Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Albert Camus via lavanguardia.com
Albert Camus via lavanguardia.com

Albert Camus adalah seorang filsuf absurdis dari Prancis yang hidup di abad ke-20. Dalam karya-karyanya, seperti "Orang Asing" dan "Mitos Sisifus," ia membentuk pemikiran filosofis yang menghubungkan absurdisme ke dalam kehidupan manusia. Lewat pemikirannya, Camus menggambarkan dunia ini sebagai sesuatu yang absurd atau tanpa makna.

Namun, meski tidak bermakna, ia menganjurkan agar kita terus optimis dalam mengatasi kondisi yang absurd tersebut. Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pemikirannya, di mana 5 di antaranya akan kita bahas di bawah ini.

1. Kita harus merangkul hidup ini dengan optimisme

latercera.com

Sebagai seorang absurdis, sudah pasti kalau Camus percaya akan keabsurdan dunia ini. Dia menjelaskannya dalam sebuah kutipan, "Makna literal dari hidup adalah apa pun yang harus kita lakukan agar tidak melakukan bunuh diri." Meski kutipannya terlihat suram, Camus sebenarnya adalah seorang filsuf yang sangat optimis.

Bahkan, dia menyukai hal-hal baik dan bagus dalam hidup, yang terlihat dari citra, pakaian, dan gayanya. Camus dikenal sebagai orang yang ramah, dan mungkin akan "menyombongkan diri" karena dirinya juga cukup populer di kalangan wanita.

2. Kita harus menciptakan kebahagiaan kita sendiri

homoliteratus.com

Camus sangat mendukung pemberdayaan diri sendiri. Dalam Mitos Sisifus, Camus mendorong kita untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan. Tak masalah jika kita tidak menemukan makna hidup yang sesuai dengan yang diharapkan oleh orang lain. Toh pada akhirnya, kita tidak akan pernah cocok dengan harapan mereka.

Menurut Camus, kita harus menjadi "Pahlawan Absurd" dan membuat kebahagiaan versi kita sendiri, walau hal itu tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga, pasangan, atau teman kita. Pengejaran akan kebahagiaan ini juga diungkapkan Camus dalam bukunya, Mati Bahagia:

"Yang terpenting adalah keinginan untuk berbahagia, dan kau harus selalu sadar akan keinginanmu itu. Sisanya—perempuan, karya seni, dan keberhasilan duniawi—hanyalah dalih untuk berbahagia. Sebuah kanvas untuk lukisan kita."

3. Perspektif adalah segalanya

welt.de

Dalam kesuramannya, Camus tetap mempertahankan secercah cahaya melalui optimisme. Meskipun tak bermakna, kita harus tetap menghadapi kehidupan ini dengan senyuman. Baginya, semua hal di kehidupan ini hanyalah masalah perspektif.

Dalam karya-karyanya, Camus menawarkan pemikiran yang positif sambil terus merangkul aspek negatif dalam hidup, yakni absurditas duniawi. Sebuah keseimbangan yang harmonis, bukan?

4. Penerimaan adalah kunci

newyorker.com

Camus mengusulkan tiga opsi untuk mengatasi absurditas duniawi, yakni bunuh diri, melakukan lompatan keyakinan, atau menerima semuanya dengan tangan terbuka. Untuk bunuh diri sendiri, Camus menganggapnya sebagai pelarian yang tidak rasional. Dengan tegas ia menolak bunuh diri sebagai solusi yang layak untuk mengatasi dunia yang absurd.

Hal yang sama juga ia ungkapkan pada lompatan keyakinan. Baginya, itu sama saja seperti bunuh diri filosofis, sebuah pelarian metafisik dari absurditas duniawi. Satu-satunya cara yang ia benarkan adalah penerimaan sepenuhnya terhadap kondisi dunia yang absurd. 

Dengan menerimanya, kita dapat memupuk kebebasan kita sendiri tanpa harus terikat dengan penilaian orang-orang di sekitar kita. Singkatnya, penerimaan adalah inti dari pemikiran absurdisme Camus untuk menjalani hidup ini dengan sepenuhnya.

5. Kita bebas untuk memilih jalan hidup kita sendiri

newyorker.com

Poin ini akan dijelaskan dengan kisah hidup Camus sendiri. Pada 4 Januari 1960, saat ia berusia 46 tahun, Camus meninggal dalam kecelakaan mobil di Villeblevin, Prancis. Meski kecelakaan itu adalah sebuah tragedi, ada hikmah yang bisa kita ambil darinya.

Di hari itu, Camus dan temannya, Michel Gallimard, berniat untuk kembali ke Paris. Gallimard, yang meninggal lima hari setelah kecelakaan tersebut, awalnya menyarankan Camus untuk naik kereta dengan istrinya, Francine, dan kedua putrinya.

Namun, Camus menolak dan lebih memilih untuk naik mobil bersama Gallimard. Pada saat kematiannya, polisi menemukan satu karcis kereta api di dalam sakunya, yang ia batalkan beberapa menit sebelum kereta itu berangkat.

Lewat tindakannya, Camus memberi tahu kita kalau manusia bebas untuk memilih jalannya sendiri. Bagi Camus, kita semua memiliki kendali untuk membuat pilihan kita sendiri. Selama masih hidup, kita memiliki kesempatan untuk terus menikmati kehidupan ini dengan cara kita sendiri. 

Camus mengajarkan kita kalau hidup itu layak untuk dijalani dan diterima apa adanya. Meskipun sulit, kita harus merangkul keabsurdan duniawi dan menciptakan kebahagiaan kita sendiri. Lewat pemikirannya, Camus juga mendorong kita untuk tampil berani dalam menghadapi dunia ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team