Tarawih merupakan salah satu salat sunah yang dilakukan saat malam hari dan hanya bisa dilaksanakan pada bulan Ramadan. Artinya, salat ini benar-benar spesial bagi umat muslim karena datangnya hanya sekali dalam setahun.
Walaupun paham salat Tarawih mempunyai banyak manfaat, terutama dari segi kesehatan, beberapa orang ada yang melewatkan salat ini, kecuali bagi cewek yang haid dan nifas. Nah, kira-kira apa saja ya penyebab seseorang melewatkan salat Tarawih?
Setelah menahan hawa nafsu dari rasa lapar, haus, dan amarah selama kurang lebih 12 jam, tentu membuat segera ingin segera berbuka pada saat azan Magrib berkumandang. Hal ini memang diwajibkan, namun sayangnya beberapa ada yang tak terkontrol saat buka puasa.
Apa yang tersedia di meja makan, disantap tanpa terkontrol. Apalagi saat bekerja di luaran ada persoalan yang membuat kesal atau marah, segala emosi dilampiaskan saat sedang makan.
Padahal walau telah masuk waktu diperbolehkan makan dan minum, hawa nafsu pun perlu dikendaikan agar tidak menyakiti diri. Jika sudah begitu, bukan rasa cukup yang dirasa melainkan kekenyangan. Akibatnya, salat Tarawih pun terlewatkan bahkan salat Isya.
Beberapa mungkin ada yang mengalami hal ini. Karena pekerjaan yang begitu banyak dan dikejar deadline, membuat seseorang jadi menunda salat. Bahkan saking lelahnya karena tenaga dan otak telah terkuras, akhirnya tidak melaksanakan salat. Gak hanya salat Tarawih, bahkan salat Isya pun juga ikut dijadikan korban.
Jika tadi pekerjaan yang dikejar oleh waktu, sekarang karena keasyikan. Misal, membuat kue untuk pesanan. Di bulan Ramadan, adalah bulan berkah bagi para penjual, terutama kue untuk persiapan lebaran.
Begitu banyak pesanan, tentu membuat para penjual senang melakukannya agar pesanan yang dibuat tepat waktu. Terhanyut dalam suasana akhirnya bisa membuat tertundanya salat Tarawih dengan alasan "tanggung", bahkan melewatkannya.
Memang benar hukum salat Tarawih adalah bukan wajib seperti salat Fardhu. Jika tidak dikerjakan pun tidak seberat saat tidak melaksanakan salat Fardhu. Padahal salat Tarawih hukumnya sunah muakkad, artinya salat sunah yang dikuatkan, hampir mendekati wajib.
Salat ini pun dikerjakan oleh Rasullulah SAW. Meski hukumnya tak seberat salat wajib tak ada salahnya mengikuti kebiasaan Rasullulah SAW sekaligus membuat malam Ramadan begitu hidup.
Biasanya pada minggu pertama Ramadan, masih semangat untuk melaksanakan salat Tarawih. Menjelang minggu ketiga hingga akhir, godaan banyak menghadiri untuk melewatkan salat Tarawih. Rasa semangat perlahan mulai pudar.
Meski salat Tarawih hukumnya sunah muakkad, namun tak ada salahnya untuk mengerjakannya sebagai cara agar suasana Ramadan hidup. Kerjakanlah dengan senang hati bukan karena terpaksa. Selain itu, jangan sampai salat Fardhu pun tidak ditunaikan.