Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
PlanaWood hasil produksi Plana dari sampah plastik dan sekam padi. 5 Februari 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)
PlanaWood hasil produksi Plana dari sampah plastik dan sekam padi. 5 Februari 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Intinya sih...

  • Plana mengelola sampah plastik dan sekam padi menjadi bahan baru bernama PlanaWood, yang ramah lingkungan.
  • Plana Wood mampu memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar dengan mengambil sampah dari warga sekitar pabrik.
  • Produk PlanaWood memiliki kualitas lebih baik daripada kayu, anti rayap, waterproof, tahan perubahan cuaca, mudah dibersihkan, dan tahan tekanan hingga 300 kg lebih.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pengaruh era modernisasi membawa dampak besar bagi kehidupan masyarakat. Bukan hanya dampak baik, dampak buruknya pun jadi bayangan yang terus menghantui. Salah satu yang terparah dan cukup menjadi perhatian banyak orang ialah sampah.

Bekas bungkus makanan yang berserakan di jalanan hingga fenomena penumpukan sampah yang menggunung, bahkan di tempat pembuangan akhir, jadi satu tanda yang membuktikan bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Cara-cara tradisional seperti membakar atau mengubur pun, dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini dan justru malah menjadi permasalahan baru. 

Tapi siapa sangka, plastik yang dianggap sebagai sampah paling sulit terurai, mampu diubah jadi sebuah produk bahan baku pembangunan rumah? Hal ini dilakukan oleh sebuah wirausaha sosial yang meraih dana hibah dari DBS Foundation tahun 2023 bernama Plana.

Perusahaan ini mengelola sampah plastik dan sekam padi menjadi bahan baru bernama PlanaWood. Sebagai bahan yang ramah lingkungan, produk ini jelas bisa menjadi alternatif yang menggantikan kayu asli sebagai bahan pembangunan.

1. Bahan bangunan dari sampah ini bisa dimanfaatkan untuk banyak kebutuhan pembangunan rumah

Proses pembuatan PlanaWood di Pabrik Plana, Cikupa Tangerang. 5 Februari 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Berkesempatan datang langsung ke pabrik Plana, IDN Times pun menyaksikan bagaimana sebuah bongkahan bahan bangunan dibuat dari sampah plastik dan sekam padi. Co-founder & Chief of Sustainability Plana Joshua C. Chandra, dalam paparannya saat Konferensi Pers di Pabrik Plana, mengatakan bila pemanfaatan ini sebenarnya bertujuan untuk menaikkan value dari sampah itu sendiri.

"Plana sebagai social enterprise bisa mengubah segala jenis sampah, namun pada kesempatan sekarang diutamakan sekam padi dan plastik menjadi bahan bangunan. Pembuatannya dalam skala besar dengan konsep recycle dan upcycle agar value-nya naik," terangnya, Rabu (5/2/2025) di Cikupa, Tangerang.

Dari penjelasan tersebut, diketahui pula jika produk yang mirip dengan kayu tersebut, bisa tercipta dari kombinasi 60 persen sekam padi, 30 persen plastik, dan 10 persen bahan aditif. Hasilnya, PlanaWood bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk dinding, langit-langit, lantai, dan masih banyak lagi.

2. PlanaWood dibuat langsung dari sampah plastik dan sekam padi di area sekitar pabrik

Sampah plastik, sekam padi, dan pelet jadi untuk proses pembuatan PlanaWood di Pabrik Plana, Cikupa Tangerang. 5 Februari 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Gak hanya menjadi solusi kecil bagi masalah yang besar, Plana Wood juga terbilang mampu memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini karena sampah yang merupakan bahan baku, diambil dari warga sekitar pabrik.

Hanya saja, ada beberapa ketentuan agar sampah yang dikumpulkan dapat dihargai dan digunakan sebagai bahan baku PlanaWood. 

"Untuk sampah plastik, kami ambil dari banyak pemulung yang ada di sekitar pabrik dengan syarat memenuhi kriteria tertentu. Kalau sekam padi, kami ada ambil dari area dekat sini, Legok Banten, bahkan satu desa yang jauh, yang memang bekerja sama dengan kami," ujarnya.

3. Tidak ada yang terbuang, semua bahan hingga bahan sisa atau residu tetap dimanfaatkan oleh Plana untuk jadi PlanaWood

Ilustrasi pekerja buruh pabrik. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Setelah bahan yang dibutuhkan sudah terkumpul, Plana menggabungkan semuanya yang terdiri dari plastik, sekam padi, dan bahan aditif ke dalam mesin. Material ini akan bercampur dan diubah langsung menjadi biji pelet.

Menariknya, sisa ampas atau residu dalam proses ini ternyata tetap bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku dari PlanaWood itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada sampah yang tersisa atau dibuang dari pemanfaatan sampah ini sendiri.

"Proses mixing ini memasukkan semua bahan yang dibutuhkan, termasuk aditif ke sebuah mesin pencampur dan nanti keluarnya akan menyerupai pelet. Terlihat, di sini ada residu atau sisa ampasnya dan ini gak dibuang karena tetap bisa digiling kembali menjadi sebuah produk baru," kata Joshua.

Meski demikian, hasil yang didapat dari penggilingan pelet pertama dan kedua jelas berbeda. Kalau dari bahan utama memiliki kualitas yang lebih baik, sementara penggilingan dari residu atau PlanaWood bekas memiliki kualitas 70:30.

4. Meski dari sampah, PlanaWood punya kualitas tinggi dengan sejumlah keunggulan

PlanaWood hasil produksi Plana dari sampah plastik dan sekam padi. 5 Februari 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Kalau kamu beranggapan pemanfaatan sampah gak mungkin memiliki kualitas yang baik, itu jelas salah. PlanaWood memberi klaim bahwa produk yang dihasilkan bahkan memiliki kualitas yang lebih baik daripada kayu.

Bahan dasar kayu memiliki kelemahan mudah keropos dan mudah hancur akibat rayap. Berbeda dengan itu, PlanaWood dikenal anti rayap, waterproof, tahan perubahan cuaca, mudah dibersihkan, dan tahan tekanan hingga 300 kg lebih.

Selain itu, PlanaWood juga bisa dipesan secara custom, baik dalam skala ukuran, bentuk, bahkan warna. Namun tentunya, permintaan ini bisa dilakukan dengan penyesuaian harga yang harus dikalkulasi terlebih dahulu.

5. Kisah Plana bisa hadir berkat dana hibah dari DBS Foundation Grant Award 2023

Co-founder & Chief of Sustainability Plana Joshua C. Chandra (kiri) dan VP of Impact Beyond Banking PT Bank DBS Indonesia, Riany Agustina (kanan), di Pabrik Plana, Cikupa Tangerang. 5 Februari 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Sepanjang tahun 2024, Plana berhasil mengolah 90 ton sampah plastik dan sekam padi. Dengan ini, Plana juga turut berkontribusi pada pemberdayaan petani lokal.

Setiap kilogram beras menghasilkan sekitar 600-700 gram sekam padi, yang dengan panen 3-4 kali setahun menghasilkan jumlah limbah signifikan yang biasanya hanya dibakar oleh petani. Namun, kali ini petani dapat menjual sekam padi tersebut ke Plana untuk diolah sehingga membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Kisah perjalanan Plana sangat menginspirasi dan menjadi sebuah spark atau semangat dari sekumpulan anak muda yang memiliki kepedulian tinggi akan keberlanjutan. Dengan adanya organisasi seperti Plana, kami berharap semakin banyak pelaku bisnis yang beralih menjadi wirausaha sosial, mencari solusi untuk masalah sosial dan lingkungan yang mendesak," tutur Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika.

"Bank DBS Indonesia bersama DBS Foundation selalu siap untuk mendukung mereka dalam mempercepat dampak positif yang diciptakan. Merekalah agen perubahan yang membangun masa depan Indonesia yang lebih berkelanjutan," imbuhnya.

Plana adalah contoh nyata bagaimana inovasi dan kemitraan dapat berjalan beriringan. Berkat visinya akan keberlanjutan, Plana berhasil menerima dana hibah dari DBS Foundation Grant Award 2023 setelah bersaing dengan lebih dari 1.000 pelamar dari enam negara di Asia.

Program DBS Foundation Grant Award ini merupakan salah satu perwujudan pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia yang ketiga, yakni Impact Beyond Banking, menegaskan komitmennya untuk berkontribusi pada masyarakat luas dan pelestarian lingkungan, melampaui lingkup perbankan. Ini sejalan dengan aspirasinya untuk jadi ‘Best Bank for a Better World’.

"Dukungan dari DBS Foundation memungkinkan kami untuk meningkatkan skala produksi dan efisiensi di pabrik, sekaligus memperoleh sertifikasi dan hak paten yang diperlukan. Dengan langkah ini, kami dapat memperkuat reputasi PlanaWood dan PlanaBrick serta membuka peluang ekspansi ke pasar yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional," ungkap Joshua.

"Ini bukan hanya tentang pertumbuhan bisnis, tetapi juga menciptakan dampak keberlanjutan yang lebih besar bagi lingkungan dan masyarakat dalam jangka panjang, di mana kami percaya bahwa ‘spark’ atau motivasi yang kami miliki sejalan dengan Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation," pungkasnya.

Selain mendukung wirausaha sosial dengan dana hibah, tahun ini DBS Foundation juga berkolaborasi dengan The Asia Foundation, Yayasan Humanis & Inovasi Sosial, serta Dicoding pada program pengembangan sosial yang berfokus pada menyediakan kebutuhan dasar (providing essential needs) dan mendorong inklusi (fostering inclusion). SGD 9 juta atau lebih dari Rp100 miliar disalurkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat rentan di Indonesia, seperti perempuan, petani kecil, kaum muda, dan penyandang disabilitas, khususnya di NTT dan Kalimantan Barat. Program ini juga merupakan bagian dari komitmen DBS Foundation senilai SGD 1 miliar selama 10 tahun ke depan.

Demikian salah satu gerakan yang dilakukan oleh anak muda Indonesia dalam usahanya menuntaskan masalah sampah di negeri ini. Langkah sederhana tersebut semoga bisa menjadi inspirasi serta motivasi untukmu dalam melakukan hal serupa. 

Editorial Team