Libur akhir tahun sebentar lagi, sudah punya agenda apa untuk menghabiskannya? Bepergian atau bersantai di rumah, rasanya buku tetap bisa jadi teman setia saat liburan. Bisa kamu baca selama perjalanan atau jadi pelipur sepi di rumah.
Selain novel-novel drama romantis, coba perkaya wawasan lewat novel historical fiction berikut, yuk. Berikut beberapa rekomendasi novel yang bisa kamu pilih.
Dikenal sebagai penulis kisah historical fiction, Ruta Sepetys kembali dengan karya terbarunya yang kali ini berlatarkan Spanyol tahun 1957 di bawah pimpinan seorang diktator Jenderal Franco. Dikisahkan Daniel seorang remaja asal Amerika datang bersama orang tuanya dengan tujuan melebarkan sayap bisnis keluarga.
Ia kemudian bertemu dengan sesosok gadis bernama Ana yang mengenalkannya pada kehidupan keras warga asli Spanyol yang berada di bawah tekanan. Novel ini banyak dipuji karena berhasil memotret sisi gelap Spanyol di masa itu yang kontras dengan apa yang dilihat orang dari luar.
Elizabeth Gilbert sebelumnya dikenal lewat novel Eat, Pray, Love yang sukses jadi bestseller di masanya. Ia kembali menghebohkan komunitas pecinta buku lewat karya terbarunya yang ramai pujian, City of Girls. Narator cerita ini adalah Vivian, gadis 19 tahun yang dikirim orang tuanya untuk tinggal dan bekerja bersama bibinya yang seorang pengelola gedung teater di New York tahun 1940an.
Meski sama sekali tak berbakat dalam bidang akting dan seni pada umumnya, Vivian mulai mengenal seluk beluk para pemain teater di sana. Ia pun mulai mempelajari beberapa hal tentang peran perempuan yang akhirnya membentuk dirinya di masa depan.
Plot novel ini dibangun lewat dua tokoh yang hidup di waktu yang berbeda. Tokoh pertama adalah Sarah dan putranya, Fred yang harus meninggalkan rumah mereka saat Perang Boer sedang memanas di Afrika Selatan tahun 1901. Mereka kemudian terdampar di sebuah kamp konsentrasi yang menjanjikan keselamatan bagi mereka.
Tokoh kedua adalah Willem yang hidup di tahun 2014 demi membanggakan sang ibu rela mengikuti latihan khusus di sebuah kamp pelatihan militer untuk anak-anak. Willem juga dijanjikan keselamatan dan kenyamanan di kamp tersebut.
Kisahnya tentang dua remaja kulit hitam yang terdampar di sebuah akademi khusus anak bermasalah bernama The Nickel Academy. Bukan sebuah akademi ideal sesuai dengan tujuan dan motonya, tempat ini adalah tempat paling korup dan berbahaya bagi anak-anak laki-laki di sana.
Elwood dan Turner adalah dua anak yang sialnya harus menghabiskan waktu di sana. Elwood seorang yang sangat optimis dan sangat yakin pada pentingnya keadilan. Kebalikannya, Turner memilih untuk pasrah dan terus meyakinkan Elwood bahwa sebaiknya mereka tak perlu menarik perhatian. Berlatarkan Amerika Serikat tahun 60an, novel ini ironisnya terinspirasi dari sebuah kisah nyata yang menyayat hati tentang sebuah sekolah di Florida yang merenggut nyawa dan merusak hidup banyak anak-anak kulit hitam.
Disebut sebagai salah satu novel historical fiction terbaik tahun ini, The Giver of Stars berkisah tentang Alice yang pindah ke Amerika Serikat pasca dipinang seorang pria kaya. Di sana ternyata ia tak menemukan petualangan yang ia harapkan. Hingga akhirnya ia bertemu seorang perempuan seusianya, Margery, yang juga haus petualangan.
Diawali oleh dua orang ini, mereka pun membentuk sebuah komunitas perempuan yang rela menjelajah desa-desa untuk membacakan dan memberikan akses buku bagi anak-anak kurang mampu. Novel ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata di tahun 1930an.
Novel debut Karl Marlantes ini menuai pujian karena berhasil memotret pergolakan politik di Finlandia di akhir abad ke-19. Lewat tiga bersaudara, Ilmari, Matti, dan Aino yang harus bertahan hidup pasca tertangkapnya sang ayah sebagai tahanan politik. Mereka pun memutuskan untuk bermigrasi ke Amerika Serikat.
Di sana kesulitan tak henti menghadang mereka, apalagi Aino yang memiliki paham politik tertentu pun harus mengorbankan keyakinannya demi bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Walau fiktif, novel ini bisa memberikan gambaran tentang kehidupan migran asal Eropa di Amerika Serikat.
Rekomendasi novel historical fiction berikutnya berlatarkan Pulau Jeju yang dikenal dengan para pelaut perempuannya. Mi-ja dan Young-sook adalah beberapa di antaranya. Bersahabat sejak kecil, pertemanan mereka mulai goyah saat pendudukan Jepang berlangsung di Korea sekitar tahun 1930-1940an.
Novel ini dipercaya bisa membuat pembacanya meneteskan air mata dan merasakan kepedihan yang dirasakan para pejuang perempuan di Pulau Jeju di masa itu, bahkan sejak halaman pertama.
Tak perlu menunggu pemberian buku dari orang lain, dapatkan buku-buku di atas untuk kado diri sendiri.
Kamu bisa beli 7 novel historical diatas dengan menggunakan kupon Shopee untuk mendapatkan extra diskon di Shopee