6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!

Bukan berarti lalai dengan risiko

Banyak hal yang membuat kita harus belajar berbaik sangka. Karena rasa takut dan kecemasan belum tentu terbukti kebenarannya. Bisa jadi berasal dari penilaian subjektif yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Tapi dalam berbaik sangka juga harus ada batasan yang tepat.

Saat prasangka baik itu sudah tidak terkontrol, justru bisa merugikan diri sendiri. Kamu sampai tidak bisa berpikir realistis dalam mempertimbangkan keputusan. Dalam berbaik sangka, sebaiknya perhatikan enam batasan berikut. Jangan sampai tumbuh menjadi individu ceroboh.

1. Tidak mencampuradukkan antara fakta dan opini

6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!ilustrasi berpikir (pexels.com/Anete Lusina)

Berbaik sangka memang bisa menghadirkan ketenangan. Kamu tidak akan dikendalikan oleh pikiran negatif. Apalagi terjebak rasa takut dan kecemasan berlarut-larut. Tapi dalam berbaik sangka juga ada batasan yang tetap harus diperhatikan.

Kamu tidak boleh mencampur adukkan antara fakta dengan opini. Berbaik sangka bukan berarti menganggap asumsi sebagai satu-satunya kebenaran. Kamu harus tetap bisa memilah dengan bijaksana. Jangan karena satu opini pada akhirnya melupakan fakta yang terjadi.

2. Tetap mau belajar dari pengalaman di masa lalu

6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!ilustrasi berpikir (pexels.com/Marcelo Chagas)

Setiap orang pasti pernah memiliki pengalaman di masa lalu. Tidak hanya kenangan yang manis diingat, namun juga momen menyakitkan. Ternyata ini memiliki keterkaitan erat dengan batasan dalam berbaik sangka.

Dalam hal ini kamu harus mengenal batasan berbaik sangka dengan baik. Usahakan menjadi seseorang yang tetap mau belajar dari pengalaman masa lalu. Berbaik sangka bukan berarti kamu melupakan risiko dan pelajaran hari kemarin.

3. Tidak menghilangkan sikap waspada dalam diri

6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!ilustrasi berpikir (pexels.com/SHVETS Production)

Situasi memang tidak bisa diprediksi dengan tepat. Bahkan rencana yang sudah disusun sering berakhir berantakan. Tentunya setiap dari kita tidak ingin menghadapi situasi demikian ini. Tapi yang perlu dicatat, semua juga kembali lagi pada dirimu.

Termasuk dalam mengelola prasangka baik. Usahakan tetap memiliki batasan yang jelas dan tegas. Berbaik sangka bukan berarti menghilangkan sikap waspada dalam diri. Kamu harus tetap berpikir cermat dan tanggap terhadap risiko yang mungkin terjadi.

Baca Juga: 5 Alasan Berbaik Sangka Bisa Mengubah Hidup Jadi Lebih Berkualitas

4. Berlandaskan etika dan moralitas

6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!ilustrasi berpikir (pexels.com/George Milton)

Tidak dapat dimungkiri jika prasangka buruk menghadirkan rasa takut dan kecemasan. Untuk mengatasinya, seseorang lebih memilih berbaik sangka. Tapi kesalahan besar jika kita membiarkan prasangka baik itu tidak sesuai dengan batas wajarnya.

Satu hal yang harus tetap diingat, prasangka baik jangan sampai bertentangan dengan etika dan moralitas. Jika ada bukti atau indikasi yang kuat terhadap niat buruk atau perilaku tidak etis, berbaik sangka tidak bisa dipegang terus-menerus. Sikap tegas harus tetap diterapkan dalam permasalahan satu ini.

5. Tidak mudah termakan hasutan

6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!ilustrasi mengobrol (pexels.com/Nappy)

Boleh saja kamu menjadi orang yang berbaik sangka. Entah terhadap kemungkinan yang akan terjadi, atau berbaik sangka terhadap perilaku orang lain. Namun dalam berbaik sangka jangan sampai kamu keterlaluan.

Tetap ada batasan tertentu yang harus diperhatikan dengan seksama. Terutama mengenai hasutan yang berkembang di lingkungan masyarakat. Berbaik sangka bukan berarti asal ikut pengaruh yang ada. Pola pikir logis harus diterapkan dalam hal ini.

6. Senantiasa mempertahankan pola pikir kritis dan realistis

6 Batasan dalam Berbaik Sangka, Jangan sampai Ceroboh!ilustrasi berpikir (pexels.com/Michael Burrows)

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keputusan berbaik sangka. Sebagai manusia yang penuh kekurangan, kita tidak boleh menuduh orang lain sembarangan. Atau terang-terangan menyalahkan takdir sudah tidak adil.

Tapi yang namanya berbaik sangka juga ada porsinya. Kamu harus mempertahankan pola pikir kritis dan realistis. Segala sesuatunya tetap harus dipertimbangkan dengan matang. Bukan hanya memenuhi tuntutan prasangka baik sesaat.

Berbaik sangka bukan berarti kamu bisa membenarkan segalanya. Dalam hal ini beberapa batasan harus diperhatikan dengan baik. Karena terlalu berbaik sangka justru merugikan diri sendiri. Kamu tunggu menjadi orang yang tidak memiliki sifat mawas diri.

Baca Juga: 5 Cara Tetap Berbaik Hati pada Mereka yang Telah Menyakiti

Mutia Zahra Photo Verified Writer Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya