5 Pengeluaran Khas Anak Muda yang Harus Dibatasi, Ada Solusinya!

Anak muda dengan segudang gaya hidupnya memang tak jarang bikin terkejut saat melihat total pengeluarannya. Seolah punya ciri khas tersendiri, ada beberapa gaya hidup yang khas anak muda banget, nih.
Tentunya, pengeluaran yang membengkak bisa bikin tabungan jadi mengkeret, ya. Oleh karena itu, harus dibatasi bahkan jika perlu distop secara jangka panjang. Sebagai pertimbangan, berikut sederet ulasan pengeluaran khas anak muda yang perlu dibatasi lengkap dengan solusinya.
1. Hobi ngopi di kafe

Gak bisa dipungkiri, kebanyakan anak muda merasa pikirannya jauh lebih fresh untuk kerja, ngobrol, enak diskusinya jika sambil ngopi. Apalagi, jika diimbagi dengan nongkrong di kafe, alhasil bisa nyaman seharian, tapi keuangannya yang gak aman.
Ya, sekali, dua kali, masih bisa menjadi momen self reward, tapi bukan untuk dijadikan hobi, apalagi kecanduan, bikin tabunganmu mengkerut, lho. Jika memang ngopi ialah momen pikiranmu bisa berpikir lebih kritis, bikin pekerjaan jadi lebih produktif. Mungkin juga menjadi momen melepas penat dari padatnya aktivitas.
Maka, apa salahnya dengan bikin kopi sendiri? Coba pikirkan. Jika suasananya terasa beda, ciptakan suasana seru sendiri, ajak teman yang satu frekuensi, iringi dengan mendengarkan musik, sambil bawa camilan favoritmu, atau juga bisa chill sambil nonton film. Tinggal sesuaikan dengan kebutuhanmu, yang terpenting masih tetap bisa ngopi, tanpa harus bikin tabungan jadi mengkerut. Sepakat?
2. Setiap jalan harus pakai baju baru

Ingat, kamu bukan selebritas yang jadi pusat perhatian seluru penjuru dunia. Terlebih, kamu juga gak ada kewajiban untuk memuaskan orang sekitar dengan harus pakai baju baju di setiap momen baru.
Kalau kendalanya ada di kamu, yakni baju baru menjadi simbol merawat diri, bikin bahagia. Maka, cobalah untuk subtitusi ke pembelian baju diskon atau thrifting, tapi tetap harus dibatasi supaya pengeluaran gak jadi bengkak, ya.
Tetap normalisasi fungsional pakaian yang bisa dicuci dan dipakai kembali. Kamu juga bisa belajar mix and match pakaian supaya tampak beda vibes-nya tanpa harus terus-menerus beli baju baru hingga berujung menumpuk di lemari tanpa value yang jelas.
3. Banyak langganan streaming service

Niat awalnya tentu sebagai media hiburan, pun self reward setelah penat dari aktivitas keseharian lengkap dengan beban yang ada. Tapi, tetap harus bijak, gak cuma sekadar beli banyak layanan streaming karena lapar mata. Sayang uangnya jika langganan di banyak layanan streaming sekaligus.
Ingin nonton film ini satunya di layanan streaming A, satunya di layanan streaming B, belum lagi siaran musik favorit, siaran podcast, dan sejenisnya. Padahal, apa yang terlihat asyik belum tentu kamu suka alur ceritanya. Tapi, sudah pasti boros saat terlanjur berlangganan yang umumnya minimal untuk periode satu sebulan.
Jadi, alangkah bijaknya jika dibatasi dengan cukup hanya satu jenis langganan layanan streaming. Terlebih, bukankah waktu menontonmu juga terbatas? Coba pikirkan jadwal keseharianmu. Mungkin kamu butuh layanan streaming saat weekend saja, jadi gak usah banyak-banyak langganan di berbagai media, ya!
4. Selalu up to date pakai HP model terbaru

Gak ketinggalan, HP model terbaru kerap jadi simbol validitas keren hingga seberapa suksesnya sang pemakai. Padahal, jika ditelusuri secara fungsional, HP lama masih layak dipakai, kegunaan dasarnya masih berfungsi dengan baik.
Ingat, memenuhi nafsu untuk selalu up to date pakai HP model terbaru itu gak akan ada ujungnya, lho. Apalagi, harganya yang cukup fantastis, sedangkan jika HP lamamu dijual harganya malah turun drastis. Berdasarkan logika tersebut jelas secara siklus keuangan itu gak sehat. Ya, bukan seperti emas yang berikan bunga investasi saat dijual di beberapa tahun ke depan.
5. Kecanduan luxury brand

Luxury brand gak kalah menjadi gaya hidup yang khas dari anak muda. Selain sebagai simbol validitas, gak menutup kemungkinan memang kualitas barang dari luxury brand memang bagus, ya.
Tapi, jadi tidak bagus saat menjadi konsumtif dalam belanja aneka luxury brand. Terlebih, bukankah rasanya sayang jika harus mengeluarkan uang segitu besarnya hanya untuk satu jenis luxury brand? Bayangkan betapa susahnya proses kamu mendapatkan uang hasil jerih payahmu.
Sebagai solusi sekaligus motivasi, kamu bisa coba ajak diri untuk boleh beli luxury brand. Asalkan sudah punya penghasilan minimal 7 kali lipat dari harga sang luxury brand. Di satu sisi, hal tersebut bisa menjadi motivasi kerja secara produktif. Di sisi lain juga bisa menjadi momen self reward tanpa harus merasa terbebani yang bikin menyesal dengan harganya yang fantastis, nih.
Jadi, dari sederet ulasan terkait pengeluaran khas anak muda yang harus dibatasi di atas, hal mana yang relate dengan kamu, nih? Coba jawab. Langsung saja praktikkan solusi yang ada biar pengeluaranmu gak jadi membengkak, ya!