Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/Jannis Lucas)
ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/Jannis Lucas)

Intinya sih...

  • Meraih merdeka itu adalah perjuangan, bukan pemberian

  • Kemerdekaan memerlukan pengorbanan, kegigihan, dan tekad yang tidak pernah padam untuk mencapainya.

  • Bebas bersuara bukan berarti tanpa batas

  • Kita harus tahu diri dalam mengemukakan pendapat di media sosial agar tidak menjadi kebablasan.

  • Lomba-lomba 17-an memiliki filosofi kehidupan

  • Perlombaan tersebut mengajarkan kerja sama, saling percaya, daya juang, dan ketika terjatuh harus bangkit lagi.

  • Nasionalisme itu adem ayem

  • Menjadi warga negara sejati bisa dilakukan dengan hal-hal kecil

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjelang 17 Agustus, suasana jadi berubah seketika. Jalanan dihiasi umbul-umbul, dan halaman rumah warga berdiri bendera-bendera yang dipajang dengan penuh kebanggaan. Tapi, di balik itu semua, ada makna yang tidak hanya bersifat seremonial.

Kalau ditilik lebih jauh, kemerdekaan itu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Bukan cuma bahas sejarah atau perjuangan di masa lalu, tapi bagaimana kehidupan kita yang hari ini. Makanya itu, yuk simak lima pesan-pesan reflektif dari 17 Agustus yang lebih dari pengibaran bendera.

1. Meraih merdeka itu adalah perjuangan, bukan pemberian

ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/Mufid Majnun)

Indonesia merdeka tidak dari hasil berpangku tangan, sembari menanti keajaiban. Tapi dari perjuangan habis-habisan di medan pertempuran. Banyak yang sudi kehilangan nyawa, demi Indonesia yang bernapas seribu tahun lagi.

Begitu juga dengan kehidupan kita, tidak ada sesuatu yang dapat kita raih dengan instan. Butuh pengorbanan, kegigihan, dan tekad yang tidak pernah padam, untuk menggapai apa yang kita inginkan.

2. Bebas bersuara bukan berarti tanpa batas

ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/Leonardus Bima S. Laiyanan)

Dulu, bersuara dapat dianggap sebagai ancaman. Tapi hari ini, kita sudah merdeka dari hal semacam itu. Bahkan kita bebas untuk mengemukakan pendapat di berbagai jejaring media sosial.

Nah, hikmahnya, kemerdekaan memang punya hak, tapi kita juga harus tahu diri, kalau kita punya batasan yang tidak boleh diterobos seenaknya. Kalau asal berceloteh tanpa berpikir dahulu, itu bukan kemerdekaan, tapi kebablasan.

3. Lomba 17-an yang filosofis

ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/Bisma Mahendra)

Dari tarik tambang hingga balap karung, lomba-lomba semacam itu tidak hanya jadi ajang untuk menabur euforia. Tapi ada filosofi yang dapat kita direnungi dengan saksama.

Barangkali terkesan receh dan sepele, tapi kalau kita amati pelan-pelan, ternyata itu semua adalah gambaran kehidupan. Kita butuhkan kerja sama, saling percaya, daya juang, dan ketika kita terjatuh, maka pilihan terbaik adalah berdiri lagi dan bangkit lagi.

4. Nasionalisme itu adem ayem

ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/wd toro 🇲🇨)

Siapa bilang nasionalisme harus selalu ditunjukkan dengan turun ke jalan, kemudian berdebat panjang tentang arah dan tujuan dari bangsa yang kita sayangi ini. Tidak melulu dengan cara yang seperti itu.

Hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, itu sudah merupakan bagian dari nasionalisme. Karena menjadi warga negara sejati itu tidak mesti tampil di panggung besar, tapi diam-diam memberi dampak secara tulus dan jujur, itu jauh lebih nyata untuk menunjukkan kalau kita benar-benar peduli dan cinta.

5. Tugas kita adalah mengisi kemerdekaan

ilustrasi bendera merah putih (unsplash.com/Jannis Lucas)

Kalau pendahulu kita merebut kemerdekaan dan mengentaskan penjajahan, maka tugas kita adalah merawat serta melanjutkan perjuangan mereka. Kita harus mengisi kemerdekaan itu dengan tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi.

Kita mulai dari hal yang paling dekat. Seperti menjadi pelajar yang tekun dan ulet, menjadi penulis yang menjaga etika, atau menjadi tetangga yang saling menaruh empati. Sebab esensi dari kemerdekaan tidak hanya soal kebebasan, tapi apa yang dapat kita lakukan dengan kebebasan itu.

Kesimpulannya, momen 17 Agustus itu seyogyanya tidak hanya dirayakan dengan upacara bendera atau pengibaran bendera, tapi bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia dapat melakukan refleksi, sekaligus turut serta menjaga dan memelihara kemerdekaan yang diwariskan oleh para kusuma bangsa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team