Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Intinya sih...

  • Kesehatan mental bukan lagi hal tabu di era media sosial
  • Konten kesehatan mental perlu disaring dengan bijak untuk menghindari respons emosional berat
  • Pentingnya memeriksa keaslian pembuat konten dan menghindari perbandingan yang memicu kompetisi diam-diam

Di era media sosial seperti sekarang, membicarakan kesehatan mental bukan lagi hal tabu—dan itu sebuah kemajuan. Namun, ada satu sisi lain yang perlu diperhatikan; banjirnya konten mental health yang terus menerus muncul di linimasa. Tanpa disadari, kamu bisa terjebak dalam overexposure konten mental health atau pola konsumsi konten yang berlebihan. Awalnya berniat mencari pemahaman atau dukungan, tapi malah jadi merasa lebih cemas, bingung atau malah overthinking. Apalagi kalau kamu sedang tidak dalam kondisi stabil, konten-konten ini bisa seperti pisau bermata dua.

Tidak semua konten kesehatan mental di media sosial dipandu oleh tenaga profesional atau berdasarkan pendekatan yang tepat. Kadang, niat baik bisa jadi bumerang kalau disampaikan tanpa konteks yang sesuai. Itulah kenapa kamu perlu lebih bijak dalam menyaring informasi. Kamu perlu tahu kapan harus membuka diri, dan kapan harus memberi jarak. Karena menjaga kesehatan mental bukan hanya tentang mencari tahu "apa yang salah", tapi juga bagaimana merawat diri dengan sadar dan penuh pertimbangan.

Editorial Team

Tonton lebih seru di