Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Yusuf Timur Çelik)
ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Yusuf Timur Çelik)

Ada perbedaan yang cukup besar antara kehidupan mahasiswa dengan murid sekolah. Bukan hanya karena mahasiswa dituntut untuk lebih aktif serta mandiri dalam belajar dan mencari buku referensi. Tentang tempat tinggal pun banyak perbedaannya.

Ketika kamu SMA, baik diri sendiri maupun mayoritas teman masih tinggal bersama orangtua. Siswa yang tinggal terpisah dari orangtua umumnya cuma mereka yang mengikuti pendidikan dengan sistem asrama atau ikut saudara. Misalnya, kawanmu tinggal bareng kakek dan nenek lantaran orangtuanya bekerja di luar kota bahkan luar negeri.

Namun, di bangku kuliah sebagian temanmu adalah perantau. Mereka indekos. Begitu pula banyak kawanmu semasa SMA yang berkuliah di luar kota otomatis menjadi anak kos. Kamu pun ingin merasakannya. Akan tetapi, ngekos bukan keinginan yang dapat dicapai dengan gegabah. Bukannya memaksakan kehendakmu pada kedua orangtua, dirimu mesti memikirkan lima hal berikut.

1. Perhatikan kondisi ekonomi orangtua

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Thành Đỗ)

To the point saja, sekarang kamu sudah bekerja atau belum? Kalau dirimu masih sepenuhnya dibiayai orangtua, pikirkan baik-baik keinginanmu untuk indekos. Biaya bulanan sewa satu kamar tidak murah. Kamar non-AC dengan kamar mandi luar saja bisa 500 ribu rupiah per bulan. 

Artinya, kamar yang fasilitasnya lebih lengkap tentu harga sewanya berlipat dari itu. Belum biaya untuk makan dan kebutuhanmu lainnya seperti beli galon air, sabun, dan sebagainya. Jika kamu indekos, semua biaya itu kudu dibayarkan rutin. Bahkan tarif sewa beberapa kos-kosan naik lebih dari sekali dalam setahun.

Apakah kira-kira orangtuamu mampu menanggungnya? Jangan lupa, di rumah barangkali ada adik yang bersekolah bahkan kakakmu yang juga masih kuliah. Jika dirimu tetap berkeras indekos, pengeluaran orangtua membengkak. Padahal, buat mereka membiayai kuliahmu saja sudah harus bekerja begitu keras. Sebelum orangtua bilang uangnya tak ada, kamu mesti pengertian.

2. Bukan buat mencari kebebasan tanpa batas

ilustrasi bersama teman-teman (pexels.com/cottonbro studio)

Memang tinggal di rumah orangtua atau saudara pasti aturannya cukup ketat. Seperti kamu gak boleh main atau menerima tamu sampai lebih dari jam 21.00. Orangtua juga selalu banyak bertanya tentang teman-temanmu serta aktivitas kalian saat pergi bersama. Mungkin bagimu semua ini terasa seperti pengekangan.

Tapi indekos gak boleh dijadikan jalan pintas untukmu menikmati kebebasan tanpa batas. Contoh kebebasan tanpa batas ialah biar kamu dapat pergi dan pulang jam berapa pun. Bahkan dirimu tak pulang ke kos-kosan sampai berhari-hari pun bukan masalah. Kamu juga dapat memasukkan siapa saja ke kamar kos apabila pemilik kos membebaskan hal tersebut.

Walaupun diatur kadang terasa kurang menyenangkan, percayalah bahwa itu buat kebaikanmu sendiri. Orangtua tahu bahaya yang mengintaimu bila tidak diawasi, sedangkan kamu lebih fokus pada rasa senang. Bila dirimu nekat indekos cuma buat mengejar kebebasan yang tak diperoleh di rumah, boleh jadi kelak kamu menyesal.

Hidup dan masa depanmu bisa hancur justru oleh kebebasan yang tidak terbatas. Dunia luar terlampau memengaruhimu. Padahal, pengaruh itu tidak selalu baik. Tetap indekos walaupun rumah orangtua dan kampus sekota boleh saja. Namun, wajib dengan niat yang positif seperti melatih kemandirian.

3. Teman perantau indekos karena butuh, sedangkan kamu cuma ingin

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Anastasiya Gepp)

Dalam konteks apa pun, kalau kamu terlalu melihat ke kehidupan orang lain bisa menjadi sulit objektif. Termasuk soal perlu atau tidaknya dirimu indekos. Ukuranmu selalu teman-temanmu yang ngekos. Seakan-akan hanya karena mereka indekos, rasanya kamu menjadi gak normal bila masih tinggal bareng orangtua.

Padahal, mereka memang mau tak mau mesti indekos sebab merantau. Bila mereka tidak ngekos akan tinggal bersama siapa? Bagi mereka, mencari kos-kosan merupakan kebutuhan yang gak bisa ditawar-tawar lagi. Pilihan yang tersedia untuk mereka cuma kos-kosan yang seperti apa dan bukan ngekos atau gak.

Sementara dalam kasusmu, indekos bukan kebutuhan. Dirimu hanya menginginkannya. Keinginan tidak harus dipenuhi apalagi kalau kemampuan tak sesuai. Juga seandainya terdapat prioritas lain yang lebih penting. Contohnya, uang senilai biaya indekos dapat ditabung oleh orangtua jika kamu ingin langsung lanjut S2 setelah wisuda S1. Dirimu kudu belajar menahan keinginan demi hal-hal yang lebih utama.

4. Coba dulu 1 atau 2 bulan

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Max Vakhtbovycn)

Kalaupun keinginanmu sangat kuat dan orangtua mengizinkan, jangan langsung mengambil kos-kosan untuk waktu lama. Contohnya, 6 bulan atau sekalian setahun. Mengingat indekos sejatinya bukan kebutuhan buatmu, secara psikis bakal lebih mudah untukmu sewaktu-waktu merasa kapok dan ingin kembali saja ke rumah.

Beda dengan kawan-kawanmu yang perantau serta harus indekos. Mereka akan lebih berusaha buat beradaptasi di mana pun berada. Untuk mereka, sekalian membayar sewa dalam waktu panjang gak terlalu masalah. Apalagi jika sejak awal mereka sudah jatuh cinta dengan kos-kosan itu. Bahkan bisa lebih irit sebab menghindari biaya sewa tiba-tiba naik.

Sementara untukmu yang sekadar ingin menjajal rasanya menjadi anak kos, mending ambil 1 atau 2 bulan dulu. Tentu gak semua pemilik kos mau menerima permintaan seperti ini. Namun dengan masa sewa yang singkat, orangtua tak kehilangan banyak uang bila ternyata kamu kemudian sadar bahwa di rumah orangtua lebih enak. Ingat, uang bukan buat dibuang-buang melainkan digunakan secara bijak.

5. Jangan sampai ngekos, tapi tetap merepotkan orangtua

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Vlada Karpovich)

Apakah kamu yakin mau tinggal sendirian? Hidup sendiri harus sangat mandiri. Memang ada pemilik dan penjaga kos-kosan serta teman-teman. Akan tetapi, rasa peduli dan tanggung jawab mereka padamu jelas gak sebesar orangtua atau saudara di rumah. Begitu dirimu indekos pasti dianggap telah cukup dewasa buat bertanggung jawab atas kehidupan pribadi.

Persoalannya, jarak kos-kosan dengan rumah orangtua yang tak terlalu jauh bisa membuatmu tetap mempertahankan sifat manja. Kesukaan bergantung pada mereka bukannya berkurang selepas kamu ngekos, malah tetap bahkan bertambah. 

Contohnya, soal galon air saja kamu minta orangtua yang memesankan atau mengantarnya ke kos-kosanmu. Begitu juga ketika dirimu malas mencuci, pakaian kotor malah dibawa ke rumah dan minta orangtua mencucikannya. Walaupun di rumah ada mesin cuci, anak kos sejati mestinya gak begini. Bila seperti itu, namanya kamu cuma pindah tempat tidur.

Jika pun sekarang dirimu belum berkesempatan merantau dan indekos seperti kawan-kawan, kelak masih ada peluang. Setelah lulus, kamu dapat melamar pekerjaan untuk penempatan yang jauh. Dengan demikian, otomatis dirimu ngekos atau tinggal di asrama karyawan. Indekos setelah kamu bekerja malah lebih enak.

Dirimu sudah punya uang sendiri sehingga dapat lebih leluasa memilih kos-kosan. Kamu bisa membayar biaya sewanya tepat waktu tanpa perlu harap-harap cemas menunggu transferan orangtua. Apabila keinginanmu indekos saat ini tak disetujui orangtua, gak usah kesal sampai lupa bersyukur dirimu bisa berkuliah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team