Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berbeda pandangan (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Pemikiran idealis melihat dunia sebagaimana mestinya, sementara realistis melihat dunia sebagaimana adanya.

  • Idealis menetapkan tujuan tinggi dan ambisius, sementara realistis menetapkan tujuan berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada.

  • Idelais menghadapi masalah dengan emosional dan reflektif, sementara realistis lebih langsung dalam menghadapi masalah.

Setiap orang memiliki cara berpikir yang unik dalam menghadapi kehidupan. Dua pendekatan yang sering menjadi sorotan adalah pemikiran idealis dan realistis. Masing-masing memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri, tergantung pada bagaimana seseorang merespons situasi dan mengambil keputusan.

Tidak ada yang sepenuhnya salah atau benar karena keduanya bisa relevan tergantung pada konteksnya. Namun, memahami perbedaan antara keduanya bisa membantu melihat gambaran yang lebih besar tentang cara seseorang menjalani hidup. Berikut adalah empat perbedaan utama antara pola pikir idealis dan realistis yang bisa membantu mengidentifikasi kecenderungan diri.

1. Cara memandang dunia

ilustrasi bola dunia (pexels.com/Porapak Apichodilok)

Pemikir idealis cenderung melihat dunia sebagaimana mestinya atau sebagaimana yang mereka harapkan terjadi. Mereka percaya pada nilai, prinsip, dan potensi yang sering kali belum terwujud. Pemikiran seperti ini sering mendorong mereka untuk memperjuangkan perubahan besar dan menolak kompromi terhadap hal-hal yang dianggap tidak sejalan dengan nilai mereka. Bagi mereka, dunia adalah tempat yang bisa dan harus diperbaiki.

Sementara itu, pemikir realistis lebih melihat dunia sebagaimana adanya. Mereka lebih fokus pada fakta, data, dan kondisi saat ini. Pendekatan ini memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih praktis, meski terkadang terkesan pesimistis bagi sebagian orang. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, realistis bisa lebih fleksibel karena tidak terlalu terpaku pada gambaran ideal yang sulit tercapai.

2. Menentukan tujuan dan harapan

ilustrasi menulis jurnal (pexels.com/Ivan Samkov)

Seseorang dengan pola pikir idealis biasanya menetapkan tujuan yang tinggi dan ambisius. Mereka termotivasi oleh visi besar yang diyakini bisa membawa dampak positif bagi banyak orang. Dalam banyak kasus, idealis tidak mudah menyerah meski jalannya penuh tantangan, karena mereka percaya bahwa sesuatu yang benar akan selalu menemukan jalannya. Harapan menjadi bahan bakar utama yang menggerakkan langkah mereka.

Sebaliknya, seorang realistis menetapkan tujuan berdasarkan kemampuan, sumber daya, dan keadaan yang sedang berlangsung. Mereka mempertimbangkan semua variabel sebelum memutuskan sesuatu agar tetap berada dalam batas yang masuk akal. Harapan tetap ada, tetapi disesuaikan dengan kemungkinan dan peluang yang nyata. Dengan cara ini, realistis biasanya lebih konsisten dalam mencapai target karena perhitungannya lebih terukur.

3. Cara menghadapi masalah

ilustrasi pria yang sedang stres (freepik.com/tonodiaz)

Dalam menghadapi masalah, idealis sering kali lebih emosional dan reflektif. Mereka cenderung memikirkan alasan moral atau nilai yang mungkin dilanggar dalam suatu situasi. Hal ini membuat mereka kadang terjebak dalam dilema karena tidak ingin mengorbankan prinsip. Mereka juga lebih suka mencari solusi yang mencerminkan keadilan meskipun rumit atau sulit dicapai.

Di sisi lain, pemikir realistis cenderung lebih langsung dalam menghadapi masalah. Mereka akan menganalisis kondisi, menimbang risiko, lalu mencari jalan keluar yang paling efisien. Mereka tidak terlalu banyak melibatkan emosi dalam proses pengambilan keputusan. Meskipun kadang terlihat dingin atau terlalu praktis, sikap ini sering membantu menyelesaikan persoalan dengan cepat dan tepat sasaran.

4. Respons terhadap kegagalan

ilustrasi pria yang merasa gagal (unsplash.com/Christian Erfurt)

Ketika menghadapi kegagalan, idealis mungkin mengalami kekecewaan yang cukup dalam karena harapan mereka biasanya tinggi. Mereka sering merenung lebih lama dan mencoba mencari makna dari setiap kegagalan yang terjadi. Namun, karena dorongan idealismenya, mereka juga bisa bangkit dengan membawa semangat baru untuk terus memperjuangkan hal yang diyakini.

Sebaliknya, realistis akan menilai kegagalan sebagai bagian dari proses yang wajar. Mereka tidak terlalu membiarkannya mempengaruhi emosi secara berlebihan dan lebih fokus pada pelajaran yang bisa diambil. Kegagalan bagi mereka bukan akhir dari segalanya, melainkan data tambahan untuk memperbaiki strategi berikutnya. Sikap ini membuat mereka lebih cepat pulih secara mental dan melangkah ke tahap berikutnya.

Tidak ada cara berpikir yang sepenuhnya lebih baik antara menjadi idealis atau realistis. Keduanya memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing tergantung pada situasi yang dihadapi. Mengenali kecenderungan pribadi bisa membantu dalam memahami reaksi terhadap tantangan, tujuan hidup, dan hubungan dengan orang lain. Pada akhirnya, keseimbangan antara harapan dan kenyataan mungkin menjadi pendekatan terbaik dalam menjalani kehidupan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team