Garamin (facebook.com/Garamin NTT)
Garamin baru saja lahir, tetapi pandemik COVID-19 sudah terjadi. Elmi bercerita bahwa saat itu, Garamin sedang ada di Sumba Timur dan Barat untuk membangun jaringan dengan pemerintah serta LSM. Saat kembali, tahu-tahu sudah pandemik. Dengan sigap, Garamin membuat grup WhatsApp tanggap COVID-19 yang terdiri dari teman-teman difabel, pemerintah, dan LSM. Mereka yang bergabung ada kurang lebih 170 orang.
Saat itu, bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan sosial tunai (BST) sedang gencar-gencarnya. Lantas, bagaimana dengan difabel? Garamin berusaha menyampaikan apa saja yang menjadi permasalahan utama teman-teman difabel saat pandemik dalam grup WhatsApp tersebut. Dalam grup itu pun, teman-teman difabel bisa dengan bebas menuliskan ide-ide, kebutuhan, dan permasalahan mereka untuk bisa didiskusikan bersama.
Bantuan dari pemerintah memang sudah mencakup kelompok rentan, seperti ibu hamil, lansia, dan anak-anak. Namun, difabel belum menjadi sasaran. Dari permasalahan tersebut, Garamin bersama pemerintah dan LSM mulai berdiskusi. Garamin bahkan sampai mengadakan webinar yang menindaklanjuti diskusi tersebut. Dalam webinar tersebut, Garamin mengundang pemerintah sebagai narasumber, teman-teman difabel, dan staf khusus difabel.
“Ketika kita melibatkan mereka, kita berikan kesempatan kepada mereka agar mereka bisa menyampaikan kebutuhan mereka. Karena yang tahu kebutuhan mereka adalah difabel itu sendiri, bukan orang-orang non-(difabel). Ketika orang non-(difabel) yang membicarakan kebutuhan kelompok rentan, itu masih eksklusif. Kalau kita melibatkan mereka dan berikan kesempatan mereka bisa berpartisipasi aktif, mereka aksesnya juga mereka sudah nikmati, itu baru inklusi,” ujar Elmi.
Selain memperjuangkan bantuan untuk teman-teman difabel, Elmi juga menjadi koordinator vaksinasi. Saat itu, ia mendapatkan data penyandang difabel netra, sekitar enam puluh orang, dari temannya. Namun, mereka tidak tahu kalau vaksin harus ke mana. Padahal, kalau mau ke mana-mana, mereka harus punya sertifikat vaksin. Elmi dan teman-teman membantu membuat surat ke dinas kesehatan kota dan provinsi. Ia bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membantu vaksinasi untuk teman-teman difabel.
Tahap pertama tersebut diikuti sebanyak enam puluh orang. Adapun, untuk gelombang kedua vaksinasi, ia berhasil membantu lima puluh orang yang terdiri dari teman-teman difabel dan nondifabel. Selama vaksinasi, Elmi mengaku menemui banyak kendala, mulai dari mengurus difabel yang tidak memiliki data kependudukan, mengajarkan protokol kesehatan, hingga meluruskan hoaks terkait vaksin COVID-19.
Perjuangan Elmi bersama Garamin untuk memperjuangkan hak-hak difabel agar setara dengan orang-orang nondifabel layak untuk mendapatkan apresiasi. Hal itu semata-mata ia dan Garamin lakukan demi menciptakan Indonesia yang lebih inklusif. Atas dedikasinya tersebut, tak heran jika Astra Indonesia memberikan penghargaan kepada Elmi sebagai Penerima Apresiasi Kategori Khusus: Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 dalam 12th SATU Indonesia Awards.