3 Hal Toksik yang Bikin Orang Malas ke Halal Bihalal

Mulai dari body shaming hingga terlalu kepo

Siapa bilang halal bihalal itu mudah? Bagi sebagian orang, ini akan jadi momen yang membuat cemas. Dibalik suasana yang hangat, aroma masakan yang lezat, tersimpan tantangan yang harus dihadapi saat bertemu dengan orang lain.

Meskipun momen ini seharusnya menjadi waktu untuk bersilaturahmi dan mempererat hubungan, beberapa kebiasaan buruk bisa menjadi hal yang mengganggu. Hal ini yang seringkali membuat kita kesulitan untuk menghadapi pertanyaan maupun pernyataan dari orang lain. Bukannya bersenang-senang, acara halal bihalal malah bisa jadi sesuatu yang bikin kamu menyesal saat mendatanginya.

Berikut ini merupakan tiga kebiasaan toksik yang sering gak disadari dilakukan di momen halal bihalal. Simak penjelasannya sebagai berikut!

1. Kebiasaan menilai dari penampilan fisik seseorang

3 Hal Toksik yang Bikin Orang Malas ke Halal Bihalalilustrasi ngabuburit (pexels.com/pnw-prod)

Body shaming merupakan satu kebiasaan yang rasanya lumrah dilakukan oleh banyak orang. Walaupun pada kenyataannya, pernyataan tentang penampilan fisik seseorang ini sering bikin kita sakit hati. Memang biasanya disampaikan dalam bentuk candaan, atau pertanyaan, tapi kurang tepat.

Kamu pasti pernah dibilang kurusan, gemukan, atau pertanyaan seperti kenapa muka jadi jerawatan, menghitam dan sebagainya. Ada banyak sekali pertanyaan seputar fisik yang sebenarnya gak perlu untuk ditanyakan.

Tapi gak semua orang paham konteks dan situasinya, dan merasa pertanyaan sederhana itu bukanlah masalah besar. Padahal nyatanya, bikin banyak orang sakit hati dan menjadi malas untuk basa basi terlalu lama di acara halal bihalal.

2. Kebiasaan suka mencampuri kehidupan orang lain

3 Hal Toksik yang Bikin Orang Malas ke Halal Bihalalilustrasi hari Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Baca Juga: 5 Tips Mencari Makanan Halal di Jepang untuk Wisatawan Muslim 

Sebab terlalu ramah, atau terlalu sok asik, pertanyaan seputar privasi seringkali ditanyakan di momen ini. Seakan sudah kehabisan bahan obrolan lain sehingga harus bertanya hal yang sebenarnya sangat personal. Hal ini akan sering dirasakan terutama jika kamu belum punya pasangan.

Selalu saja ada pertanyaan kapan menikah, kapan punya anak, juga kapan nambah anak. Tak sampai disitu, sebab ada juga pertanyaan sudah kerja belum, sekarang lagi sibuk apa dan sebagainya. Pertanyaan seperti ini seakan seperti bom yang menyesakkan dada.

Sudah sepatutnya kebiasaan menanyakan hal yang privasi harus dihilangkan dari kultur dianggap biasa. Mulailah menghargai orang lain, dan gak perlu terlalu kepo dengan kehidupannya. Sebab setiap orang punya ujiannya masing-masing, jadi jangan tambah beban hidupnya.

3. Kebiasaan membandingkan tingkat kesuksesan

3 Hal Toksik yang Bikin Orang Malas ke Halal Bihalalilustrasi memberi THR (pexels.com/rdne)

Selain dua hal sebelumnya, kesuksesan juga bisa jadi hal yang sering ditanyakan di acara halal bihalal. Momen ini kerap dijadikan sebagai ajang pamer terselubung demi menunjukkan eksistensi seseorang. Mulai dari status pekerjaan, kendaraan yang digunakan hingga besarnya THR yang diberikan.

Jelas sekali ini adalah kebiasaan toksik yang sering dilakukan dalam acara sosial. Meski tidak terang-terangan, tapi setiap orang ingin menjadi terpandang dan dianggap sukses. Sayangnya, jika belum bisa menjadi apa-apa ini akan jadi acara yang membuat kamu kesal dan menderita. Rasanya pasti ingin segera pulang dan mengakhiri acara secepatnya.

Halal bihalal seringkali dianggap sebagai momen yang menyenangkan, tetapi sebenarnya, menghadirinya bisa cukup membuat malas. Dengan menghindari kebiasaan toksik seperti di atas, momen Lebaran akan jadi lebih bermakna. Mari merayakan Lebaran dengan membawa kebahagiaan dan kehangatan kepada semua orang terdekat.

Baca Juga: 5 Makna Positif dari Acara Halal Bihalal, Mempererat Hubungan

It's Me, Sire Photo Verified Writer It's Me, Sire

A dusk chaser who loves to shout in the silence

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya