5 Pelajaran Hidup Film Perayaan Mati Rasa, Penuh Gejolak Emosi

- Film Perayaan Mati Rasa menggambarkan pergumulan emosional Ian Antono sebagai anak pertama yang merasa dituntut memberikan contoh yang baik.
- Film ini menyoroti hubungan kakak adik antara Ian dan Uta, serta pentingnya komunikasi, dukungan, dan kejujuran dalam keluarga.
- Pesan film ini adalah pentingnya waktu bersama keluarga, menghargai momen-momen indah, dan tidak melupakan keluarga di tengah kesibukan mengejar ekspektasi diri sendiri.
Sinema tanah air diwarnai oleh perjalanan emosional yang luar biasa dari film Perayaan Mati Rasa. Film yang disutradarai oleh Umay Shahab ini, mengulik emosi penonton dengan kisah anak pertama dan konflik yang intens di dalam keluarganya.
Film ini menjadi refleksi bagaimana peran setiap anggota keluarga itu begitu penting. Bukan hanya tentang duka, tetapi juga rekonsiliasi dan kejujuran. Apa saja sih pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari film Perayaan Mati Rasa?
1. Hidup akan terasa lebih mudah dijalani kalau beban gak ditanggung sendiri

Perayaan Mati Rasa menyoroti bagaimana Ian Antono (Iqbaal Ramadhan) yang terjebak dalam pergumulan emosional berada di antara mimpi dan perannya sebagai anak sulung. Sebagai anak pertama, Ian merasa dituntut harus memberikan contoh yang baik.
Anak pertama kerap merasa mendapatkan beban dan tanggung jawab yang cukup berat. Padahal, mereka gak harus melakukan semuanya sendiri. Gak ada salahnya untuk meminta tolong dan mengomunikasikan kesulitannya.
Film ini menyadarkan anak pertama bahwa hidup akan terasa lebih mudah dijalani kalau kita mau membuka diri. Kuncinya adalah komunikasi dan tidak memendam emosi sendirian.
2. Berhenti membandingkan diri sendiri karena setiap orang punya keunikannya masing-masing

Perayaan Mati Rasa juga menyoroti hubungan kakak adik antara Ian dan Uta (Umay Shahab). Ian yang berusaha menggapai mimpinya sebagai musisi. Sementara, Uta menjadi seorang podcaster ternama.
Sayangnya, relasi persaudaraan mereka tidak begitu baik karena ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik. Ian kerap membandingkan diri dengan adiknya, Uta. Daripada membandingkan diri, hendaknya kita belajar saling mendukung dan melengkapi kekurangan satu sama lain.
3. Berbohong demi kebaikan bukan solusi terbaik

Film ini menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dalam setiap hal. Meskipun berbohong demi kebaikan orang lain, apa yang dilakukan Ian dan Uta bukanlah sesuatu yang baik dan benar. Bukan hanya di dalam keluarga, sikap jujur juga harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam pekerjaan sekali pun, kejujuran adalah hal yang penting. Pasalnya, setiap orang berhak untuk mendapatkan apa yang benar dan adil.
4. Luangkan waktu dan buatlah memori indah sebanyak mungkin dengan keluarga

Sebagai orangtua, usahakan untuk selalu meluangkan waktu. Sesibuk apa pun, yang diperlukan anak hanyalah orangtuanya. Kenangan yang orangtua dan anak buat sejak kecil berpengaruh pada bagaimana anak itu akan tumbuh dan berkembang.
Begitu juga dengan anak, hargai setiap waktu yang kamu miliki dengan orangtua. Kita gak akan pernah tahu kapan tutup usia. Maka dari itu, mari saling menghargai waktu dan menciptakan momen-momen indah sebanyak mungkin.
5. Semua akan terasa lebih berharga ketika sudah hilang

Keluarga Ian dihadapkan oleh tragedi yang bertubi-tubi. Ian terlalu jauh mengejar sesuatu hingga melupakan apa yang dekat dengannya, yaitu keluarga. Kadang, kita terlalu fokus pada ekspektasi sendiri sampai lupa bahwa ada keluarga yang bisa menjadi sandaran hidup.
Namun, ketika sesuatu hilang dari hidup kita, semuanya akan terasa sangat berharga. Momen ini sekaligus menjadi tanda bahwa duka bisa datang kapan pun dalam hidup kita.
Itu dia beberapa pelajaran hidup dari film Perayaan Mati Rasa. Semoga bisa menjadi teladan dan inspirasi buatmu, ya.