6 Bentuk Respon Trauma Manusia, Waspada

Kadang terkesan wajar, padahal bisa jadi lebih serius

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari interaksi sosial dengan orang lain. Akan tetapi, kamu pasti sepakat bahwa kehidupan sosial tidak selamanya menyenangkan, sekalipun kamu adalah orang yang ekstrover.

Sadar atau tidak, kadang kita melakukan hal- hal tertentu untuk menghindari interaksi dengan orang lain, baik secara individu maupun kelompok. Namun, seorang psikoterapis bernama Kaytee Gillis melalui laman Psychology Today mengatakan bahwa sikap atau perilaku tersebut kadang bukan sekadar sedang malas atau sedang ingin menghindar dari interaksi sosial, melainkan sebuah bentuk respon terhadap trauma yang pernah dialami di masa lalu.

1. Gugup saat duduk terlalu dekat dengan orang lain

6 Bentuk Respon Trauma Manusia, Waspadadua orang duduk berdekatan (pexels.com/SHVETS Production)

Jika kita berada di tempat umum, biasanya kita akan lebih memilih untuk tidak duduk terlalu dekat dengan orang asing. Perilaku ini mungkin terkesan wajar dan normal saja bagi kebanyakan orang.

Namun, akan berbeda ceritanya jika dengan orang terdekat atau orang yang sudah kamu kenalpun, kamu merasa gugup dan tidak nyaman jika mereka duduk terlalu dekat denganmu.

Hal ini bisa menjadi indikasi sebagai bentuk respon atas trauma yang mungkin kamu miliki. Jika kamu tumbuh di dalam lingkungan yang 'merenggut' batasan dirimu, atau lingkungan yang tidak mampu menyediakan boundaries untuk kamu, tanpa sadar kamu akan memiliki tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi terhadap orang lain, serta posisimu di dalam sebuah ruangan atau di keramaian. Itulah kenapa kamu akan merasa gugup dan cemas jika orang lain duduk terlalu dekat denganmu. 

2. Kagetan atau sangat gampang terkejut

6 Bentuk Respon Trauma Manusia, Waspadaseorang wanita duduk dekat jendela (pexels.com/MART PRODUCTION)

Apa kamu termasuk orang yang sangat gampang terkejut? Kagetan, atau dalam bahasa Inggris disebut jumpy, adalah seseorang yang memiliki refleks sangat tinggi pada suara atau kejadian yang bahkan tidak disadari oleh orang lain, atau tidak cukup menganggu bagi orang lain di sekitarnya.

Menjadi jumpy, alias sangat mudah terkejut bisa jadi merupakan indikasi yang tanpa disadari merupakan bentuk respon atas trauma pernah dimiliki oleh seseorang. Hal ini biasanya berhubungan dengan kehidupan masa kecil yang penuh dengan kekerasan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. 

3. Tidak menjawab telepon atau menghindari panggilan telepon

6 Bentuk Respon Trauma Manusia, Waspadaseorang pria berbaring di kasur (pexels.com/MART PRODUCTION)

Terkadang ada kalanya kita tidak ingin mengangkat telepon dari seseorang. Kita hanya sedang malas untuk berbicara dengan orang lain, dan ingin merasakan waktu sendiri. Tentu saja ini merupakan hal yang biasa dan tidak jarang terjadi. 

Akan tetapi, yang membedakan adalah adanya peningkatan hormon kortisol (hormon yang berhubungan dengan tingkat stres) dan peningkatan adrenalin bagi orang- orang yang sebenarnya memiliki trauma yang cukup dalam.

Menurut mereka, menjawab telepon yang tidak diinginkan dapat memicu rasa takut akan percakapan yang dapat memojokkan mereka. Biasanya hal ini terjadi karena saat kecil sering kepergok oleh orang tua, disudutkan atau disalahkan dan tidak bisa berkutik, atau juga karena privasi dan batasan mereka yang telah diambil. 

dm-player

Baca Juga: 5 Langkah agar Terlepas dari Trauma Masa Lalu, Ikhlaskan Sepenuhnya

4. Lebih memilih banyak diam dalam acara berkelompok atau aktivitas sosial lainnya

6 Bentuk Respon Trauma Manusia, WaspadaSeseorang sedang berdiri di tengah keramaian. (unsplash.com/Timon Studler)

Kemungkinan pertama, kamu memang orang yang pendiam atau pemalu, sehingga saat mengikuti kegiatan kelompok atau saat nongkrong dengan teman kamu selalu diam saja. Kemungkinan pertama ini merupakan bentuk social anxiety, dimana seseorang merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan orang banyak. 

Kemungkinan yang kedua adalah, kamu merasa terlalu lelah dengan berbagai interaksi sosial. Apalagi jika kamu tumbuh di lingkungan yang mengharuskan kamu untuk selalu "aktif" atau selalu "hadir" dalam lingkungan sosial.

Maka yang terjadi adalah, saat ada di sebuah acara atau kegiatan berkelompok tertentu, kamu akan mencari cara untuk keluar dari situasi tersebut. Misalnya dengan sering membuka handphone, pergi ke toilet, atau dengan tidak berbicara sama sekali. 

5. Panik saat ada orang tidak dikenal mengetuk pintu 

6 Bentuk Respon Trauma Manusia, Waspadapotret pintu dari dalam ruangan (pexels.com/lalesh aldarwish)

Sepertinya dalam kehidupan sehari- hari, tidak jarang kita mendapati ada orang yang mengetuk pintu rumah atau mendatangi rumah kita, meskipun kita tidak mengenal dan tidak mengundang mereka. Jika hal itu terjadi, apa yang akan kamu lakukan? 

Bisa jadi itu adalah pengantar paket, atau tetangga yang ingin memberikan makanan, atau teman yang hanya sekadar ingin datang berkunjung. Jika reaksi yang kamu berikan berlebihan setiap kali ada orang yang tidak dikenal atau tidak diundang mengetuk pintu rumahmu, bisa jadi itu adalah bentuk paranoia. Perasaan takut dan cemas berlebih untuk sesuatu yang menurut orang umum biasa saja. 

Hal ini bisa jadi karena kamu memiliki pengalaman buruk di masa kecil. Pengalaman terkurung dan tidak bisa keluar dari sebuah ruangan saat masih anak- anak dapat memicu munculnya perilaku paranoia ini.

6. Selalu meminta maaf meskipun tidak melakukan kesalahan apapun

6 Bentuk Respon Trauma Manusia, Waspadatulisan "i am sorry" (pexels.com/Brett Jordan)

Jika di masa kecil kamu sering menerima emotional abuse atau penolakan dari orang- orang terdekat, ini dapat memicu munculnya sikap perasaan bersalah yang berlebih. Dilansir Psychology Today, emotional abuse adalah pola perilaku dimana pelaku menghina, mempermalukan, dan menanamkan rasa takut pada seseorang agar dapat mengendalikan orang tersebut.

Realitas korban akan terganggu, mereka akan menginternalisasi tindakan tersebut dan menganggap itu sebagai kesalahan dan kegagalan mereka sendiri. Hal inilah yang kemudian, saat dewasa membuat korban selalu merasa bersalah dan selalu ingin meminta maaf bahkan pada hal atau kesalahan yang tidak dilakukannya sama sekali. 

Hidup berdampingan dengan trauma memang tidak menyenangkan. Jika kamu memiliki salah satu atau beberapa dari enam perilaku di atas, jangan panik. Cobalah untuk menceritakan apa yang sebenarnya kamu rasakan kepada orang yang kamu percaya, dan jika merasa perlu jangan takut untuk meminta bantuan profesional, ya. 

Baca Juga: 5 Alasan Seseorang Melakukan Self Harm, Trauma sampai Putus Asa

Shera Suprapto Photo Verified Writer Shera Suprapto

Sharing useful, attractive and entertaining informations to you

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya