini menjadi persoalan yang susah-susah gampang. Apalagi seseorang masih betah mempertahankan perilaku playing victim. Ia selalu berpura-pura menjadi sosok manusia paling tersakiti. Adanya sikap demikian ini harus diperbaiki.

Mengapa sikap playing victim justru berpotensi menurunkan kualitas diri? Karena  memicu perasaan inferior. Seseorang merasa rendah diri dan tidak memiliki kemampuan apa pun. Bahkan untuk sekadar mempertanggungjawabkan kesalahan yang sudah diperbuat.

7. Memupus empati dan kepedulian

7 Alasan Sikap Playing Victim Justru Menurunkan Kualitas Diriilustrasi individualis (pexels.com/Sam Lion)

Tahukah kamu ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya? Yakni adanya empati dan kepedulian. Seseorang masih memiliki belas kasih yang terhadap sesama. Sebagai manusia, ia tidak akan bertindak di luar batas wajar.

Pastinya ada alasan mengapa sosok yang gemar playing victim justru menurunkan kualitas diri. Sikap yang terlihat sederhana ternyata bisa mampus empati serta kepedulian. Tanpa sadar sudah membiarkan diri tumbuh menjadi sosok manusia egois serta individualis.

Sikap berperan sebagai korban dapat menjadi pola pikir yang merugikan dan menghambat perkembangan pribadi seseorang. Secara perlahan kualitas hidup mengalami penurunan. Tentu kita tidak menginginkan kondisi seperti ini terjadi. Oleh sebab itu, penting untuk menghindari sikap playing victim sejak awal.

Baca Juga: 3 Minus Teman Manipulatif, Suka Playing Victim dan Memanfaatkan

Mutia Zahra Photo Verified Writer Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Fajar Laksmita

Berita Terkini Lainnya