Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
novel The Bee Sting dan The Grapes of Wrath (penguin.co.uk)
novel The Bee Sting dan The Grapes of Wrath (penguin.co.uk)

Walau sering dianggap remeh dan membuang waktu, ternyata novel juga punya kemampuan menstimulasi kapasitas berpikir pembaca, lho. Misalnya novel-novel berikut yang meski fiktif, ternyata sedang menyoroti fenomena ekonomi tertentu.

Mulai dari Great Depression 1930 sampai krisis finansial global 2008. Dengan konteks peristiwa penting itu, cerita para tokohnya jadi lebih hidup. Kisah mereka mungkin saja bisa menginspirasi bahkan memberimu pencerahan yang sebelumnya tidak kamu tahu karena keterbatasan sudut pandang. Mari baca novel berikut ini dan tantang kemampuan inteligensimu.

1. The Grapes of Wrath

The Grapes of Wrath karya John Steinbeck (penguin.co.uk)

The Grapes of Wrath berlatarkan tahun 1930-an ketika beberapa negara bagian di Amerika Serikat dilanda kekeringan parah. Fenomena yang kemudian dikenal dengan Great Depression itu mendorong orang-orang bermigrasi ke negara bagian lain. Tragedi dan kesulitan itu kemudian ditulis Steinbeck lewat balada keluarga Joad yang terpaksa meninggalkan Texas demi kehidupan lebih baik di California.

Selain krisis iklim, Steinbeck juga membahas bagaimana sistem kapitalisme bekerja di negara itu sehingga memperbesar jarak antara si kuat dan si lemah. Sempat dianggap tak patriotik karena menyingkap sisi gelap Amerika Serikat, novel ini kini jadi salah satu karya sastra yang relevansinya tak lekang oleh waktu.

2. Land of Love and Ruins

Land of Love and Ruins karya Oddny Eir (restlessbooks.org)

Berlatarkan krisis ekonomi global 2009, Land of Love and Ruins adalah sebuah perjalanan kontemplatif seorang perempuan di Islandia. Setelah dapat mimpi aneh tentang orang-orang Viking, ia tergerak untuk menapaki jejak leluhurnya. Ditulis dengan format ala buku harian dan jurnal perjalanan, novel ini memang personal dan terinspirasi kisah hidup penulisnya sendiri. Namun, dengan latar resesi ekonomi akibat kolapsnya tiga bank besar di Islandia, cerita dan perspektifnya jadi lebih dalam dan menyentuh.

3. The Four Winds

The Four Winds karya Kristin Hannah (panmacmillan.com)

The Four Winds juga berlatarkan Great Depression 1930-an layaknya The Grapes of Wrath tulisan Steinbeck. Bedanya Hannah menggunakan perspektif perempuan untuk menyingkap fenomena ekonomi tersebut. Ia adalah Elsa, perempuan yang menikah dengan harapan hidupnya akan lengkap, tetapi justru merasakan sebaliknya.

Di tengah krisis iklim yang membuat keluarganya tak lagi punya pemasukan, Elsa memutuskan untuk ikut bermigrasi dari Texas bersama anak-anaknya, tanpa sang suami. Sama dengan Steinbeck, Hannah mencoba menyoroti apa yang salah dari sistem ekonomi Amerika.

4. Behold the Dreamers

Behold the Dreamers tulisan Imbolo Bue (penguinrandomhouse.com)

Datang dari Kamerun sebagai imigran di Amerika Serikat, Jende dan istrinya berhasil dapat pekerjaan yang membantu mereka dapat kehidupan layak di negeri itu. Namun, ketentraman mereka hanya berlangsung singkat setelah krisis finansial menghujam AS pada 2008. Jende kehilangan pekerjaan tetapnya di sebuah perusahaan. Di sisi lain, istrinya yang bekerja di rumah bos Jende sebagai pengasuh mulai melihat gelagat tak baik dari keluarga penuh privilese tersebut.

5. Capital

Capital karya John Lanchester (faber.co.uk)

Capital berlatarkan London ketika krisis finansial menerjang. Novel fokus pada sebuah kawasan pemukiman bernama Pepys Road yang diisi orang-orang kelas menengah. Namun, gegara krisis, kawasan itu ikut terdampak. Harga properti terjun bebas dan bisnis macet. Novel ditulis dari beberapa perspektif sekaligus, yakni pegawai bank dan istrinya yang doyan belanja, pemilik usaha kecil asal Pakistan, pekerja migran, sampai pesepak bola muda dari Senegal.

6. The Bee Sting

The Bee Sting tulisan Paul Murray (penguin.co.uk)

Krisis global 2008 juga berdampak pada sebuah keluarga di Irlandia. Bisnis sang ayah bangkrut dan ia menjelma jadi sosok parno yang memilih mendedikasikan waktunya untuk membangun bunker di tengah hutan. Sementara itu, sang istri berusaha mencari akal untuk bertahan hidup dengan menjual barang-barang mewahnya di marketplace. Di sisi lain, anak-anak mereka punya agenda dan masalah sendiri yang bakal memperunyam situasi.

Fenomena ekonomi memang bisa kamu baca lewat artikel berita dan buku-buku nonfiksi, tetapi fiksi punya peran yang tak kalah penting untuk menjelaskannya. Ia bakal memberimu perspektif yang lebih luas dan dalam, serta yang paling prominen, memberimu kesempatan membangun opini dan pemikiranmu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team