10 Rekomendasi Buku Healing Fiction, Genre Kesayangan Sejuta Umat

Salah satu formula yang sering dipakai penulis untuk membuat buku healing fiction adalah latar tempat yang asyik dan menenangkan. Biasanya perpustakaan, minimarket, toko buku, dan kafe jadi tempat yang paling sering didapuk jadi latar. Sama seperti buku terbaru Michiko Aoyama yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris ini. 

Sesuai judulnya, What You Are Looking for is in the Library berkisah tentang pustakawati bernama Sayuri Komachi yang ternyata bisa membaca benak pengunjung perpustakannya. Ia kemudian mencoba membantu para pengunjung yang datang dari berbagai latar belakang karier dan kelas sosial untuk menyelesaikan masalah dan kebuntuan dalam hidup mereka. 

Juga berlatar perpustakaan, dalam The Midnight Library kamu akan diajak mengarungi dunia paralel bersama sang lakon, Nora. Ia diceritakan sedang putus asa dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Nora kemudian terdampar dalam sebuah perpustakaan yang memungkinkannya menilik kehidupannya bilamana ia mengambil pilihan-pilihan yang berbeda. Rilis di tengah pandemi COVID-19, buku ini laris manis dan dapat label comfort book dari ribuan pembaca. 

Dikenal pula dengan judul Inconvenient Convenience Store, buku ini berlakonkan Dokgo, seorang pria tunawisma yang akhirnya dapat pekerjaan di sebuah minimarket setelah berlaku jujur. Di sana ia dapat kesempatan untuk bersosialisasi dengan banyak orang.

Tanpa disangka, Dokgo ternyata memiliki pandangan yang amat bijak. Di akhir cerita, kita akan dibikin bingung siapa sebenarnya sosok pria itu. 

Four Seasons in Japan adalah buku yang menceritakan isi sebuah buku. Dimulai dengan Flo yang tak sengaja menemukan novel milik penumpang lain yang tertinggal di kereta komuter. Ia kemudian membacanya dan terserap ke dalam ceritanya, yakni soal hubungan renggang seorang nenek dan cucu laki-lakinya. 

Seiring membaca ceritanya, Flo melakukan beberapa kali refleksi. Ternyata kehidupan dua orang itu tak jauh beda dengan pengalaman personalnya. 

Selain latar tempat, buku healing fiction seringkali menggunakan unsur binatang jinak seperti kucing sebagai salah satu protagonisnya. Seperti yang dilakukan Makoto Shinkai dan Naruki Nagakawa dalam She and Her Cat. Dikembangkan dari manga, novel ini jauh lebih komprehensif dan beragam. 

Bila pada manga, si kucing hanya mengikuti kehidupan majikannya dan banyak menggunakan deskripsi yang bernada male-gaze, versi novelnya lebih netral dengan karakter manusia yang juga lebih banyak. Ini salah satu novel dengan narator bukan manusia yang bisa mengasah empatimu. 

Jika kucing jadi daya tarikmu untuk mencomot sebuah buku, coba juga novel healing fiction karya Hiro Arikawa. The Travelling Cat Chronicles mengikuti Nana si kucing yang diajak pemiliknya bepergian entah ke mana.

Selama perjalanan dan pemberhentian yang dilakukan pemiliknya, Nana melontarkan berbagai observasi dan komentar yang menawan dan reflektif. 

Arikawa kembali dengan antologi cerpen soal kucing berjudulnya The Goodbye Cat. Ada tujuh kucing dengan tujuh pemilik berbeda yang ceritanya diangkat di sini. Misalnya saja, seekor kucing yang diselamatkan dari tong sampah hingga kucing tua yang berharap ia bisa terus bersama pemiliknya bahkan saat ia mati. 

Mirip dengan novel healing-fiction sebelumnya, The Boy and the Dog berkutat soal anjing yang berganti pemilik beberapa kali. Kontras dengan latar waktunya, yakni beberapa waktu setelah gempa dan tsunami dahsyat yang menghancurkan sebuah kota, ini salah satu novel yang bisa membuatmu merasa lebih baik.

The Boy and the Dog baru tersedia dalam versi terjemahan bahasa Inggris, nih. 

Masih dari Jepang, kamu bisa mencoba novel lain berjudul People from My Neighbourhood. Ceritanya sedikit quirky, yakni penghuni sebuah pemukiman yang dihuni orang-orang tak biasa. Meski begitu, latarnya tipikal Jepang dengan makanan dan minuman khas mereka.

People from My Neighbourhood disusun seperti kumpulan cerpen, tetapi tetap saling bertautan. 

Buku healing-fiction lain yang bisa kamu baca dalam waktu singkat adalah Days at Morisaki Bookshop karya Satoshi Yashigawa. Premisnya tak muluk-muluk. Ini tentang Takako yang baru saja dikhianati kekasihnya dan kehilangan pekerjaannya. Ia kemudian dapat tawaran membantu pamannya mengelola sebuah toko buku bekas. 

Pada momen itu, Takako justru menemukan dirinya yang baru. Pencerahan demi pencerahan didapatnya lewat interaksi dengan pengunjung dan beberapa pegawai toko serta kafe di komplek pertokoan itu. Sederhana dan menghangatkan hati. 

Sekarang kamu sudah tahu istilah healing fiction yang ternyata bisa menggambarkan dengan tepat novel-novel heartwarming dalam tumpukan koleksi bukumu. Genre ini tak hanya memungkinkamu kabur dari rutinitas, tetapi berpotensi menginspirasimu untuk menemukan solusi atas kebuntuan dalam hidup.