Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Okky Madasari Spill Teknik Bikin Esai di Acara IDN Times Xplore 2025

Okky Madasari dalam acara Real Talk by Uni Lubis yang berlangsung di IDN Media HQ, Jakarta, pada Kamis (7/12/2023). (youtube.com/IDN Times)
Okky Madasari dalam acara Real Talk by Uni Lubis yang berlangsung di IDN Media HQ, Jakarta, pada Kamis (7/12/2023). (youtube.com/IDN Times)
Intinya sih...
  • Okky Madasari melatih siswa menulis essay di Mini Camp Mading
  • Cara mengembangkan tema dan inspirasi esai lingkungan
  • Teknik menulis esai dan pentingnya imajinasi dalam tulisan

Jakarta, IDN Times - Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore kembali hadir dalam rangka memeriahkan ulang tahun IDN Times ke-11. Setelah sukses pada tahun 2024, kompetisi mading digital yang ditujukan khusus untuk siswa SMA/SMK/MA/sederajat ini, kembali mewadahi kreativitas dan aspirasi pelajar dalam bentuk tulisan, desain, foto, bahkan video.

Tahun ini, IDN Times Xplore 2025 mengangkat tema “Eco-Warrior Mode: ON!” yang berkaitan dengan isu lingkungan dan sosial. Kriteria yang dilombakan mencakup desain mading, esai tematik, infografik, rubrik diskusi, fotografi, dan video reels. Subtema esai tematik adalah “Muda Beraksi! Selamatkan Bumi lewat Edukasi dan Teknologi".

IDN Times menyelenggarakan rangkaian mini camp bagi para peserta yang telah mendaftar. Rangkaian acara yang berlangsung mulai 16-17 Juni 2025 ini, menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya. Tujuannya adalah memberi bekal kepada peserta sebelum berkompetisi dengan berbagai sekolah di seluruh Indonesia.

Mini Camp Mading dibuka dengan sesi pertama menulis kreatif melalui esai. Pemaparan disampaikan oleh sastrawan, penulis buku, dan sosiolog Okky Madasari, Ph.D. Acara berlangsung secara daring pada Rabu (16/7/2025) dan diikuti oleh lebih 100 dari peserta. Dalam pembukaan, Okky sampaikan bahwa kompetisi mading diharapkan bisa menghadirkan ekspresi teman-teman dalam bentuk esai, fotografi, dan karya visual.

Dalam pembukaannya, Okky juga memantik semangat siswa untuk menulis esai. Baginya, esai dapat memengaruhi kesadaran orang lain dan bisa lebih berdampak luas, "Kenapa kita mau menulis? Karena kekuatan kreativitas dan imajinasi itu lebih bisa mempengaruhi banyak orang."

1. Okky ajarkan pelajar menulis esai di sesi Mini Camp Mading

Okky Madasari dalam acara Real Talk by Uni Lubis yang berlangsung di IDN Media HQ, Jakarta, pada Kamis (7/12/2023). (youtube.com/IDN Times)
Okky Madasari dalam acara Real Talk by Uni Lubis yang berlangsung di IDN Media HQ, Jakarta, pada Kamis (7/12/2023). (youtube.com/IDN Times)

Okky membuka sesi dengan pemaparan seputar teknik kepenulisan serta cara untuk memantik inspirasi berkaitan dengan tema eco warrior. Okky menerangkan, peserta dapat menemukan ide dari lingkungan sekitar sehingga mendorong siswa untuk lebih peka dan kritis dalam menyikapi krisis lingkungan.

"Sebelum mulai menulis, kita coba lihat keadaan di sekitar kita dengan lebih jeli. Kita lihat keadaan di sekitar kita dengan lebih kritis. Kemampuan kita untuk mengenali, untuk melihat di sekeliling kita itu yang akan menjadi modal utama kita dalam menulis," ujar Okky.

Seorang penulis perlu bersikap kritis terhadap fenomena yang terjadi di sekitar. Okky mencontohkan, ketika melihat perubahan cuaca saat ini, penulis dapat mengeksplorasi bagaimana nasib petani, dampak secara kesehatan bagi masyarakat, dan berbagai aspek lain yang saling berlapis akibat pengaruh cuaca yang tak menentu.

"Kuncinya kita selalu melihat secara kritis setiap fenomena di sekeliling kita. Kita pertanyakan apa penyebabnya. Ada apa? Lalu, kita coba pertanyakan apa akibatnya? Jadi kalau terjadi kerusakan lingkungan, akibatnya apa? Penyebabnya apa? Inilah yang harus dilatih. Lalu di sini juga modal utamanya adalah ini bukan saja tentang kita, tapi persoalan yang sedang kita hadapi ini selalu ada kaitan dengan sesuatu yang lebih besar, dan kita punya peran. Sekecil apa pun peran kita, itu akan turut memengaruhi," Okky menekankan sikap kritis sebagai prinsip awal dalam pengembangan ide esai.

2. Cara mengembangkan tema dan inspirasi

Screenshot 2025-07-16 at 10.56.00.png
Novelis, Sastrawan dan Sosiolog, Okky Madasari saat menjadi pembicara pada sesi Mini Camp Mading IDN Times Xplore, Rabu (16/7/25). (dok. YouTube IDN Times)

Sebagai bagian dari rangkaian Mini Camp Mading, Okky membuka sesi perdana dengan mengupas secara mendalam tema, "Muda Beraksi! Selamatkan Bumi lewat Edukasi dan Teknologi". Kesempatan ini menjadi ruang belajar bagi siswa agar dapat merangkai gagasan sistematis dalam bentuk esai bertema lingkungan.

"Cara pandang yang harus dimiliki adalah melihat hubungan antara lingkungan, hubungan dengan kerusakan lingkungan dan alam, dengan kemampuan kreatif kita yang nanti akan dituangkan dalam tulisan. Pertama, kita harus memiliki kesadaran bahwa manusia, termasuk teman-teman, sejak dini memiliki tanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam. Jadi, ini harus dipegang," ujar penulis buku Entrok dan Pasung Jiwa tersebut.

Okky menambahkan, kita semua punya tanggung jawab untuk berkontribusi terhadap kelestarian alam. Maka, dengan menuliskan gagasan kritis melalui medium mading, kita akan bicara tentang lingkungan dan membangun kesadaran bahwa kita tengah melalui krisis iklim.

"Lalu, tulisan kita dan sikap kita itu juga harus berpikir bahwa 'wah ini harus ada perubahan, harus ada perbaikan. Jangan sampai manusia terus menebangi hutan, jangan sampai manusia terus menegelola sumber daya alam semaunya, tanpa berpikir soal keberlanjutan, tanpa berpikir soal kelangsungan hidup'. Nah, kita juga harus sadar, ketika kita bicara soal kelestarian lingkungan, itu sebenarnya kita sedang bicara soal nasib manusia," Okky membedah topik utama yang diangkat dalam kompetisi.

Okky juga menggarisbawahi, penulis harus memiliki sudut pandang yang bisa mendorong pembaca untuk turut menjaga kelestarian lingkungan karena menjaga alam berarti menjaga nasib kita sebagai manusia. Tak jarang, kerusakan lingkungan itu bersumber dari keserakahan manusia. Ini yang harus coba dikupas dan dikritik.

"Jadi, sering kali sumber bencana itu terjadi akarnya karena manusia. Inilah yang bisa menjadi ide bagi teman-teman dalam mengolah tulisan," tambahnya.

3. Teknik menulis esai

Screenshot 2025-07-16 at 11.16.48.png
Novelis, Sastrawan dan Sosiolog, Okky Madasari saat menjadi pembicara pada sesi Mini Camp Mading IDN Times Xplore, Rabu (16/7/25). (dok. YouTube IDN Times)

Sebelum mendalami teknik kepenulisan esai, Okky menerangkan ada 3 jenis tulisan kreatif, yakni fiksi, laporan berita seperti yang ditulis oleh IDN Times, dan yang terakhir adalah esai atau opini. Jika dikaji secara mendalam, opini merupakan pendapat, sudut pandang, sikap, kritik, saran, dan tawaran solusi.

"Jadi dalam menulis esai nanti, teman-teman sebenarnya sedang mau menyampaikan pendapat teman-teman, sedang mau menyampaikan sudut pandang, sikap, kritik, tawaran solusi. Nah, yang dicari tahu pembaca adalah apa sikap dan pendapat penulis dalam suatu hal," ujar Okky.

Ia memberi contoh, peserta bisa menyampaikan soal kebakaran hutan di daerah asal peserta. Kebakaran itu ternyata akibat kelalaian manusia. Sikap atau pandangan ini yang kemudian ditumpahkan dalam esai.

"Diusahakan tulisan dalam mading itu, memang ada pesannya. Pesan dalam arti sikap teman-teman apa? Pendapat teman-teman apa? Kalau memang mau ada kritik, sampaikan kritik itu. Sampaikan saran itu, sampaikan tawaran solusi itu. Kita tidak sedang menulis berita. Bisa menulis berita, tapi sifatnya bukan berita peristiwa. Jadi, bukan menunjukkan bahwa misalnya 'kebakaran terjadi di suatu tempat', tapi beritanya berupa laporan panjang dan itu lebih mirip esai akhirnya," jelasnya.

Misalnya ketika ada seekor gajah mati, tugas penulis esai bukan menulis kabar tentang kematian hewan tersebut, namun mengeksplorasinya secara lebih mendalam. Contohnya, berupaya mencari tahu apa penyebab gajah kehilangan ekosistem yang ada di Sumatera.

Ia menjelaskan bagaimana topik dituangkan dalam tulisan opini, "Jadi, teman-teman kita lagi menulis esai opini, harus ada pendapat, sudut pandang, sikap, kritik, saran, tawaran solusi yang semuanya tentu saja harus didasarkan fakta. Harus berdasarkan realita yang ada. Itu kita susun. Lalu, kemudian dengan begitu, kita bisa sampaikan pendapat kita apa tentang itu. Masukan kita apa?"

Meski menulis opini atau pandangan pribadi akan suatu fenomena, penulis tidak boleh mengabaikan fakta yang terjadi. Melalui penjelasannya, Okky menerangkan, fakta tidak bisa diganggu gugat. Ini adalah bahan baku jurnalisme yang menyajikan kondisi sebenarnya. Artinya, apabila teman-teman ingin menulis kebakaran di suatu daerah, maka kebakaran itu memang benar-benar terjadi.

"Jadi semuanya harus berdasarkan fakta. Nah, tapi kan kemudian, bagaimana mengolahnya, menyajikan faktanya itu tergantung imajinasi, kreativitas, perspektif, sikap kita, keberpihakan kita, bagaimana kita menatanya, bagaimana kita mengolahnya, itu tergantung kreativitas kita. Tergantung kemampuan kita dalam melihat persoalan dan tergantung sikap kita," tambahnya.

4. Imajinasi jadi komponen yang penting dalam membangun tulisan

Okky Madasari (instagram.com/Okkymadasari)
Okky Madasari (instagram.com/Okkymadasari)

Tak hanya membahas teknik menulis, Okky juga mengajak peserta agar mampu meyakinkan atau menggugah kesadaran pembaca atas pendapat yang disampaikan. Dengan pendekatan ini, siswa didorong untuk menjadi lebih peka terhadap isu ekologis.

"Nanti di tulisan esai, teman-teman harus mampu meyakinkan pembaca bahwa ini lho memang sedang terjadi kerusakan lingkungan parah. Ini lho kita harus bekerjasama untuk mengatasi pengolahan sampah. Ini lho pentingnya ada pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah," ujar Okky.

"Teman-teman harus membangun argumennya sehingga orang yang membaca teryakinkan. Jadi, tujuan menulisnya adalah meyakinkan dan memengaruhi pembaca," tambahnya.

Tantangan dalam proses menulis adalah pendalaman topik atau tema. Terlebih, jika tema yang diangkat bukanlah isu baru. Maka, penulis perlu mengerahkan kreativitas untuk mengembangkan materi supaya lebih autentik.

"Lihat di IDN Times, deh! Tulisan yang membicarakan lingkungan itu kayak sudah ditulis semua orang. Tapi jangan salah, kita selalu punya cara baru untuk menulis sebuah fenomena. Kita selalu punya cara baru untuk menuliskan sebuah cerita. Jadi, ini yang kemudian menjadi tantangan kita," kata Okky.

Penulis dapat menggali pengalaman personal dengan cara pandang yang tidak biasa. Okky mengutarakan, setiap individu, setiap generasi, pasti punya kegelisahan dan perspektif berbeda. Hal terpenting adalah menggunakan imajinasi untuk membangun tulisan.

"Jadi, apa itu imajinasi? Kemampuan dalam membangun sebuah dunia dalam pikiran kita. Kemampuan untuk mereka-reka, untuk mengandai-andai, untuk menghidupkan kemungkinan-kemungkinan. Itu tadi, ketika kita merasakan suhu panas, dengan imajinasi kita, kita mencoba untuk mereka-reka. Apa akibatnya kalau suhu panas ini dibiarkan terus?" Okky memantik inspirasi peserta.

Dilanjutkannya, imajinasi adalah proses aktif yang dilakukan secara sadar dengan mencari dan menghubungkan sebuah fenomena, mencari dan menggali lebih dalam apa yang ada di balik sebuah peristiwa. Manusia selalu terikat situasi sosial dan sejarah. Penulis bisa berangkat dari persoalan pribadi, lalu mencari hubungan dengan konteks yang lebih besar. Bisa juga berangkat dari konteks yang besar, tapi kemudian mencari dampaknya terhadap kehidupan personal.

"Teman-teman selalu menempatkan pertanyaan, kegelisahan, gugatan dalam kerangka struktural. Artinya adalah kita selalu melihat ada penyebab di luar individu." tambahnya. Baginya, penulis bisa menjajaki segala kemungkinan sehingga bisa menghasilkan sebuah tulisan yang fresh, kaya, dan memberikan perspektif baru.

5. Bagaimana cara menulis esai tanpa menonjolkan emosi?

Penulis dan Novelis Okky Madasari (YouTube/IDN Times)
Penulis dan Novelis Okky Madasari (YouTube/IDN Times)

Penulisan kreatif bukan hanya mengedepankan keindahan bahasa atau gaya yang memikat, namun strktur tulisan yang bisa menggugah kesadaran pembaca. Namun, tantangannya adalah menuangkan pemikiran yang logis tanpa menonjolkan emosi.

Pada sesi kepenulisan, Okky menjawab keresahan peserta, "Dalam menulis esai, emosi jangan ditonjolkan tapi argumen rasional yang kita tonjolkan. Jadi argumentasinya itu sesuatu yang objektif, sesuatu yang memang kita timbang-timbang, sesuatu yang memang kita olah secara rasional dan nalar."

Dikatakannya, emosi itu sebenarnya sesuatu yang natural. Misalnya, kita marah karena laut dirusak, kemudian kita kelola emosi tersebut dan disalurkan dalam bentuk penjelasan, bukan mengungkapkan dengan kata-kata kotor.

"The art of writing adalah kita sedang menjelaskan kepada orang alasan kemarahan kita. Kita sedang menunjukkan kemarahan, tanpa harus kita bicara kasar, tanpa harus kita sekadar menunjukkan emosi kita. Tapi, kita membangun argumentasi yang rasional dan akhirnya membuat orang 'oh iya ya' (tersadar)," ujarnya.

Keresahan lain adalah narasi yang terkesan klise atau ide yang dibangun tak cukup autentik. Okky menjawab persoalan yang dihadapi oleh peserta. Ia menuturkan, penulis harus ekspresif untuk mendapatkan cara penulis yang autentik. Lantas, bagaimana sebuah esai tidak terjebak penuturan yang klise?

Ia memaparkan, "Yang pertama adalah cara pandang kita juga gak boleh klise. Jadi ketika melihat sampah, kalau klise kita hanya melihat, 'Ah ini orang-orang malah buang sampah,' nah itu klise banget. Tapi dengan kreativitas kita, kemudian bisa melihat lebih dalam lagi, akibatnya apa kalau sampah dibiarkan seperti itu."

Okky memberikan tips bagi penulis agar tak ingin narasinya klise, "Jadi, menghindari narasi klise itu caranya dengan melihat lebih dalam sebuah persoalan, jangan hanya di permukaan, jangan hanya yang sifatnya sudah diketahui oleh banyak orang. Jadi, jangan hanya membicarakan apa yang sudah diketahui banyak orang, masuk lebih dalam."

6. Okky Madasari: kompetisi mading akan hasilkan penulis baru yang menjangkau lebih banyak kalangan

Penulis dan Novelis Okky Madasari (YouTube/IDN Times)
Penulis dan Novelis Okky Madasari (YouTube/IDN Times)

Kompetisi IDN Times Xplore 2025 menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan minat literasi di Indonesia. Okky berharap, kompetisi mading dapat menghasilkan talenta dan penulis baru yang menyasar generasi muda.

"Betul literasi kita masih rendah, padahal untuk membangun kesadaran itu sangat diperlukan adanya literasi. Sangat diperlukan upaya untuk memberi informasi untuk memberi edukasi, lalu membangun kesadaran baru. Maka dari itu, peran penulis kreatif itu sangat besar. Seperti saya, ketika saya memasukkan isu lingkungan dalam karya fiksi, pembaca karya saya tentu lebih banyak daripada yang bicara isu lingkungan. Misalnya lewat karya ilmiah, lewat penelitian karena penelitian ilmiah itu memang hanya untuk akademic community. Tapi ketika saya masuk melalui karya fiksi, apalagi itu sebuah cerita yang bisa dibaca anak-anak, saya bisa menjangkau kalangan yang lebih luas," tutur Okky.

Okky optimis penulis kreatif turut berkontribusi menggugah kesadaran individual terhadap suatu isu, "Jadi karya kreatif, tulisan kreatif, itu punya peran besar di negara yang tingkat literasinya rendah. Karya kreatif itu memungkinkan sebuah karya itu dibaca oleh segmen yang lebih luas. Karya kita bukan hanya dibaca oleh kelompok yang educated, tapi ingin menyasar lebih banyak masyarakat."

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us