Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Perasaan Penjual saat Dagangannya Gak Laku, Bantu Lariskan, yuk!

pedagang
ilustrasi pedagang (pexels.com/Quang Mạnh)
Intinya sih...
  • Pedagang merasa membuang-buang uang yang menjadi modalnya
  • Ketidakpastian apakah besok masih bisa jualan lagi atau tidak
  • Rasa cemas terhadap situasi dagangan yang tidak kunjung membaik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kekuatan mental seorang pedagang sangat diuji setiap waktu. Terutama saat usaha baru dimulai. Biasanya gak gampang untuk mereka langsung mendapatkan banyak pembeli. Malah kadang dalam sehari tak ada produk yang terjual.

Atau, ramainya cuma di awal. Orang-orang yang lewat merasa penasaran lalu mencoba. Namun, mereka tidak kembali lagi buat berbelanja. Apa pun penyebab lapak sepi atau pembeli gak repeat order, wajar jika perasaan pedagang jadi campur aduk. Berikut ini beragam perasaan penjual saat dagangannya gak laku.

1. Merasa membuang-buang uang yang menjadi modalnya

pedagang
ilustrasi pedagang (pexels.com/HONG SON)

Usaha perlu modal baik sedikit maupun banyak. Harapan pedagang mana pun tentu modal bisa kembali dengan segera. Agar perputaran uangnya cepat, mereka berharap modal harian balik di hari yang sama.

Kalau modal hariannya cukup gede dan tak tertutup dari hasil penjualan hari itu, orang dapat merasa telah membuang-buang uang. Modal ratusan ribu sampai jutaan rupiah lenyap begitu saja. Boro-boro mereka masih mengantongi keuntungan untuk masuk ke kocek pribadi. Sekadar balik modal pun tidak. Padahal, boleh jadi modalnya hasil meminjam.

2. Gak tahu besok masih bisa jualan lagi atau tidak

pedagang
ilustrasi pedagang (pexels.com/IAN)

Ini kendala utama dari pedagang dengan modal terbatas. Mereka gak punya cadangan modal untuk mengantisipasi hari-hari ketika dagangan tidak laku. Nyaris tak ada pemasukan sama sekali, sedangkan besok mesti kulakan lagi jika mereka ingin tetap berjualan.

Ini pula sebabnya pedagang baru kerap cuma buka beberapa hari lalu selamanya tutup. Andai pun mereka berusaha tetap berjualan, barangkali perlu sampai menjual sesuatu. Cara itu juga pertaruhan karena belum tentu kali ini modalnya bisa balik. Bagaimana jika malah tambah banyak uang yang hilang?

3. Cemas, bagaimana kalau situasi terus begini?

pedagang
ilustrasi pedagang (pexels.com/IAN)

Situasi tak menentu begini bikin pedagang ketar-ketir. Hari ini dagangan gak laku. Tidak ada kepastian besok akan lebih baik. Sehari saja lapak sepi sudah bisa bikin penjual overthinking. Daya tahan mereka terbatas dalam menghadapi situasi pasar yang tak bersahabat.

Beberapa pedagang akan berpikir mungkin mengakhiri usahanya lebih cepat justru pilihan terbaik. Ini menghindarkannya dari rugi berkepanjangan. Meski itu dapat pula bermakna mereka menutup peluang siapa tahu hari esok serta seterusnya justru laku keras.

4. Iri melihat lapak pedagang lain laris manis

melihat lapak lain
ilustrasi melihat lapak lain (pexels.com/Clem Onojeghuo)

Rasa iri tidak selalu timbul karena hati punya maksud jahat. Orang bisa merasa iri tanpa ada keinginan sedikit pun buat bikin orang lain bernasib buruk. Mereka cuma iri karena mau tidak mau menjadi membandingkan kondisinya dengan orang lain.

Seperti pedagang yang jualannya sepi melihat pejual lain sampai kerepotan melayani pembeli. Jenis dagangan mereka sama atau tidak, tetap saja pemandangan itu bikin hati tambah sedih. Mereka berandai-andai lapaknya seramai lapak-lapak lain.

5. Gak tega membuang banyak sisa makanan dan minuman

pedagang kue
ilustrasi pedagang kue (pexels.com/Meruyert Gonullu)

Buat pedagang makanan atau minuman, dagangan tidak laku rasanya sangat menyedihkan. Sebagian besar bahan tak bisa disimpan dan besok dijual lagi. Rasanya sudah gak enak. Malah bisa bikin konsumen keracunan dan kapok membeli.

Memang sebagian pedagang memilih untuk membagikannya secara cuma-cuma daripada dibuang. Namun, kadang ini pun tak gampang. Misalnya, ketika kondisi di sekitar benar-benar sepi karena hujan deras.

Pun terkadang memberikan dagangan secara gratis justru bikin orang berharap lapaknya gak laku terus. Mereka tambah tak tergerak untuk kapan-kapan membelinya. Mereka sengaja menunggu dagangan sisa banyak supaya dikasih gratisan.

6. Sedih tidak bisa membawa pulang uang untuk keluarga

penjual minuman
ilustrasi penjual minuman (pexels.com/Valeria Boltneva)

Ini yang paling bikin sedih para pedagang yang mencari nafkah bukan cuma buat diri sendiri. Ada keluarga yang menanti penuh harap di rumah. Makin sederhana kehidupan mereka, makin menyakitkan rasanya bila sampai pulang gak bawa uang sepeser pun.

Atau, ada uang hasil penjualan hari itu. Namun, jumlahnya terlalu kecil buat kebutuhan hari ini dan besok. Malah buat modal lagi saja belum cukup. Rasa sedih bahkan dapat bercampur dengan malu serta gagal sebagai tulang punggung keluarga.

7. Khawatir dagangannya dianggap tidak berkualitas

pedagang
ilustrasi pedagang (pexels.com/Hoàng Bảo)

Pedagang yang menyaksikan dagangannya masih penuh tentu dibuat bertanya-tanya. Kenapa jualannya sepi peminat? Jangan-jangan ini bukan sekadar faktor kebetulan.

Namun, produk yang dijualnya dinilai tidak berkualitas. Kalau makanan atau minuman barangkali tak enak. Jika pakaian mungkin modelnya kurang kekinian atau bahannya jelek dan sebagainya.

Satu sisi, pertanyaan-pertanyaan seperti ini mendorong pedagang buat melakukan evaluasi. Itu bagus untuk memajukan usahanya. Namun, di sisi lain mereka bisa sangat tertekan oleh beragam pemikirannya sendiri.

Orang yang sudah lama berdagang tentu lebih terbiasa dengan situasi kadang laku dan tidak. Meski begitu gak jarang kesedihan merupakan perasaan penjual saat dagangannya gak laku dan hal ini wajar terjadi, terutama bagi pedagang pemula yang belum sipa menghadapi kerasnya kenyataan. Kalau kamu juga ingin berdagang, siapkan cadangan modal serta mental. Sementara sebagai konsumen, dirimu dapat membantu menjaga semangat pedagang baru dengan melariskan dagangannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

50 Catatan Wali Kelas untuk Siswa Berprestasi, Penuh Apresiasi!

30 Des 2025, 13:03 WIBLife