Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Ramadan (Pexels.com/Thirdman)

Waktu berpuasa rasanya semua makanan dan minuman terlihat begitu enak dan menyegarkan. Bahkan air putih yang biasanya terasa biasa saja, tiba-tiba jadi terlihat begitu menggoda. Makanya gak heran kalau berbuka puasa adalah momen yang paling ditunggu setelah seharian menahan lapar dan haus. Makanan yang sederhana pun terasa luar biasa. Namun, setelah beberapa suap, rasa lapar hilang, dan kenikmatannya pun berkurang drastis.  

Fenomena ini bukan sekadar pengalaman fisik, tapi juga bisa menjadi refleksi mendalam tentang kehidupan. Kenikmatan dunia sering kali terasa sangat menggoda sebelum kita mendapatkannya, tetapi setelah dimiliki, rasanya seperti biasa saja. Lalu apa aja sih pelajaran yang bisa kita ambil dari berbuka puasa?  

1. Rasa lapar itu hanya sementara

Ilustrasi berbuka (Pexels.com/Zak Chapman)

Saat puasa, kita merasa lapar dan haus sepanjang hari. Rasanya seperti tidak sabar ingin segera berbuka. Namun, begitu makanan masuk ke perut, lapar yang tadi terasa menyiksa langsung hilang. Hal ini mirip dengan bagaimana kita mengejar sesuatu dalam hidup.

Saat menginginkan sesuatu, entah itu harta, jabatan, atau hubungan, kita sering merasa tidak akan bahagia tanpa itu. Begitu mendapatkannya, perasaan puas itu hanya sementara. Lalu kita mulai menginginkan hal lain. Ini mengajarkan kita bahwa keinginan dan penderitaan akibat merasa "kurang" sebenarnya hanyalah ilusi yang datang dan pergi.  

2. Kebahagiaan itu seharusnya tidak hanya di tujuan, tapi juga di prosesnya

Ilustrasi berdoa bersama (Pexels.com/Timur Weber)

Bayangkan seseorang yang menunggu berbuka puasa. Ia mempersiapkan makanan, menikmati kebersamaan dengan keluarga, dan merasa senang menghitung menit menuju adzan magrib. Momen-momen itu sering kali lebih bermakna daripada saat suapan pertama masuk ke mulut.  

Begitu juga dalam hidup. Kadang kita terlalu fokus pada hasil akhir, seperti mendapat pekerjaan impian, menikah, membeli rumah. Lalu kita lupa menikmati perjalanan menuju ke sana. Padahal, kebahagiaan sejati sering kali justru hadir di prosesnya.  

3. Manusia cepat beradaptasi dengan kenikmatan

Ilustrasi berbuka puasa sendirian (Pexels.com/Michael Burrows)

Saat berbuka, tegukan pertama air terasa begitu segar. Tapi setelah beberapa teguk, sensasinya mulai berkurang. Makanan yang tadi sangat diidamkan, setelah kenyang malah terasa biasa saja. Ini terjadi karena otak manusia memiliki mekanisme yang disebut hedonic adaptation. Kita cepat terbiasa dengan sesuatu yang baru, sehingga kebahagiaan dari pencapaian atau kepemilikan baru pun cepat memudar.  

Misalnya, seseorang mungkin merasa sangat senang saat pertama kali membeli mobil baru. Tapi setelah beberapa bulan, mobil itu terasa biasa saja, dan ia mulai mengincar mobil yang lebih bagus. Maka, jika kita terus menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang bersifat sementara, kita tidak akan pernah benar-benar merasa puas.  

4. Kenikmatan dunia itu fana, tapi yang tersisa hanya maknanya

Ilustrasi saling berbagi makanan (Pexels.com/Alena Darmel)

Berbuka puasa adalah contoh kecil dari bagaimana dunia ini bekerja. Apa yang kita kejar sering kali hanya bersifat sementara. Tapi, yang benar-benar berharga adalah pengalaman, makna, dan nilai yang kita dapat dari prosesnya.  

Untuk itu ada tiga hal yang bisa kita ambil pelajarannya:

  1. Puasa bukan hanya soal menahan lapar, tapi juga latihan kesabaran dan keikhlasan.  
  2. Hidup bukan hanya soal mengumpulkan harta, tapi bagaimana kita memanfaatkannya untuk kebaikan.  
  3. Hubungan bukan hanya soal memiliki seseorang, tapi bagaimana kita saling menghargai dan memberi arti.  

5. Hidup jangan dinikmati sendiri, tapi juga soal saling berbagi

Ilustrasi bersedekah kepada yang membutuhkan (pexels.com/ Yura Forrat)

Salah satu momen paling indah dalam berbuka puasa adalah ketika kita berbagi makanan dengan orang lain. Ternyata, kebahagiaan sejati tidak hanya datang dari menikmati sesuatu sendiri, tapi juga dari berbagi dengan orang lain.  

Berbuka puasa selalu menjadi momen yang dinanti, tapi di balik kenikmatannya, ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Salah satunya adalah kesadaran bahwa kenikmatan dunia itu hanya sementara. Setelah seharian menahan lapar dan haus, setiap teguk air dan suapan makanan terasa begitu nikmat. Namun, begitu perut kenyang, semua itu perlahan memudar, mengingatkan kita bahwa kepuasan duniawi tidak pernah bertahan lama. 

Hal ini juga menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati bukan sekadar terpenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga ketenangan hati dan jiwa. Ramadan mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menyikapi nikmat dunia, menikmatinya secukupnya tanpa berlebihan, serta lebih fokus pada hal-hal yang lebih bermakna, seperti kebersamaan, rasa syukur, dan berbagi dengan sesama. Saat berbuka puasa, kita diajak untuk merenung bahwa kehidupan ini juga seperti itu: ada masa menahan, ada masa menikmati, tapi semua akan berlalu. 

Maka, mari manfaatkan Ramadan ini sebagai momen untuk memperbaiki diri, lebih menghargai setiap nikmat, dan mencari kebahagiaan yang lebih abadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian