5 Contoh Puisi untuk Memperingati 1 Muharram 2025

- 1 Muharram 2025 adalah momen merenung dan memperkuat ikatan spiritual
- Puisi mengajak untuk kembali menelusuri makna hijrah dan membangkitkan semangat baru
- Puisi tentang Muharram 2025 tidak hanya menyentuh sisi religius, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan memperbaharui diri
Tahun Baru Islam yang ditandai dengan datangnya 1 Muharram bukan sekadar pergantian waktu, tetapi menjadi momen penting untuk merenung, memperbaiki diri, dan memperkuat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, Muharram mengajak umat Islam untuk kembali menelusuri makna hijrah, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Pada tahun 2025, suasana Muharram menjadi waktu yang tepat untuk menggali inspirasi dan mengekspresikan perasaan melalui karya sastra, salah satunya dalam bentuk puisi. Dengan keindahan bahasa dan kedalaman makna, puisi mampu menjadi media yang menyentuh hati, menyuarakan niat suci, dan membangkitkan semangat baru. Yuk, simak lima contoh puisi tentang 1 Muharram 2025 yang tidak hanya menyentuh sisi religius, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan memperbaharui diri di awal tahun hijriah!
1. Hijrah di ujung waktu
Muharram datang mengetuk pagi,
Dalam bisik angin yang menyejukkan hati.
Langit biru seolah bersaksi,
Bahwa hari ini bukan sekadar hari.
Bukan semata pergantian angka,
Tapi makna yang dalam tersemat di sana.
Muharram, bulan awal yang mulia,
Mengingatkan hijrah Nabi tercinta.
Dari gelap menuju cahaya,
Dari tekanan menuju bahagia,
Bukan karena dunia,
Tapi karena cinta pada Yang Maha Esa.
Kini, kita pun diajak beranjak,
Dari malas menuju tekad yang kuat.
Dari lalai menuju ingat,
Agar hidup tak lagi tersesat.
Hijrah bukan sekadar berpindah tempat,
Namun berpindah hati dan niat.
Menghapus yang kelam, menyemai harapan,
Dalam petunjuk Al-Qur'an yang menuntun jalan.
Ya Allah, tuntun kami di tahun ini,
Untuk hidup dalam ridha-Mu yang suci.
Jadikan langkah kami semakin berarti,
Di dunia dan akhirat nanti.
2. Tahun baru, hati yang baru
Satu Muharram menyapa lembut,
Tak ada terompet, tak ada rebut.
Hanya gemuruh dalam dada,
Tentang hidup yang harus lebih bermakna.
Tahun lalu penuh cerita,
Tawa, luka, duka, dan dosa.
Namun kini waktu membuka lembar baru,
Dengan harapan yang tak pernah layu.
Apa yang telah kita tulis kemarin,
Biarlah jadi pelajaran yang tak terhapus angin.
Kini pena kembali digenggam,
Untuk menulis kisah yang lebih dalam.
Ya Rabb, kami tak sempurna,
Tapi kami ingin berusaha.
Menjadi hamba yang lebih setia,
Meniti jalan-Mu meski kadang terseok juga.
Bimbinglah kami dengan cahaya,
Dalam langkah, dalam kata,
Agar tahun ini tak sekadar berlalu,
Tapi penuh makna dalam setiap waktu.
3. Jejak hijrah dalam sunyi

Dalam sunyi malam Muharram,
Aku termenung memandang langit malam.
Bulan sabit menggantung sendu,
Seolah ikut merenungi waktu.
Teringat hijrah sang Rasul mulia,
Meninggalkan kota demi cahaya.
Bukan lari dari masalah dunia,
Tapi demi menyelamatkan akidah yang utama.
Hijrah itu luka, hijrah itu air mata,
Tapi juga keteguhan dan cinta.
Dan kini, di tahun baru ini,
Aku pun ingin menapak jejaknya kembali.
Bukan ke Madinah atau tempat lain,
Tapi ke dalam jiwaku yang selama ini kering.
Mengganti gersang dengan iman,
Menghapus angkuh dengan pengampunan.
Tuhan, inilah doaku di awal tahun,
Aku tak ingin hanya jadi penonton.
Izinkan aku jadi bagian hijrah-Mu,
Meskipun perlahan, asal tetap menuju-Mu.
4. Muharram, jendela harapan
Angin pagi membawa salam,
Muharram datang, begitu tenang.
Tahun baru membuka jendela harapan,
Untuk hidup yang lebih menawan.
Segala yang telah berlalu,
Biarlah jadi pelajaran bagiku.
Kini aku ingin kembali,
Menata diri, membersihkan hati.
Dalam diam aku berjanji,
Untuk lebih banyak sujud dan dzikir nanti.
Untuk menebar kasih dalam laku,
Dan menjaga lisan dari yang tak perlu.
Tahun baru bukan tentang pesta,
Tapi tentang harapan dan doa yang nyata.
Untuk keluarga, negeri, dan umat,
Semoga damai selalu melekat.
Muharram, bukalah jalanku,
Agar hijrahku menuju ridha-Mu.
Aku tak ingin hanya jadi pelintas waktu,
Tapi hamba yang benar-benar bersatu dengan-Mu.
5. Satu Muharram janji di titik awal
Satu Muharram, detik awal,
Lembaran putih terbuka total.
Tahun yang lalu telah berlalu,
Meninggalkan jejak suka dan pilu.
Kini kutatap kalender suci,
Dengan mata basah dan hati penuh janji.
Janji untuk menjadi lebih baik,
Untuk hidup yang lebih bersih dan asyik.
Aku tahu aku masih banyak salah,
Langkahku tak jarang goyah.
Tapi di awal tahun ini,
Aku ingin mencoba lagi, dengan sepenuh hati.
Hijrah bukan sekadar berpindah,
Tapi tentang bagaimana menjadi lebih indah.
Bukan untuk dilihat manusia,
Tapi agar lebih dekat dengan-Nya.
Muharram, tolong kuatkan aku,
Agar tekad ini tak hanya semu.
Aku ingin jadi hamba yang bersyukur,
Yang tetap teguh walau hidup hancur.
Di awal tahun ini, aku berdoa,
Untuk diriku, keluargaku, dan semua.
Semoga kita diberi kesempatan,
Untuk hijrah dan menjemput keselamatan.
Melalui rangkaian puisi yang telah disajikan, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dan inspirasi dalam menyambut 1 Muharram 2025. Tahun baru Islam bukan hanya tentang pergantian kalender, tetapi tentang perjalanan hati menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih dekat dengan Allah. Mari kita jadikan momen ini sebagai awal dari hijrah batin dari kelalaian menuju kesadaran, dari rutinitas kosong menuju ibadah yang bermakna. Semoga setiap bait puisi menjadi pengingat bahwa harapan selalu ada di setiap awal, dan Muharram adalah waktu yang tepat untuk memulainya.