Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
raut kesal
ilustrasi raut kesal (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Ditanya oleh selain orangtua atau saudara kandung

  • Terlalu sering dilontarkan

  • Sering diikuti cibiran dan penghakiman

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pertanyaan kapan nikah bikin marah dan gak disukai oleh banyak anak muda. Utamanya mereka yang memang belum tertarik untuk berumah tangga. Apalagi pacar pun belum punya dan mereka sengaja tidak mencarinya.

Maka pertanyaan kapan nikah dan hal-hal lain yang mengikutinya terkait jodoh bukanlah bagian dari basa-basi yang baik. Orang yang ditanya dapat merasa terganggu, cemas, hingga diejek. Bukan mereka yang baper.

Justru orang yang bertanya kurang memiliki adab serta tak menghargai privasi orang lain. Kekesalan orang yang ditodong pertanyaan kapan nikah atau masih berkaitan dengan hal tersebut mudah dipahami, kok. Baca, yuk, biar kamu tak menjadi bagian dari orang-orang yang bikin single kesal sekali.

1. Ditanya oleh selain orangtua atau saudara kandung

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Doci)

Ketika kamu ingin melontarkan pertanyaan yang bersifat sangat pribadi pada orang lain, pahami betul posisimu dalam hidupnya. Siapa dirimu? Kalau kamu bukan orangtua, kakak kandung, atau adik kandungnya mending gak jadi bertanya.

Ada pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa ditoleransi bila penanya memiliki hubungan yang sangat dekat. Seperti orangtua dengan anak, kakak terhadap adik, dan sebaliknya adik pada kakak. Jika statusmu cuma saudara sepupu, ipar, teman, apalagi tetangga jauhi pertanyaan kapan nikah.

Kamu dianggap sama sekali tidak punya hak untuk mengetahui rencana hidup seseorang hingga ke ranah yang sepribadi itu. Andai dia akan menikah pun, dirimu tidak bakal memberikan kontribusi apa-apa. Sadari posisimu dalam hubungan dengan orang lain agar gak salah kasih pertanyaan.

2. Terlalu sering dilontarkan

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Anna Tarazevich)

Rasa bosan parah bikin orang sulit mengendalikan dirinya. Tidak terkecuali saat ia harus terus menghadapi pertanyaan tentang kapan nikah atau sejenisnya. Seperti kriteria pasangan idaman, kenapa belum menikah, dan sebagainya.

Pada prinsipnya, dia cuma mau kamu berhenti total dari kesukaan menanyakan hal-hal yang sama. Juga dirimu tidak perlu ikut-ikutan seperti orang lain yang terus menanyakan perkara sensitif tersebut. Selembut apa pun nadamu ketika bertanya, dia tetap tak nyaman.

Jawabannya akan ketus atau malah sama sekali tidak ada kata. Dia merasa seharusnya kamu sudah tahu jawabannya. Ini bukan kali pertama atau kedua dirimu menanyakan hal yang sama. Masa ia perlu mengulanginya untuk kesekian kali?

3. Sering diikuti cibiran dan penghakiman

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Nguyễn Mẫn)

Penanya soal kapan nikah biasanya gak berhenti hanya sampai di situ. Pertanyaan seperti itu saja sudah menandakan kurangnya etika. Maka bisa ditebak bahwa kelanjutannya juga kerap tambah tidak menyenangkan bagi orang lain.

Pertanyaan telah dijawab sesopan atau sesantai apa pun, malah cibiran yang didapatnya. Misalnya, seseorang berkata ingin fokus mengejar karier dulu. Eh, dia malah dicibir. Penanya auto bilang dari dulu kariernya juga begitu-begitu saja.

Tidak kunjung menikah tak membuatnya lantas punya jabatan. Bahkan orang yang masih betah sendiri kerap tiba-tiba dituduh gak tertarik dengan lawan jenis. Hal-hal seperti ini yang bikin orang mudah jengkel. Bahkan saat kamu cuma bertanya kapan nikah, rasa trauma sontak membuatnya merasa marah.

4. Juga perbandingan dengan orang lain

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/PNW Production)

Pertanyaan kapan nikah saja telah mengganggu privasi seseorang. Tambah mengesalkan sebab penanya juga sering membandingkan orang yang single dengan orang lain yang berpasangan. Masih dengan contoh seseorang belum ingin berumah tangga karena fokus ke kariernya.

Penanya lantas membandingkan posisinya dalam pekerjaan dengan orang lain yang sepantar dan sudah menikah. Si A menikah malah kariernya tambah bagus. Atau, keengganannya menikah dalam waktu dekat dinilai sebagai kekalahan.

Kalah dari orang yang lebih muda darinya dan sudah punya anak. Juga kalah dari si ini serta itu yang telah menikah lebih dari sekali. Gak ada orang yang suka dibanding-bandingkan begini. Terlebih terkait pernikahan yang bukan perlombaan.

5. Waktunya gak tepat

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pemilihan waktu yang tidak pas bikin pertanyaan sensitif makin terasa mengganggu. Misalnya, hari masih pagi. Umumnya di jam-jam ini orang sedang bersiap-siap ke kantor atau baru akan mulai bekerja. Namun, ada saja pesan masuk dari saudara yang tiba-tiba bertanya soal pasangan dan kapan nikah.

Padahal, dia benar-benar masih jomlo serta gak sedang punya target menikah. Pertanyaan itu sontak mengacaukan harinya. Suasana hatinya yang tadinya baik berubah menjadi negatif. Itu bisa bertahan sampai sehari penuh.

Begitu juga ketika pertanyaan kapan nikah dilontarkan keras-keras dalam acara keluarga atau pertemuan lainnya. Seakan-akan buat memancing semua orang untuk merundung atau mempermalukan si lajang. Memang sulit mencari waktu yang tepat buat melontarkan pertanyaan sepribadi ini. Mending kamu gak pernah menanyakannya daripada salah.

Pertanyaan kapan nikah bikin marah karena ini bukan bentuk dari basa-basi yang baik. Selain melanggar privasi, orang yang ditanya cenderung gak suka. Pertanyaan ini cuma pas ditujukan pada orang yang sudah lamaran karena akan segera naik ke pelaminan. Bukan jomlo atau orang yang baru pacaran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team